9 square.jpg

Sekolah Angker: Mati Penasaran (Part 9)

18 Februari 2020 15:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekolah Angker. Foto: Masayu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sekolah Angker. Foto: Masayu/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah kosan kecil, dinding dan lantainya terbuat dari triplek usang, banyak tikus-tikus besar berkeliaran kalau malam, kecoa merayap dari sudut ke sudut lainnya, kosan murah di tengah kota Jakarta yang sebenarnya tidak layak jadi tempat tinggal manusia, tapi di sanalah Asep sekarang tinggal. Si pembunuh Veli, sekarang di usianya yang semakin tua, ia masih bekerja sebagai satpam di sebuah mal. Di sudut kosannya terdapat sebuah jimat. Semenjak pembunuhan yang ia lakukan sepuluh tahun lalu, ia sering dihantui roh Veli juga rohnya Cokro. Jimat itulah yang menjadi pelindungnya selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
Dulu, seminggu setelah kematian Veli dan Cokro, ia selalu dihantui roh mereka berdua hingga akhirnya Asep mengundurkan diri dari sekolah itu. Pembunuhan yang dilakukannya sangat bersih hingga polisi tidak bisa mengungkap kalau Asep adalah pelakunya. Mereka menyatakan kalau Veli hilang, sedangkan keluarga Veli sudah menganggap anaknya mati. Bahkan, mereka telah mengadakan pemakaman tanpa jenazah demi menghormati Veli.
Asep membuka pintu kosnya, daun pintu itu sudah penuh dengan coretan spidol. Di dalam kosan Asep, hanya ada kasur apek, bantal bau tengik, dan kipas angin butut. Ia membaringkan badan di atas kasurnya, sesaat kemudian sebuah jimat yang ia letakkan di sudut kamarnya bergetar. Jimat yang berbentuk bulat dan terbuat dari kayu itu berputar lalu terbakar. Asep panik, ia menuangkan air dalam botolnya pada jimat itu.
ADVERTISEMENT
"Bahaya," gumamnya.
Kata dukun yang memberikannya jimat, kalau suatu saat jimat itu terbakar maka hal buruk akan menimpa dirinya. Jimat itu ia beli sepuluh tahun lalu dan baru terbakar sekarang. Ia tidak tahu apakah si dukun masih hidup atau tidak, sudah lama sekali ia tidak mengunjungi dukun itu.
Kantuk menggelayuti kedua mata Asep, ia sangat lelah karena seharian bertugas. Matanya perlahan terpejam. Tengah malam, ia mengalami mimpi buruk, seperti ada seseorang yang menikam punggungnya berkali-kali dengan sebuah pisau. Asep tergeragap bangun dari tidurnya, badannya penuh keringat. Ruang kosnya sangat pengap.
Saat ia bangun, listrik malah padam. Asep berdecak kesal, tangannya meraba-raba hp jadul. Kemudian dinyalakan senter pada hp tersebut. Ia mencari tas tempatnya menaruh lilin. Namun, saat sedang merogoh tas itu, ia mendengar langkah kaki dari luar. Awalnya, Asep tidak mempedulikan suara itu, ia mengira pasti itu langkah kaki tetangga kos. Sialnya, semakin didiamkan langkah kaki seperti sengaja berhenti di depan pintu kosannya, lalu menghentak-hentakkan kaki dengan keras. Sangat mengganggu.
ADVERTISEMENT
"Siapa sih bangsat?! Pergi enggak lu?!" Asep ngamuk.
Suara langkah kaki itu berhenti. Sumbu lilin disulut, cahayanya menerangi ruangan. Asep kembali berbaring di atas kasurnya. Tapi, suara hentakan kaki itu terdengar lagi. Lantai yang terbuat dari kayu dan triplek membuat hentakan kaki bersuara keras dan mengganggu. Dengan perasaan kesal, ia bangkit lalu membuka pintu kosnya. Namun, tidak ada siapa pun di sana, Asep mengerutkan dahi. Menengok ke sekeliling, sekiranya tiga meter di sebelah kanan pintu, berdiri seorang lelaki membelakangi Asep.
"Woy, siapa lu?"
Tidak ada jawaban.
"Woy! Denger nggak gua ngomong?!"
Asep mendekat kemudian menyentuh bahu lelaki tersebut dan betapa terkejutnya Asep ketika lelaki itu menoleh ke arahnya, wajah lelaki itu menyerupai wajah Asep. Ia tersenyum dan berkata.
ADVERTISEMENT
"Mati!"
Asep lari ke kamarnya dan menutup pintu, napasnya ngos-ngosan. Ia sangat ketakutan dengan apa yang ia lihat. Baru kali ini ia mendapati seorang lelaki dengan wajah yang menyerupai dirinya sendiri. Ia yakin yang barusan adalah rohnya Cokro, lelaki yang pernah ia fitnah. Dari dulu Asep tahu kalau Cokro mati penasaran. Besok Asep akan mencari jimat lagi untuk melawan makhluk gaib tersebut.
Nantikan cerita Sekolah Angker selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten