shutterstock_1513444241.jpg

Panyandungan: Istriku Melahirkan 301 Bayi (Part 5)

28 Agustus 2020 15:24 WIB
comment
56
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cerita horor Panyandungan bagian 5, Istriku Melahirkan 301 Bayi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerita horor Panyandungan bagian 5, Istriku Melahirkan 301 Bayi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Setibanya di rumah, kudapati Novi sedang menangis di kamar. Mungkin saja dia sudah tahu kalau aku akan menceraikannya. Dia duduk memeluk dengkulnya sambil tertunduk. Perlahan aku mendekatinya. Mau bagaimana pun Novi adalah demit yang harus tetap kuwaspadai.
ADVERTISEMENT
Nov?”
“Kamu jahat, Mas,” kata Novi sambil menangis.
“Maafin aku, Nov.”
Novi menoleh kepadaku. Tampaklah wajahnya yang hitam legam. Dia juga bertaring, bahkan air liurnya menetes dari mulutnya.
“Jangan mendekat!” aku mundur beberapa langkah.
Novi terus menangis sambil melangkah mendekatiku. Dengan cekatan kurogoh plastik berisi garam.
“Novi! Mulai hari ini aku menceraikanmu!”
Tak lama setelah mendengar perkataanku, tubuh Novi seketika membesar. Bulu-bulu tebal dan hitam tumbuh dengan cepat di sekujur tubuhnya. Kini tingginya dua kali lipat dariku. Matanya merah menyala.
Segera kulemparkan garam pemberian Ki Handoko ke sosok demit itu. Seketika Novi berteriak kesakitan lalu menghilang begitu saja. Walau wujudnya sudah tak terlihat, aku masih dapat mendengar suara Novi yang meminta tolong. Kutaburkan butiran garam di sekeliling rumah agar demit itu tidak kembali lagi.
ADVERTISEMENT
***
Setelah menceraikan Novi, hatiku lega. Garam itu benar-benar manjur. Novi tidak berani datang lagi ke rumah ini. Tapi di hari kedua setelah perceraian, aku kembali mendapat masalah. Tengah malam ketika sedang asyik menonton televisi, ada seseorang mengetuk pintu rumahku.
“Siapa sih malam-malam gini yang bertamu,” gerutuku seorang diri. Jelas saja aku kesal.
Aku terkejut saat mendapati seorang bayi di depan pintu rumahku. Bayi itu diletakkan di dalam kardus. Tangannya bergerak-gerak menandakan kalau bayi itu masih hidup. Aku bingung. Ini bayi siapa dan dari mana datangnya?
“Mas, bayi-bayi kita sudah lahir!” teriak Novi dari kejauhan. Dia berdiri di luar gerbang rumah.
“Bayi-bayi?” aku mengerutkan dahi.
Tak lama kemudian di sekeliling Novi ada banyak bayi yang melayang. Jumlahnya banyak sekali. Mungkin seratus atau mungkin saja lebih dari itu.
ADVERTISEMENT
“Aku melahirkan 301 bayi, Mas, dan hanya satu yang berwujud manusia. Aku titip satu anak ini ke kamu, Mas, ya. Tolong jaga dengan baik!” Novi tersenyum lagi. Dia kemudian pergi begitu saja.
Aku tidak menyangka bakal punya anak sebanyak itu. Dan, sekarang mau kuapakan anakku ini? Mana bisa aku mengurus bayi sendirian. Oh ya, aku tidak perlu mengurusnya. Nanti biar baby sitter yang mengurus bayi ini.
Kubawa bayi dalam kardus itu masuk ke dalam rumah lalu kuletakkan di atas tempat tidur. Bayi itu bertelanjang badan, tapi dalam keadaan bersih. Ternyata dia perempuan.
Aku harus segera menamainya. Kira-kira nama yang cocok apa ya? Claudia! Ya kunamai dia Claudia. Biar agak modern dan tidak seperti namaku yang kurang bagus. Biar nanti anakku punya nama yang paling keren di antara teman-temannya.
ADVERTISEMENT
***
Anakku tumbuh dengan sehat. Aku tidak jadi membayar baby sitter. Aku sendiri yang mengurusnya, biar kelak dia bisa akrab denganku. Novi kadang datang ke kamarku untuk menjenguk anaknya.
Aku sering melihat ayunan Claudia bergerak sendiri. Tidak jarang popoknya sudah ada yang ganti. Padahal aku sama sekali belum menggantinya.
Novi, istriku yang telah aku ceraikan, yang ternyata dedemit itu, selalu ada di rumah ini. Mungkin efek garam itu sudah hilang. Aku sengaja membiarkan Novi sesekali menjenguk anaknya asal tidak menggangguku saja.
Walau aku tahu Novi sering mengunjungi Claudia, tapi Novi tidak mau menampakkan diri di hadapanku. Berbeda dengan anak-anakku di alam gaib, aku melihat mereka melalui CCTV. Sebanyak 300 anakku sering nongol di jendela kalau aku lagi tidur. Mereka lucu-lucu dan menggemaskan.
ADVERTISEMENT
Saat Claudia menginjak usia enam tahun, aku pindah rumah ke pusat kota agar anakku bisa bersekolah di SDN favorit. Lebih dari itu, rumah ini juga menyimpan terlalu banyak kenangan bagiku.
Aku harap Novi tidak mengikuti kami. Kalau Claudia sering berinteraksi dengan ibunya, aku takut dia jadi indigo.
Semua barang sudah dikeluarkan dari rumah. Claudia mendekatiku. Dia memeluk boneka panda kesayangannya. Sesaat aku memperhatikan rumah itu, bayangan-bayangan tentang Novi kembali melintas di benakku.
Aku melangkah masuk ke dalam rumah. Kurogoh spidol dari dalam saku celana lalu kutulis sebuah pesan untuk Novi di dinding.
Novi, kami mau pindah rumah. Aku harap kamu tidak mengikuti kami. Biarkan Claudia tumbuh dewasa menjadi manusia seutuhnya. Aku juga titip 300 anakku padamu. Jaga mereka baik-baik ya. Aku sayang kamu, Nov.
ADVERTISEMENT
-Bejo
SELESAI
____
Nantikan cerita horor selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten