Mbah Ngesot

Mall Angker Jakarta: Kematian Bi Risma (Part 7)

6 April 2020 11:39 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mall Angker Jakarta. Foto: Masayu Antarnusa/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mall Angker Jakarta. Foto: Masayu Antarnusa/kumparan
ADVERTISEMENT
“Hei kamu!” seseorang membentakku dari kejauhan.
Dia adalah satpam mal, langkahnya terburu-buru mendekat ke arahku.
ADVERTISEMENT
“Ngapain masih di sini?”
“Pak, udah berhari-hari bibiku hilang. Tadi aku lihat dia di dalam kios itu.”
Aku menunjuk kios kosong yang jelas tidak ada siapa pun di sana.
“Jangan dekat-dekat sama kios itu. Sana pulang, udah malam.”
“Emang kenapa Pak sama kiosnya?”
Pak satpam melirik kios kosong tersebut, ada plang bernomor 12 di atas kios.
“Ceritanya panjang. Kamu mendingan pulang,” kata Pak Satpam, terkesan mengusir.
Aku mengangguk dan beranjak pergi. Pikiranku masih berkecamuk, bibi di mana? Siapa yang melakukan semua ini pada bibiku? Sambil melamun, tidak terasa aku sudah sampai di depan lift. Mal benar-benar sudah sepi, Pak satpam yang mengusirku juga tidak terlihat lagi. Mungkin dia sedang memeriksa seluruh ruangan mal.
ADVERTISEMENT
Tidak lama berselang, bunyi lift berdentang. Pintunya kemudian terbuka perlahan, tidak ada siapa-siapa di sana. Aku masuk dan menekan lantai tujuanku. Lift bergerak perlahan, tapi... ada yang aneh. Aku masih ingat betul urutan tombol lantai pada lift di mal itu, dari mulai lantai dasar sampai lantai terakhir. Dan seingatku tidak ada lantai yang berinisial M. Anehnya sekarang aku melihat tombol lift berinisial M. Apa maksudnya?
Lift-ku malah berhenti di lantai M, pintu terbuka perlahan. Karena penasaran aku lantas beranjak keluar dari lift. Dahiku berkerut saat menoleh ke kanan, di sana toko-toko masih buka. Para pengunjung mal memenuhi lantai tersebut. Mereka berlalu-lalang, membawa keluarga, pasangan, dan teman-teman.
Lantai M ini sangat luas dan tidak seperti lantai-lainnya di dalam mal. Luasnya sangat tidak wajar, mungkin saja bisa menampung orang satu stadion bola. Aku berjalan perlahan sambil terus terheran-heran karena melihat apa yang mereka jual bukanlah hal biasa. Kios-kios itu menjual janin bayi, darah, dan biji-bijian warna hitam; entah biji apa, aku tidak tahu.
ADVERTISEMENT
Di meja makan aku bertemu dengan sekelompok anak muda yang menjadi pelanggan setia kiosku setiap malam. Mereka melihat ke arahku dan tersenyum ramah sambil mengangguk, tangan mereka memegang janin. Aku lihat ada yang masih mengunyah janin itu, perutku mual. Segera aku menjauh dari mereka.
Tidak jauh dari tempatku berdiri, ada seorang wanita berbaju hijau dan lelaki yang pernah bunuh diri sedang sibuk melayani pelanggan di kios mereka masing-masing. Aku juga melihat Bibi di salah satu kios itu, Bi Risma sedang sibuk melayani pembeli, wajahnya pucat sekali.
“Bibi, aku berlari mendekatinya.”
Ia menoleh ke arahku dengan tatapan datar.
“Bibi ayo pulang,” kutarik lengannya yang terasa dingin.
Dia diam saja sambil memandangiku. Tak lama kemudian dia keluar dari dalam kios lalu menghampiriku.
ADVERTISEMENT
“Pulang, Nun. Bilang ke keluarga bibi kalau bibi sudah mati.”
“Bibi ngomong apa sih ayo pulang!” aku menarik lengannya.
“Bibi sekarang tinggal di sini. Di mal ini, dan mungkin untuk selamanya.”
Aku menangis, air mata hangat membasahi pipi.
“Bibi... Inun takut. Jangan tinggalin Inun sendiri di Jakarta,” kupeluk tubuh bibiku.
“Pulang Nun... Pulang....”
“Kalau emang bibi sudah mati. Siapa yang bunuh bibi?” tanyaku sambil menangis.
Wajah Bi Risma berubah menjadi seperti ketakutan. Sebelum ia mengucapkan sesuatu, sebuah cambuk menyambar dari arah belakang Bibi. Cambuk itu melilit lehernya, Bibi diseret masuk ke dalam kios. Ia berteriak minta ampun, tangannya menggapai-gapai.
“Pulang Nun. Pulang!” teriak Bibi sesaat sebelum tubuhnya masuk ke dalam kios.
ADVERTISEMENT
“Bibi!” seperti ada penghalang yang membuatku tidak bisa masuk ke dalam kios itu, tubuhku terpental jauh dan berdebam ke lantai.
Saat bangun, orang-orang seisi mal itu melihat kearahku, mereka sangat menakutkan.
Nantikan cerita Mall Angker Jakarta selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten