PAMALI_PART9.jpg

Pamali: Abah Miyan (Part 9)

8 Februari 2020 17:44 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cerita horor. (Foto: Masayu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerita horor. (Foto: Masayu/kumparan)
ADVERTISEMENT
Masih ada saja pasien yang datang ke rumah bapak walau kondisi bapak belum sembuh total. Pasien laki-laki itu sekiranya berumur 24 tahun. Ia bilang sudah satu bulan sakit kepalanya tidak sembuh-sembuh. Kami sekeluarga mengatakan kepadanya kalau praktik pengobatan sudah ditutup dan tidak akan dibuka lagi. Dengan kecewa dia pamit dari rumahku. Tapi, lagi-lagi dari balik jendela. Kulihat seorang lelaki tua mendekat kepadanya dan mengajaknya bicara.
ADVERTISEMENT
Aku penasaran, kemudian mengikuti mereka. Sesekali aku bersembunyi di balik pepohonan agar tidak ketahuan. Lelaki tua yang mengenakan blangkon itu mirip dengan yang kutemui beberapa hari lalu di belakang rumah. Ia membawa pasien yang ditolak oleh bapak ke sebuah rumah bilik. Perlahan aku mendekati rumah bilik itu. Aku mengintipnya dari celah bilik rumah karena penasaran dengan apa yang akan dilakukan lelaki tua itu.
"Duduklah, aku bisa menyembuhkanmu," ujar lelaki tua itu.
"Benarkah?" kata lelaki muda, wajahnya terlihat bahagia.
"Iya. Kau terkena gangguan jin jahat."
Lalu lelaki tua pergi ke dapur. Segera kucari lubang bilik lainnya agar bisa melihat lelaki itu. Kulihat ia menuangkan air putih lalu menaburkan serbuk putih, entah apa.
ADVERTISEMENT
"Namaku Abah Miyan. Aku juga seorang tabib. Jadi kau jangan khawatir, penyakitmu pasti sembuh. Ini diminum dulu. Sudah kubacakan mantra," Abah Miyan menyodorkan air putih.
"Aku Maksum, Bah. Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu," kata Maksum sambil meraih segelas air.
Maksum meminum air pemberian Abah Miyan. Ia terlihat baik-baik saja.
"Sekarang kau boleh pulang."
"Ini uangnya, Bah."
"Ah, sudah kau simpan saja."
"Gratis, Bah?"
Abah Miyan mengangguk.
Lelaki itu lantas pamit dan mencium tangan Abah Miyan.
***
Besoknya kudengar kabar dari kampung sebelah kalau Maksum meninggal dunia. Aku yakin kalau bubuk putih yang ditaburkan Abah Miyan itu adalah racun. Dan dialah yang memfitnah bapakku sebagai pembunuhnya. Belakangan aku tahu, dia memang seorang tabib pengobatan alternatif yang sepi pelanggan semenjak pengobatan bapakku tersohor. Ia sengaja memfitnah bapakku agar tidak ada lagi yang mau berobat.
ADVERTISEMENT
"Pak, kemarin aku ngikutin kakek-kakek. Namanya Abah Miyan. Dia bawa pasien yang kita tolak dan akhirnya meninggal itu ke rumahnya. Alvin lihat dia ngasih minuman racun ke pasien kita. Kayaknya dia juga yang bunuh pasien-pasien kita dulu."
"Hus! Alvin jangan asal tuduh. Bahaya kalau nggak ada bukti."
"Buktinya Alvin lihat sendiri, Pak."
"Kamu masih anak kecil, Vin. Mana ada orang kampung yang percaya sama omongan kamu. Yang ada malah jadi fitnah nantinya."
"Alvin takut, Pak." Kupeluk tubuh Ayang yang penuh dengan benjolan bekas luka cambuk.
"Tenang saja, ada makhluk gaib Mang Roi yang jagain rumah kita. Jadi kita akan baik-baik saja."
Sehari setelah percakapan itu, bapak meninggal secara misterius. Luka cambuknya sudah sembuh. Dia tidak pernah mengeluh karena penyakit dan tidak ada kecelakaan apa pun. Dia meninggal begitu saja di atas tempat tidurnya. Kami sangat terpukul waktu itu. Aku ingin sekali mengusut tuntas siapa sebenarnya Abah Miyan. Dia adalah kunci dari semua jawabannya.
ADVERTISEMENT
___
Nantikan cerita Pamali selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten