source.gif

Rahasia Pulau Berhantu: Anjing Bermata Merah

26 September 2019 18:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi
ADVERTISEMENT
“Sial, aku sudah takut banget kalau beneran anjing, takut rabies,” Ahmad mengelus-elus dadanya.
ADVERTISEMENT
“Lah, aku lebih serem lagi kalo itu anjing jadi-jadian woy,” Rudi menanggapi dan di ikuti oleh anggukan Ifah.
“Jam berapa ini sekarang?”
“Jam 1 malam. Gak terasa juga ya,” Jawab Musa sambil mengambil handphone-nya dan mengeluhkan sinyal yang kosong.
“Ya sudah, terakhir eksplore kita ke arah anjing itu pergi yuk. Abis itu kita langsung balik aja ke pinggir pulau dan numpang tidur di dekat tempat si bapak penjaga pulau tadi. Aku penasaran, sepertinya anjing itu mau menunjukan sesuatu,” seperti tidak ada lelahnya, aku mengajak teman-temanku untuk terus menelusuri sisi mistis pulau ini.
Dan untungnya, mereka pun juga sama, memiliki rasa penasaran yang juga tinggi. “Baiklah, ayok cus!”
Sekarang tepat di hadapan kami, ada dua buah makam keramat yang dilindungi oleh bangunan kecil dengan ubin-ubin keramik yang tertata rapih dan dikelilingi oleh pagar bambu dan di atas tanah kuburannya ada kelopak-kelopak bunga segar yang seperti baru saja ditaburi, dengan papan nisan yang ditutupi oleh kain putih.
ADVERTISEMENT
“Salah satu dari makam itu adalah tokoh DI/TII yang dihukum mati oleh pemerintah,” ujar rudi sambil membaca papan tulisan yang berada di dekat makam itu.
“Aku merinding. Di salah satu makam itu adalah makam tokoh DI/TII yang pernah memberontak di NKRI, Kartosuwiryo. Beliau di eksekusi mati oleh Soekarno,” Rudi melanjutkan cerita sejarahnya.
Aku tidak bisa menjangkau makam tersebut karena memang dihalangi oleh tembok bangunan kecil itu. Namun aku sedikit terganggu dengan tulisan tersebut. Entah, batinku mengatakan bahwa makam keramat tersebut bukanlah orang yang sama seperti yang Rudi sebutkan tadi. Bukan ia yang dimakamkan di sini.
Dan sayang sekali, banyak orang yang menggunakan makam keramat ini bukan hanya untuk berziarah, namun juga meminta-minta hal seperti kejayaan, kekuatan dan kemakmuran. Aku tiba-tiba dihadapkan dengan penglihatan beberapa orang yang berdoa, berdzikir dan meminta sesuatu kepada makam ini di sela-sela do’a mereka.
ADVERTISEMENT
“Hadeuh, minta barokah kok sama makam,” celetuk ku tiba-tiba yang di ikuti oleh pertanyaan Ahmad “maksudnya?”
“Iya, aku melihat sering kali saat malam ada beberapa orang yang mengunjungi makam keramat ini dan berdoa yang tidak-tidak. Sambil memberi beberapa sesajen dan meminta kekayaan, kejayaan. Apa sih,” Musa mulai celingukan ke arah belakangnya, “Sorry, tadi ada yang lewat ya di belakang kita?”
Serempak kita semua menengok ke arah belakang dan disambut dengan embusan angin dingin yang mencekat.
“Ada pasukan tentara tanpa kepala sedang berjalan melintasi kita tanpa menapakan kakinya ke tanah, biarkan saja,” jawabku santai sambil kembali melihat ke arah makam tersebut.
Ifah refleks memegang lenganku, sedikit gemetaran.
“Rudi, apakah mungkin jika yang dimakamkan di sini bukanlah orang yang sama dengan yang kamu sebutkan tadi?” Rudi mengangkat bahunya, “aku tidak tahu. Tapi mungkin saja, karena memang ada kemungkinan lain bahwa di sini hanyalah pengalihan dan makam sesungguhnya ada di pulau lain di salah satu gugusan kepulauan seribu ini. Tapi di sini yang paling meyakinkan.”
ADVERTISEMENT
“Baiklah, siapapun yang di makamkan di sini, mari kita do’akan kembali agar segala amal ibadahnya di terima Allah dan tempat ini dijauhkan dari manusia-manusia syirik yang mengharapkan kekuatan dan perlindungan selain dari Allah,” omongan Ahmad serentak kami aminkan.
Langit pagi ini juga dihiasi oleh indahnya kepakan kawanan burung camar. Matahari sudah mulai menunjukan dirinya, meskipun beberapa awan tebal menghalangi cahayanya, namun aku sudah mulai merasakan kehangatan pagi ini dengan desiran ombak dan pantulan cahaya matahari yang menyentuh riak-riak air laut yang dibelah oleh kapal kecil yang kami kendarai untuk pulang kembali ke daratan.
Aku masih terjaga dan tidak bisa tidur dari tadi, meskipun beberapa dari teman-temanku sudah terlelap, bahkan Rudi mendengkur sangat keras. Ifah hanya tidur satu jam di pinggir pulau tadi, dan sekarang masih sibuk dengan memperbanyak foto selfie-nya di atas kapal.
ilustrasi
Banyak hal yang aku pikirkan sejak selesai berekspedisi malam ini. Tentang sejarah yang banyak terukir di atas pulau ini, hingga kisah cinta tak sampai maria v*n d* v***e.
ADVERTISEMENT
Ternyata, ketika cinta sudah merasuk ke hati setiap insan manusia, maka kematian pun tidak dapat menghilangkan rasa itu.
Betapa kekuasaan Tuhan sangatlah luas, menciptakan cinta yang tidak terbatas ruang dan waktu. Kecintaan yang tiada habisnya bisa di rasakan oleh se-sosok ‘mahluk ghaib’, maka kenapa kita harus ragu dalam tulusnya rasa cinta dari yang ‘maha ghaib’?
Contohnya, pada malam ini, kami lagi-lagi pulang dalam kondisi selamat dan baik-baik saja setelah banyaknya melakukan interaksi dengan ‘mereka’. Apalagi namanya kalau bukan karena cinta kasih dari Sang Maha Ghaib, Tuhan Yang Maha Esa. Rasa syukur tidak pernah habis kupanjatkan setiap kali aku selesai melakukan penjelajahan dengan teman-teman Ekspedisi Mistis Indonesia. Aku tidak sabar dengan penjelajahanku selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Senang membaca kisah horor seperti ini, klik tombol subscribe di bawah untuk mendapatkan notifikasi setiap ada kisah horor terbaru dari Mbah Ngesot.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten