Mbah Ngesot

Susuk Mayat: Aku Bukan Pencuri (Part 7)

25 April 2020 15:43 WIB
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Susuk Mayat Foto: Masayu Antarnusa
zoom-in-whitePerbesar
Susuk Mayat Foto: Masayu Antarnusa
ADVERTISEMENT
Di suatu pagi sepulang dari hutan, Sarminah mendapati Mbok Ibah terkapar di halaman rumah. Ia meninggal. Malangnya nasib Sarminah, ia harus hidup sebatang kara di gubuk reot. Bayang Mbok Ibah selalu ada dalam benaknya. Apalagi kalau melihat barang-barang peninggalannya, sudah pasti Sarminah menangis tersedu-sedu.
ADVERTISEMENT
Ia mewarisi profesi Mbok Ibah, jadi tukang pijat. Demi mencukupi kebutuhan hidup, ia harus rela memijat bapak-bapak yang kulitnya keras. Tak jarang, mereka juga bau ketiak. Terkadang Sarminah muntah-muntah setelah memijat mereka.
Sarminah tidak mau nasibnya berakhir jadi tukang pijat selamanya. Sampai pada akhirnya ia ingin menjadi penari ronggeng saja. Namun, orang-orang selalu meledeknya. Bahkan, orang-orang itu bersumpah demi semua dedemit di muka bumi ini. Bagi mereka, Sarminah mustahil bisa menjadi penari ronggeng.
“Mana ada penari ronggeng wajahnya jelek sepertimu, Sarminah?"
"Jangan mimpi!"
"Sangat mustahil. Mau sampai kiamat pun kau tidak akan pernah bisa jadi penari ronggeng."
"Kau pantasnya jadi demit, Sarminah. Kan keturunan demit, ya. Wajah kok jelek banget.”
ADVERTISEMENT
Begitu cacian yang sudah biasa didengar Sarminah. Ada kalanya ia putus asa dan mengubur impiannya itu. Tapi, Sarminah selalu kembali pada tekadnya. Ia yakin pasti bisa mengikuti jejak ibunya. Hingga pada suatu malam, sepulang memijat pelangganya, ia mampir ke sebuah pertunjukan ronggeng.
Pertunjukan itu dipadati penonton. Sarminah sampai harus naik ke pohon duku agar bisa melihat para penari ronggeng. Setelah beberapa menit di atas pohon, ia merasa pegal kemudian turun.
Tiba-tiba terpikir di benaknya, ingin sekali Sarminah melihat ruang dandan para penari ronggeng. Selama ini, ia memang penasaran bagaimana cara mereka mematut diri hingga jadi sangat menawan di atas panggung.
Di tengah-tengah keramaian, Sarminah mengendap-endap ke belakang panggung. Di sana ada sebuah tenda yang ditutup seadanya dengan bilik bambu. Dari lubang bilik itu Sarminah mengintip pelan-pelan. Dilihatnya para penari ronggeng sedang berdandan. Ada tiga orang penari di dalam sana.
ADVERTISEMENT
Mereka semua cantik. Tubuhnya juga indah dan berpakaian bagus. Sarminah menguping percakapan mereka bertiga yang sedang membahas lelaki tampan di kampung Ci Ijau. Sesekali para ronggeng itu tertawa sambil terus memupuk wajahnya dengan bedak.
“Tampaknya baju ini sudah tidak layak pakai,” Jumaira menunjukkan sebuah pakaian ronggeng kepada Sekar.
Sekar berhenti membedaki wajah. Ia menoleh ke arah Jumaira.
“Iya, buang saja.”
Dilemparlah pakaian tersebut ke belakang tenda. Sarminah melihat pakaian ronggeng yang dibuang. Segera ia memungutnya, kemudian mengenakan pakaian tersebut. Hatinya sangat senang. Tidak disangka-sangka pakaian itu pas di badannya.
Dengan perasaan gembira, ia menari-nari di belakang tenda layaknya penari ronggeng. Tak terasa kakinya tersandung akar pohon duku. Tubuhnya terjerembap ke semak-semak. Para sinden di dalam tenda mendengar suara tersebut. Mereka berhambur keluar untuk melihat siapa yang ada di belakang tenda.
ADVERTISEMENT
Ternyata si wanita buruk rupa. Mereka kenal Sarminah. Dan, tentunya mereka membenci perempuan itu karena wajah Sarminah buruk rupa. Mereka yakin kalau Sarminah bisa membawa sial.
“Oh, rupanya kau, Sarminah,” ucap Jumaira.
“Maling kau, ya!” Sekar membentak.
“Kita habisi saja dia,” Komariah mengusulkan ide kejam.
Dengan sadis mereka menyeret Sarminah ke tengah-tengah penonton. Di sana, mereka menelanjanginya. Sarminah kemudian lari sambil menangis. Ia sangat terluka diperlakukan tidak manusiawi seperti itu.
Sarminah tidak pulang ke rumah, melainkan pergi ke makam ibunya. Malam-malam seperti itu, ia menangis tersedu-sedu di pinggir pusara ibunya. Ia tumpahkan semua kesedihan. Saat itu pula, dari kegelapan di antara batang-batang pohon, muncul sesosok kakek berpakaian hitam. Kakek itu mendekati Sarminah.
ADVERTISEMENT
___
Nantikan cerita Susuk Mayat selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten