ritual-996997_1920.jpg

Pocong Tetangga: Nomor Togel (Part 4)

27 Mei 2020 13:30 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cerita horor ritual mendapatkan nomor togel. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerita horor ritual mendapatkan nomor togel. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Amprung menyimpan botol itu dengan sangat rapi. Ia membungkusnya dengan kain bekas kemudian dimasukkan ke dalam kardus. Ia menyimpannya di dalam lemari. Tidak ada seorang pun yang boleh membuka lemari itu. Zahra, anak perempuan Amprung, pun berkali-kali diingatkan oleh ibunya agar tidak membuka lemari tersebut.
ADVERTISEMENT
Tengah malam saat mereka sedang tidur, terdengar suara botol yang seperti diketuk. Tika terbangun. Suara itu bersumber dari dalam lemari. Pocong dari dalam botol memaksa ingin keluar. Tika mengguncang-guncangkan tubuh suaminya.
“Pak, bangun!”
“Ada apa?” Amprung terbangun masih dalam keadaan kantuk.
“Dengar, Pak,” kata Tika.
Amprung meruncingkan daun telinganya
“Pocong?”
“Iya, Pak.”
Amprung segera turun dari tempat tidur. Ia lalu membuka lemari dan memeriksa keadaan botol. Di dalam botol tersebut menggumpal asap putih yang melayang tapi tenang. Botolnya bergetar sambil terus mengeluarkan suara ketukan.
“Pak, bagaimana kalau nanti botol ini pecah?”
“Kamu jangan khawatir. Botol ini sakti dan tidak akan bisa ditembus pocong sialan itu.”
“Tik, Tika... lihat ini,” Amprung menunjukkan botol itu kepada istrinya.
ADVERTISEMENT
Aneh sekali. Dari dalam botol itu muncul empat digit angka yang entah apa maksudnya.
“3785,” Amprung buru-buru mencatatnya.
“Itu nomor apa, Pak?”
“Nggak tahu. Dicatat saja dulu. Siapa tahu bisa jadi jimat.”
Suara ketukan dari dalam botol sudah hilang. Amprung meletakkan kembali botol ke tempat semula dengan sangat hati-hati.
***
Keesokannya, di pasar Kliwon, Amprung membantu Sardi berjualan. Kalau memang lagi rajin, Amprung bekerja jadi apa pun di pasar itu. Kadang menjadi tukang pikul, kadang bantu lapak orang. Tapi, ia lebih sering hanya tiduran saja di pojok pasar sambil menunggu mangsa untuk dicopet.
“Sardi!”
muncul seorang lelaki dari arah barat yang mengenakan topi koboi. Ia membawa buku dan pulpen.
ADVERTISEMENT
“Woi, Arman!” Sardi menoleh ke arah lelaki itu sambil tersenyum.
“Biasa. Mau pasang togel, nggak?” Arman membuka buku yang dibawanya. Di dalam buku itu banyak sekali digit nomor togel untuk dipilih.
“Boleh deh. Aku pasang dua digit saja,” di sela kesibukannya, ia mengeluarkan uang dua ribu rupiah.
“Mau nomor berapa?” tanya Arman.
“Em... 47,” ujar Sardi. Ia kembali meraih goloknya dan memotong daging ayam.
“Hai, kau Amprung, pasang togel lah,” Sardi memukul buku togel ke kepala Amprung.
“Nggak punya duit, Bang,” timpalnya tanpa melihat ke arah Sardi.
“Duit yang kukasih kemarin sudah habis?” tanya Sardi.
Tiba-tiba wajah Amprung cerah. Ia ingat kalau si dukun menolak uang itu. Buru-buru Amprung merogoh celananya.
ADVERTISEMENT
“Ini masih ada.”
“Berapa itu?”
“Aku pasang seribu perak ajalah, Bang. Uangnya buat judi nanti malam.”
“Berapa digit?”
Amprung terdiam, dia ingat 4 digit nomor yang tertera di dalam botol.
“Empat bang, empat digit.”
“Nomornya?” Arman bersiap mencatat.
“3785.”
"Mantap, Prung. Semoga beruntung kau," Arman beranjak pergi. Ia akan berkeliling pasar untuk menawarkan judi togel.
Beberapa hari kemudian, nomor togel empat digit keluar. Amprung terkejut karena taruhannya benar. Nomor yang keluar dari togel yaitu 3785. Amprung mendapatkan hadiah sebesar dua juta rupiah. Ia menyesal karena tidak bertaruh lebih banyak.
“Aku menang togel, Tik. Nomornya dari botol semalam.”
“Wah serius, Pak?”
“Iya, Tik. Nanti malam kita lihat lagi botolnya. Siapa tahu muncul nomor togel lagi.”
ADVERTISEMENT
Namun, sampai tiga hari berikutnya, botol itu tidak mengeluarkan nomor togel. Hanya ada suara ketukan dari dalam botol. Pocong itu mendesak ingin dikeluarkan.
“Pocong sialan! Bikin berisik saja,” Amprung melempar gantungan baju ke arah lemari. Suara itu sangat mengganggu sehingga keluarga Amprung susah tidur.
"Pak, coba pindahkan botolnya ke dapur," Saran Tika.
Amprung menuruti saran istrinya. Ia membawa botol itu ke dapur lalu diletakkan di atas meja makan. Akhirnya keluarga Amprung bisa memejamkan mata. Kini suara itu hanya terdengar pelan dan sayup.
Namun, sebelum Amprung terlelap tiba-tiba terdengar suara gaduh di dapur. Mereka mendengar suara seperti kaca yang pecah. Sesaat kemudian diikuti suara kucing mengeong. "Pak, botolnya!," Tika panik dan membangunkan suaminya. Mereka berdua berlari ke dapur.
ADVERTISEMENT
___
Nantikan cerita Pocong Tetangga selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten