dark-1869803_1920.jpg

Sahabat Sejati Tidak Pernah Ingkar Janji: Mak Comblang

6 September 2019 18:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi
ADVERTISEMENT
“Lo ajak ngobrol apa si Ryan, jangan didiemin aja. Nanti keburu dideketin sama yang lain gigit jari lo,” kataku pada Erika.
ADVERTISEMENT
“Lo jangan gitu, dong. nanti gue sedih nih kalo dia digebet sama cewek lain,” Mata Erika menatap Ryan sudah duduk di bangku, tatapan itu mengandung sejuta harapan yang ia harap dapat ia wujudkan.
“Makanya deketin dong, gitu aja susah. Apa mesti gue yang mak comblangin?”
Aku sudah lama gregetan sama Erika, lamban sekali geraknya padahal aku sudah lama mendengar rumor kalo Ryan sudah diincar sama kakak kelas. Jika tidak takut Erika patah hati sudah kukatakan kepadanya semenjak lama.
“Udahlah, gue aja yang mulai,” Kesebaranku atas kebodohan Erika sudah habis, aku memutuskan untuk beranjak dan mendekati Ryan. Dua kali Erika berusaha meraih tanganku untuk menarikku balik, namun ia gagal. Aku dalam perjalanan menuju meja yang diduduki Ryan.
ADVERTISEMENT
“Lo udah ngerjain PR, Ryan?” kataku pada Ryan.
Meski awalnya kebingungan, tetapi Ryan merespon juga. “Udah, kenapa emang?”
Aku mengerling kepada Erika yang gelagapan terus pura-pura membaca novel, “Enggak, si Erika kagak ngerti tuh, kayaknya kemaren pas dijelasin dia malah sibuk maenan hape. Lo mau bantuin dia gak?”
Erika yang terus mengawasi kami dari sisi halaman novelnya langsung megap-megap saat Ryan menatapnya langsung, dalam hati aku tertawa puas. Minimal Erika kena serangan jantung ringan disebabkan kejadian itu.
“Boleh aja, mumpung masih ada waktu,” tatapan Ryan kembali keadaku.
“Oke.”
Aku kembali ke Erika, kuberikan buku tulisku kepadanya. Di dalamnya ada PR yang memang belum kukerjakan, kemalasanku semalam ternyata berguna juga. “Lo bilang sama dia kalo lo gak ngerti PR-nya makanya lo belum ngerjain,” Bisikku pada Erika sembari menarik tubuhnya supaya bangkit.
ADVERTISEMENT
“Gimana nanti lo sama Ryan sekarang lo sendiri yang nentuin,” kataku lagi sebelum melepas Erika pergi.
Erika mulai berjalan ke meja Ryan, sisanya aku tidak tahu lagi tapi yang jelas pagi itu Erika menghabiskan waktunya di meja Ryan dan mereka kelihatannya semakin akrab. Esok harinya aku memergoki Erika makan bersama Ryan di kantin dengan buku pelajaran terbuka di meja, benarkan intuisiku jika mereka berdua cocok. Setelah jam istirahat Erika menomplok tubuhku lalu menghujanikua dengan ciuman di pipi, antara terkejut dan rishi aku terpaksa menerima perlakuannya.
ilustrasi
“Makasih ya, makasih, makasih, makasih, maakkaassiihhh!” pekik Erika.
“Iya udah, biasa aja apa,” Protesku sembari melepaskan tangan Erika yang lengket seperti tentakel gurita.
“Nanti bisa-bisa anak kelas nyangka kita gak normal lagi,” Aku melanjutkan.
ADVERTISEMENT
“Ryan ngajak gue nonton weekend nanti,” Kata Erika, matanya berbinar.
Aku yang masih merapikan seragam dan rambutku yang diacak-acak oleh Erika ikut bahagia mendengarnya, akhirnya Erika mendapatkan apa yang ia impi-impikan.
Wajah Erika mendadak muram.
“Kenapa lagi?”
“Gimana kalo Ryan ke rumah gue terus ilfeel liat rumah gue?”
“Ya berarti dia emang gak cocok buat lo, cari lagi yang lain. Gampang,” Aku berkata tegas, “Lagian gue juga yakin kok kalo Ryan orangnya gak kayak gitu.”
Kata-kataku membesarkan hati Erika, aku bisa melihat harapannya kembali mengembang. “Lo emang temen gue paling baik, gue harapan pertemanan kita selamanya kayak gini, gak jadi rusak, lo emang temen sejati gue."
Aku terharu mendengar itu, meski sesungguhnya ia tidak perlu berkata seperti itu sebab setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk bahagia. Tidak peduli apakah ia kaya atau miskin, anak konglomerat atau pun anak tukan becak, semuanya berhak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dalam kasus Erika ia hanya butuh sedikit dorongan saja, dan kebetulan akulah yang menjadi dorongan untuknya.
ADVERTISEMENT
___
Senang membaca kisah horor seperti ini, klik tombol subscribe di bawah untuk mendapatkan notifikasi setiap ada kisah horor terbaru dari Mbah Ngesot.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten