part 10_square(2).jpg

Pocong Tetangga: Maafkan Kami (Part 10)

2 Juni 2020 15:02 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pocong Tetangga. Foto: Masayu/kumparan
Dari sela-sela tanah kuburan, perlahan muncul asap kental diiringi dengan suara rintihan.
ADVERTISEMENT
“Kembalikan tali kain kafanku....”
Tika hampir lupa kalau tali kain kafan itu juga sempat dicuri oleh Amprung.
“Ba..., baik. Aku akan cari tali itu,” kata Tika.
Segera Tika lari, yang ada benaknya hanya satu; pasti tali itu masuk ke dalam lubang septic tank. Mau tidak mau, septic tank rumahnya harus dibongkar.
Sesampainya di kampung, dia langsung mendatangi tukang bangunan dan memintanya untuk membongkar septic tank rumahnya. Tika tahu, tidak mudah menemukan tali itu, tapi mau bagaimana pun ia harus tetap mencobanya.
“Maaf, Mbak. Kalau harus masuk ke dalam septic tank, saya tidak sanggup.”
Tika diam sejenak, “Tak apa, biar aku saja yang masuk, aku hanya minta tolong bongkar septic tank-nya.”
ADVERTISEMENT
“Memangnya apa yang Mbak cari?” tanya Ruslan.
“Pokoknya benda penting. Bisa ke rumah sekarang?” tanya Tika.
“Bisa Mbak. Sebentar ya.” Ruslan masuk ke dalam rumahnya lalu muncul kembali dengan membawa palu pemecah batu dan juga linggis.
Dengan susah payah, Ruslan membongkar septic tank rumahnya Tika. Mereka berdua mengenakan masker dan kacamata. Setelah berhasil dibongkar, Tika pelan-pelan masuk ke dalam septic tank, tubuhnya tenggelam sedada. Bau menyengat membuatnya merasa pusing.
Tangannya meraba segala arah, mencari tali.
“Ketemu, Mbak?” tanya Ruslan dari atas.
Tika menggelengkan kepala. Namun tidak lama kemudian, lengan Tika meraih sebuah tali. Ia tersenyum, Tika yakin kalau itu adalah tali kain kafan. Anehnya, tali itu seperti tersangkut pada sesuatu sehingga susah dicabut.
ADVERTISEMENT
“Susah dicabut nih,” kata Tika.
Ia menarik tali itu sambil berteriak, mengeluarkan seluruh tenaganya. Tali lepas, Tika terjungkal untung saja ia masih bisa menahan keseimbangan. Dugaan Tika benar kalau tali itu adalah tali kain kafan. Segera ia naik ke permukaan lalu mencuci tali tersebut.
“Itu tali apa, Mbak?” tanya Ruslan.
Tika tidak menjawab, ia malah beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai, ia kembali menghampiri Ruslan dan memberikan sejumlah uang.
“Ini uang upahmu,”
“Wah besar sekali, Mbak.”
“Iya itu upah sekaligus untuk menutup kembali septic tank-nya.”
“Dan ini uang untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menutup septic tank,” lanjut Tika.
“Baik, Mbak,” Ruslan beranjak pergi ke toko material.
ADVERTISEMENT
***
Malam hari, Tika kembali mendatangi kuburan Pak Rusdi. Ia membawa senter sebagai penerang. Burung hantu berkukuk dari balik pepohonan, membuat suasana menjadi semakin menakutkan. Sesampainya di kuburan, Tika mengeluarkan tali kain kafan dari dalam plastik warna hitam.
“Ini kukembalikan talinya,” ujar Tika, wajahnya jelas ketakutan.
Gundukan kuburan itu tidak bergerak sama sekali.
“Pak Rusdi, tolong kembalikan suamiku,” kali ini Tika menangis, sambil memohon.
Dari dalam tanah tiba-tiba muncul sebuah tangan, Tika terkejut. Ia buru-buru menyodorkan tali itu, tangan itu langsung meraihnya lalu masuk kembali ke dalam tanah.
Perjuangan Tika tidak sia-sia. Dari kegelapan, muncul Amprung yang berjalan tertaih-tatih. Segera Tika berlari ke arah suaminya lalu memeluknya sambil menangis. Amprung terlihat sangat kelelahan, Tika pun memapahnya pulang.
ADVERTISEMENT
Sebelum pergi meninggalkan kuburan, Amprung menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke kuburan Pak Rusdi.
“Maafkan kami...,” desis Amprung.
SELESAI
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten