fc1ef97f5218ee9a4b9df84b9401c25d1475942974.png

Rahasia Pulau Berhantu: Maria dan Lucas

25 September 2019 18:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi
ADVERTISEMENT
Sekarang kulitnya sudah menggelap, berwarna hitam agak keunguan di sebagian sisinya, dan dari bibir merah mungilnya terus terucap sebuah nama “Lucas.. Lucas..,” yang aku ketahui saat ini, sebuah penyakit sedang menggerogoti tubuhnya –entah apa penyakit itu. Ingin sekali aku mendekati dan memberikan nya sedikit semangat tapi, yah –itu tidak akan memepengaruhi apapun, karena yang aku lihat saat ini adalah hanya sebuah potongan kisah sisa-sisa energi masa lalu, cara mereka untuk berkomunikasi dan menyampaikan sesuatu kepadaku.
ADVERTISEMENT
Makin lama aku mendekati ranjang Maria, makin pula aku menjauh dari tempat itu, tubuhku seperti tertarik sesuatu dan aku melihat beberapa orang menghampiri Maria, menangis sambil menggoyangkan tubuhnya untuk membangunkan nya. ia sudah tidak bernafas.
Semakin buram pandangan itu, semakin aku akhirnya tersadar, dengan air mata yang sudah menetes dan teman-temanku hanya bisa memandangiku, penasaran dengan apa yang telah aku lihat.
“Giya? udah balik lagi?” Ifah bertanya sambil memberiku beberapa helai tisu.
Aku mengangguk pelan, “Jadi apa yang kamu lihat, Gi? Maria benar-benar bunuh diri karena menunggu kekasihnya yang tidak datang dari Belanda kah, sesuai sejarah?” Rudi bertanya dengan penuh antusias.
Aku menghela nafas, “Nama kekasihnya Lucas. Ia memang meninggal dalam keadaan menunggu kekasihnya. Namun ia diperintah oleh ayahnya Maria untuk berperang ke Batavia. Tapi ternyata dalam penantiannya Maria malah terkena sebuah penyakit kulit yang entah apa itu, kemudian meninggal.
ilustrasi
”Terlihat Rudi sedikit menganga, “Penyakit pes yang mewabah pada saat itu benar-benar nyata adanya,” lanjut rudi, diikuti dengan keheningan panjang dari teman-teman yang lain.
ADVERTISEMENT
“Kita doakan dulu Maria, sesuai dengan agama dan kepercayaan kita masing-masing. Ruh memang urusan Tuhan, namun sesuatu yang telah mati terkadang tidak benar-benar mati, sukmanya masih bersemayam karena urusan nya yang belum selesai ketika mereka meninggalkan dunia ini,” ucapku sedikit bijak.
“Atau bisa saja hanya jin yang menyerupai mereka, dan memberikan informasi yang salah hingga akhirnya kita terjebak dan percaya atas semua informasi yang mereka berikan. Harus benar-benar waspada dalam menyaring semua itu. Karena mereka mencuri semuanya dari langit dan memanfaatkan setiap kondisi dan kematian seseorang,” lanjutku lagi.
“Entah yang mana saja yang kita percaya, namun alangkah baiknya kita yang masih bernafas dan masih bisa beribadah, do’akan lah mereka sebaik mungkin karena hanya itu yang orang mati butuhkan,” Ahmad melanjutkan ucapanku dan mulai memimpin do’a, tidak jauh dari situ senyum tipis Maria terlempar ke arahku dan menghilang menyatu dengan gelapnya malam.
ADVERTISEMENT
“Kamu tahu, gak? Ada anak kecil perempuan Belanda yang sangat imut sekali dari tadi mengikutimu sejak kita keluar dari areal pemakaman,” aku tertawa kecil sambil menunjuk ke arah kaki sebelah kanan Musa.
“Ya Allah seriusan Gi? Pantesan kaki pegel banget dari tadi. Aduuh usirin dong tolong,” Musa mengeluh sambil menepuk-nepuk arah betis kaki kanannya.
“Ya udah, kamu taruh aja permen yang ada di kantongmu itu ke tanah. Dia cuma mau itu kok,” Musa terbelalak kaget, “lho kamu tau ada permen di kantongku? Padahal aku sengaja sembunyikan biar gak diminta sama Ifah.”
Ifah menjewer telinga Musa dengan sebal, “makanya jangan pelit jadi orang, rasain.”
Kami semua terkekeh kecil namun tiba-tiba kami menghentikan langkah secara bersamaan. Tepat di depan kami, di tengah jalan, ada seekor anjing bermata merah. Namun anjing itu pergi ke arah kanan, yang merupakan pecahan ujung jalan kami. Dan tiba-tiba anjing itu menghilang.
ADVERTISEMENT
Senang membaca kisah horor seperti ini, klik tombol subscribe di bawah untuk mendapatkan notifikasi setiap ada kisah horor terbaru dari Mbah Ngesot.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten