Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Soal Fika yang meninggal gantung diri di toilet, tidak seorang siswa pun yang berani menggunakan toilet itu lagi. Mereka lebih suka menggunakan toilet lain. Jangankan digunakan, melintas di depan toilet itu saja bulu kuduk mereka merinding. Cerita-cerita seram mulai bertebaran dari mulut ke mulut, mereka bilang kalau kematian Fika itu tidak wajar dan ada yang mengendalikannya untuk bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Yang paling bersedih atas kematian Fika di sekolah itu adalah Gina. Ia masih tidak percaya kalau sahabatnya itu pergi begitu cepat. Ia yakin ada sesuatu yang menjadi penyebab kematian Fika.
"Udah ikhlasin aja," kata Eldi sambil menatap wajah Gina yang sedang melamun.
Mereka duduk kantin sekolah yang kebetulan sedang ramai.
"Gua yakin ada hal yang nggak beres sama sekolahan kita, Di."
"Maksud lu?"
"Tiap tahun tuh ada aja kematian yang nggak wajar."
"Sudah takdirnya kali, Gin. Lagian ya hidup dan mati itu Tuhan yang atur. Jadi gua nggak percaya sama mitos sekolahan ini. Yang katanya angker."
"Di, sebelum Fika meninggal, dia sempat nemenin gua ngambil jam tangan ke sekolah. Terus ya gua mendengar ada cewek nagis di kelas."
ADVERTISEMENT
"Seriusan?" Tanya Eldi.
"Iya, Di. Gua masih penasaran siapa tuh cewek dan kenapa nangis."
"Lu samperin nggak?"
"Iya, tapi dia malah loncat dari lantai tiga dan tubuhnya hilang begitu aja."
"Fix itu setan," ujar Eldi.
"Tadi katanya lu nggak percaya setan?"
"Tapi kalau infonya dari elu, gua percaya."
"Lu mau nggak anter gua nanti malem ke sekolah?"
"Mau ngapain?" Tanya Eldi.
"Nyari tahu siapa dan kenapa wanita itu nangis. Gua yakin di ada misteri yang belum terpecahkan di sekolah kita dan ini pasti ada hubungannya sama kematian murid sekolah ini termasuk Fika."
"Oke," Eldi mengangguk lalu meminum es teh manisnya.
Maka malamnya Gina diantar oleh Eldi, mereka masuk ke dalam kelas di mana Gina melihat sosok perempuan itu. Kebetulan lampu sekolah berfungsi normal.
ADVERTISEMENT
"Jadi kemarin di sini gua lihat, cewek itu. Bediri di atas jendela," Gina menunjuk sebuah jendela.
Saat mereka sedang memeriksa ruangan, terdengar suara jeritan seorang perempuan dari luar. Segera mereka berlari menuruni tangga, menghampiri sumber suara itu. Semakin mereka dengarkan, jeritan itu semakin jelas terdengar dari pos satpam yang sudah lama tidak digunakan.
"Suaranya dari dalam pos ini, Di." kata Gina.
"Iya Gin. Duh digembok lagi."
Eldi mencari sesuatu untuk membuka gembok tersebut. Ia meraih sebuah batu sebesar kepalan tangan kemudian menghantamkan batu tersebut pada gembok pintu. Setelah beberapa kali benturan, akhirnya engsel gembok yang sudah usang itu berhasil copot. Gina menyalakan senter smartphone-nya. Tidak ada siapa-siapa di dalam, ruangannya sangat berdebu. Hanya ada sebuah meja di sana, Gina menyorotkan senternya ke kolong meja tersebut dan dia menemukan sebuah martil. Tiba-tiba matanya terpejam sebuah bayangan wajah wanita muncul dibenaknya. Napasnya terengah-engah, ia membuka matanya kembali.
ADVERTISEMENT
"Lu kenapa, Gin."
"Gua lihat wajah seorang perempuan."
"Siapa?"
"Nggak tahu. Gua nggak kenal dia."
Karena malam semakin larut, mereka keluar dari pos satpam tersebut. Besok Gina akan cari tahu, siapa wajah perempuan yang tiba-tiba muncul di benaknya.
___
Nantikan cerita Sekolah Angker selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini: