39073787092_37959ff5ef_b.jpg

Rahasia Pulau Berhantu, Rudi POV: Komunikasi Ghaib

14 Oktober 2019 19:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi
ADVERTISEMENT
Gue yakin gue tidak sendirian di sini. Duh, sayangnya gue tidak punya kemampuan seperti Giya. Tapi sepertinya gue menyesal udah berpikir kayak gitu. Karena sekarang, di depan gue ada sosok putih-putih di balik pohon pisang yang bikin lutut gue lumayan bergetar, “p-p-p-pocong!” Suara gue tiba-tiba tercekat.
ADVERTISEMENT
Semakin gue mempertegas wujudnya, makin jelas bahwa sosok menyeramkan itu setinggi kurang lebih 2 meter -setinggi pohon pisang, muncul di hadapan gue dengan wajah hitam legam dan matanya yang berongga seperti tengkorak, kain kafan kumal yang penuh tanah dan ikatan kepalanya tidak beraturan hingga menutupi sebagian wajahnya.
Melihat gue yang kaget dan takut setengah mati, si pocong sialan ini malah mempermainkan gue dengan memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, melayang dari pohon pisang satu ke yang lain. Sumpah, gue benar-benar tidak bisa teriak sama sekali. Gue terus menerus baca do’a dalam hati sampai akhirnya mahluk itu benar-benar pergi dan gue bisa bernafas normal kembali.
“Astaga! Rudi di mana?” samar-samar terdengar suara anak-anak manggil nama gue. Ah, iya, mereka pasti jadi sibuk mencari gue.
ADVERTISEMENT
“iya, gue di sini woy!” gue membalikan tubuh dan berencana menghampiri mereka, sebelum suara tangisan perempuan yang terisak-isak menggema di kuping gue dan kembali menghentikan langkah gue.
“Siapa itu?”suara itu tiba-tiba berhenti, gue menyapu pandangan ke sekeliling namun tidak ada apapun yang terlihat. Terlintas di otak gue satu nama paling terkenal di atas pulau ini yang sering bergentayangan mengitari pulau. Oke, perasaan gue mulai gak karuan. Saatnya kabur.
Gue sibuk menceritakan apa yang barusan saja gue alami ke Ahmad. Ia Cuma merespon dengan ledekan dan tawa kecil. “Segitu doang ah nyali lo, masa kabur.”
“Lah, bukan gitu, kan lo pada mencari gue. Ya, gue pergi lah dari situ. Padahal masih penasaran gue sama makhluk yang nongol tadi,” Sanggah gue sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.
ilustrasi
“Wew, sepanjang jalan penuh dengan puing-puing beton. Tapi jangan-jangan itu bebatuan. Iya, gak sih?” Untung saja Ifah bertanya sesuatu yang bisa mengalihkan pembicaraan gue dengan Ahmad.
ADVERTISEMENT
“Gini Fah, dulunya ini bekas karantina haji gitu. Yang kita lihat di kanan kiri kita sekarang itu bekas reruntuhan barak haji yang dibangun sekitar tahun 1911, sebelum pada akhirnya tahun 1933 kegiatan karantina haji dipindahkan ke Pelabuhan Tanjung Priok.” Gue mulai menjelaskan sedikit demi sedikit sisi sejarah lokasi ini yang gue ketahui.
“Oh pulau ini dulu semacam tempat asrama haji gitu?” Tanya musa sambil mengenakan jaketnya. Entah kenapa makin malam makin terasa dingin, maklum lah, namanya juga pulau di tengah laut, angin lautnya pasti kencang.
“Iya. Dulu pulau ini jadi lokasi pemberangkatan jamaah haji melalui jalur laut gitu. Dan juga jadi karantina jamaah haji yang ‘katanya’ membawa penyakit menular saat balik lagi ke Tanah Air. Padahal sih katanya itu hanya alasan saja, pemerintah Belanda takut para jemaah haji bisa bawa ideologi baru setelah belajar sama para ulama islam di Mekkah.” Gue melanjutkan penjelasan sambil membaca sebuah papan informasi di depan puing-puing tersebut.
ADVERTISEMENT
“Nih, jumlah barak haji di sini dulunya ada 35 unit, dan setiap baraknya bisa menampung 100 orang. Kebayang gak tuh 3500 orang dulu di sini, ramenya kayak apa pulau ini.”
Tiba-tiba Giya membuka suara, “Eh, sebentar ya.”
Ia menghampiri salah satu bekas puingnya, menyentuhnya sambil duduk bersila dan memejamkan mata. Sepertinya Giya akan melakukan komunikasi lagi. Biasanya kalau sudah seperti ini, gue dan yang lain cuma bisa menunggu dan sesuai dengan instruksi Giya, kalau dia tidak boleh melakukan komunikasi dengan ‘mereka’ terlalu lama dan harus ada yang menyadarkan nya dan kembali ke alam sadar sebelum 10 menit.
***
Senang membaca kisah horor seperti ini, klik tombol subscribe di bawah untuk mendapat notifikasi setiap ada kisah horor terbaru dari Mbah Ngesot.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten