453.jpg

Sehidup Semati: Ada yang Aneh dengan Suamiku

16 Agustus 2019 17:59 WIB
ADVERTISEMENT
ilistrasi
Orang tuaku menasihatiku untuk kembali ke rumah suamiku.
“Apapun yang terjadi tidak semestinya istri meninggalkan suami,” pesan ibuku berputar di kepalaku, ada benarnya juga.
ADVERTISEMENT
Aku memutuskan untuk kembali ke rumah suamiku tengah malam itu juga, tanpa mengabarinya terlebih dahulu.
Aku berjalan di kegelapan malam sendirian, tanpa rasa takut. Aku membuka pintu depan dengan kunci cadangan yang ku bawa. Mertuaku sedang ada di kota, jadi hanya ada suamiku sendiri di rumah.
Aku akan memberikan kejutan yang 'nakal', jadi aku mengendap-endap ke kamarnya. Namun pintu kamar tidak tertutup rapat, dan cahaya terang mencuat dari dalam. Aneh, biasanya jam segini suamiku sudah mematikan lampu dan tidur. Aku mengintip ke dalam kamar, dan betapa terkejutnya diriku melihat suamiku berada di atas ranjang dengan seorang perempuan misterius yang mengenakan kebaya setengah telanjang. Mereka berdua tengah bermesraan.
Hatiku terbakar cemburu, sakit rasanya dikhianati oleh suami yang telah ku percaya, terlebih di saat permasalahan rumit sedang membelenggu rumah tangga kami. Aku menyadari ini kesalahanku juga karena tidak bisa melayani suamiku, tapi tetap saja aku marah besar.
ADVERTISEMENT
Aku menghambur ke dalam kamar dan melabrak perempuan itu, suamiku kaget bukan kepalang namun tidak dengan perempuan itu. Ia terdiam dan tak bergerak posisinya.
“Sari kamu lebih baik keluar!,” kata suamiku setengah berteriak.
“Enggak!,"jawabku.
Masih ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh suamiku namun tidak sempat. Perempuan yang tadinya berada di atas tubuh suamiku bergerak. Ia menoleh ke arahku, ketika melihat rupa perempuan itu aku paham mengapa suamiku menyuruhku untuk pergi.
Sosok yang berada di kamar bersama suamiku itu bukan perempuan, aku tidak tahu harus menyebutnya apa. Mungkin siluman atau dedemit adalah istilah yang pas.
Aku tidak berlebihan ketika mengatakan perempuan itu adalah siluman atau dedemit. Rupa perempuan itu menyerupai ular. Kulit wajahnya bersisik hijau, dan kedua bola matanya berpupil tipis memanjang seperti reptil. Ketika makhluk itu membuka mulutnya, lidahnya menjulur ke luar, bukan lidah manusia melainkan lidah bercabang seperti ular.
ADVERTISEMENT
Lidah makhluk itu keluar masuk beberapa kali seakan-akan ia sedang mengendusku sebagai mangsanya.
Aku berusaha lari dari kamar, tapi begitu aku berbalik ternyata makhluk itu sudah berada di hadapanku. Tangannya bergerak cepat meraih batang leherku dan meremukkannya seperti lidi, aku megap-megap berusaha menarik oksigen sebanyak mungkin saat tenggorokan tercekik.
“Maaf Sari, aku pikir dengan pindah dari kota ke desa aku dia akan meninggalkanku,” kata suamiku. Aku masih bisa mendengar suaranya di tengah sekarat yang sedang ku rasakan.
“Dia enggak akan membiarkan hubunganku dengan sesama manusia langgeng, dia menginginkanku selamanya bersamanya dan aku tidak bisa melawan atau aku pun akan bernasib sama seperti mantan istriku.”
“Sekali lagi maafkan aku, Sari.”
Aku tidak bisa memfokuskan diri antara menyesal lantaran menikahi pria yang bersekutu dengan jin, atau bertahan hidup saat jin murka mencekik leherku dengan tangannya yang sedingin es. Aku meronta-ronta agar cekikan di leherku dilepaskan, aku yakin perlawananku cukup membuat makhluk itu kewalahan, apa lagi aku merapalkan doa kepadanya.
ADVERTISEMENT
ilustrasi
Aku pikir aku dapat lolos ketika cekikan itu melonggar, namun ternyata itu hanya sedikit 'hiburan' untukku sebelum dadaku tertusuk benda tajam dan menembus ke jantungku. Benda itu bukanlah pisau atau pun golok, tapi tangan si makhluk jahanam. Kuku tajamnya berhasil menembus pakaian dan kulitku, aku pun ambruk ke lantai.
Napasku berhenti.
---------
Senang membaca kisah horor seperti ini? Klik tombol subscribe di bawah untuk mendapatkan notifikasi setiap ada kisah horor terbaru dari Mbah Ngesot.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten