1181388.jpg

Rahasia Pulau Berhantu, Rudi POV: Penampakan Sosok Kuntilanak

13 Oktober 2019 18:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi
ADVERTISEMENT
Dari berbagai tempat yang pernah gue kunjungi bareng sama teman-teman komunitas Ekspedisi Mistis, ini adalah salah satu tempat yang udah gue tunggu banget sejak beberapa bulan lalu. Sulit untuk membujuk mereka ke sini, terutama Giya.
ADVERTISEMENT
Ada banyak alasan yang Giya lontarkan. Mulai dari mabok laut, ngeri naik kapal kecil, sampai takut terjadi ngeri tsunami.
Iya, mereka memang se-random itu. Tapi, akhirnya gue berhasil membujuk mereka ke tempat ini. Sebuah pulau di ujung Jakarta yang terkenal dengan sejarah pilunya nan magis.
Entah kenapa, sejak awal menginjakkan kaki turun dari kapal kecil yang kami tunggangi, Giya lebih banyak diam. Namun, matanya liar menyisir setiap sudut yang terlihat dari pulau ini.
Kadang gue penasaran. Kadang aku juga bertanya: Bagaimana rasanya jadi Giya? Diberkahi kemampuan yang tidak biasa dan bisa melihat mahluk halus beserta cerita masa lampaunya.
Satu-satunya mahluk halus yang kerap menampakkan dirinya di depan gue cuma dari rombongan kuntilanak dan pocong. Kalau kata Giya, jin yang menyerupai mereka itu dari kasta terendah. Jadi, tahu lah sejauh apa batas kemampuan gue yang cuma bisa melihat jin golongan bawah.
ADVERTISEMENT
Kami melangkah pendek sembari berbincang. Mata gue tertarik membaca setiap papan informasi dan hal-hal terkait sejarah pulau yang kali ini kukunjungi. Sampai akhirnya tepat di depan gue ada tugu berbentuk kincir angin.
Ukurannya kecil. Namun, ini mencirikan bahwa pada zamannya pulau ini menjadi pangkalan militer Belanda saat menduduki Indonesia.
Giya mulai buka suara. Ia mengatakan bahwa kita akan mulai ekspedisi jam 22.00 WIB. Gue melirik ke arah jam tangan, dan waktu masih menunjukkan pukul 19.00 WIB. Astaga… Sepertinya waktu lambat sekali berjalan.
“Hey! Aku mau kasih sedikit informasi sejarah mengenai pulau ini juga, ya. Boleh kan?” kata gue, menyahut perkataan Giya dengan semangat membara.
Jauh sebelum ke sini, gue memang sudah beberapa kali meriset sejarah terkait pulau yang ‘tidak pernah beristirahat’ ini. Jadi, tentu saja gue dengan senang hati jadi tour guide ala-ala.
ADVERTISEMENT
Gue mulai membidikkan kamera ke sisa-sisa reruntuhan bangunan bekas benteng dari Vereenigde Oostindische Compagnie. Tiba-tiba gue mencium sesuatu yang tidak enak. Begitu busuk dan cukup membuat isi perutku hampir nail.
Gue menoleh ke segala arah. Tapi, gue tidak menemukan apapun. Tidak ada timbunan sampah atau bangkai tikus di sekitar kami.
ilustrasi
“Eh, aku lihat ada kuntilanak di situ barusan,” kata Ifah tiba-tiba. Itu cukup sukses membuat jantung gue berdegup kencang serasa mau copot.
Iya udah biarin aja. Nanti juga nongol lagi. Aneh ya kuntilanak bisa di mana-mana ada. Enggak di rumah gue, gak di pulau,” kata gue menanggapi Ifah dengan sok santai seraya mencairkan suasana.
Mereka kembali sibuk dengan kamera masing-masing. Sementara itu, perhatian gue tertuju pada Giya yang sepertinya dari tadi sedang fokus memperhatikan sesuatu di kejauhan sambil memicingkan mata bulatnya. Gue pun melihat ke arah pandangan Giya tertuju. Namun, yang gue lihat cuma sebuah pohon besar dengan dahan rindang.
ADVERTISEMENT
Entah kenapa bulu kuduk gue berdiri. Namun, karena rasa penasaran lumayan tinggi, gue pun memutuskan untuk sedikit memisahkan diri dari yang lain. Gue menghampiri tempat yang sedari tadi diperhatikan Giya saat ia sudah sibuk dengan hal lain.
Aku mendekati sebuah pohon besar yang dikelilingi belasan pohon pisang. Sebagian dari pohon pisang itu telah berbuah. Kondisi malam saat ini memang tidak terlalu gelap karena sinar rembulan sedikit menyembul di sela-sela dahan dan rimbunan pohon. Ia membentuk bayangan yang menambah kesan menyeramkan. Gue merasa gak sendiri di sini.
***
Senang membaca kisah horor seperti ini, klik tombol subscribe di bawah untuk mendapat notifikasi setiap ada kisah horor terbaru dari Mbah Ngesot.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten