Mbah Ngesot

Susuk Mayat: Hikayat Sarminah (Part 6)

24 April 2020 15:21 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Susuk Mayat Foto: Masayu Antarnusa
zoom-in-whitePerbesar
Susuk Mayat Foto: Masayu Antarnusa
ADVERTISEMENT
Siapa sebenarnya Sarminah? Dulu sekali, di sebuah kampung bernama Ci Ijau, Sukanti seorang perempuan cantik yang merupakan penari ronggeng tersohor melahirkan bayi perempuan berwajah buruk. Ia tidak menyangka kalau bayinya akan lahir dalam keadaan jelek seperti itu, tidak punya batang hidung, bibirnya sungging, matanya rapat sebelah, pipinya seperti habis terkena luka bakar.
ADVERTISEMENT
Dijamin semua orang yang melihat bayi Sukanti akan bergidik ngeri atau bisa jadi ngilu. Orang-orang kampung itu berkata, pasti bayi Sukanti kena kutukan karena bayi itu adalah hasil hubungan gelapnya dengan Burhan.
Tapi, anak tetaplah anak. Sukanti tidak mau menyesali kelahiran putrinya itu. Juga tidak pernah menangisi kepergian Burhan, lelaki bajingan yang menghamilinya. Dari penghasilan menari ronggeng itulah ia menghidupi putrinya.
Sarminah begitu nama yang diberikan pada gadis buruk rupa itu. Tidak ada yang mau berteman dengan Sarminah. Ia sering terlihat bermain sendirian di bawah pohon bambu hanya sebuah boneka yang terbuat dari batang kayu yang menjadi temannya sehari-hari.
Nasib malang belum sampai di situ, saat usianya menginjak lima belas tahu, ibunya meninggal karena sakit, ia tidak pernah tahu penyakit apa yang diderita ibunya. Semenjak saat itu kehidupannya semakin sulit, untung saja ada Mbok Ibah, dukun paraji yang pernah membantu ibunya saat melahirkan, dia bersedia memungut Sarminah sebagai anaknya.
ADVERTISEMENT
Mbok Ibah ini sudah sangat tua, ia lahir saat Indonesia masih dijajah Belanda. Bahkan di zaman Jepang, ia sempat menjadi jagun ianfu, budak pemuas nafsu tentara Jepang. Dia adalah wanita yang beruntung karena masih bisa selamat dari cengkraman tentara Jepang. Teman-temannya banyak yang mati di tempat lokalisasi. Ada yang bunuh diri atau tewas diperkosa ramai-ramai oleh tentara Jepang.
Sekarang nenek tua itu harus mengurus Sarminah si gadis buruk rupa. Mbok Ibah yang sudah bungkuk membawa Sarminah ke rumahnya, selama bertahun-tahun ia menghidupi Sarminah dari hasil memijat warga kampung hingga Sarminah tumbuh dewasa.
Satu hal yang tidak bisa dihilangkan dalam dirinya, ia ingin seperti ibunya, menjadi penari ronggeng yang tersohor di Ci Ijau. Tapi, dengan keadaan wajahnya yang buruk rupa tersebut, bagaimana mungkin ia mengikuti jejak ibunya. Seorang penari ronggang harus punya paras yang cantik dan tubuh indah.
ADVERTISEMENT
Kalau macam Sarminah rasanya sangat mustahil bisa seperti ibunya. Setiap malam, di kamarnya yang sempit berdinding bilik, ia sering latihan menjadi ronggeng. Memperagakan gerakan-gerakan ronggeng yang sering ia tonton saat ada pertunjukan di kampung.
“Belum tidur, Cu?” Ucu adalah panggilan sayang Mbok Ibah pada Sarminah. Ia membuka pintu kamar dan tersenyum pada Sarminah.
“Belum, Mbok.”
“Mau jadi penari ronggeng, tah Cu?” tanya Mbok Ibah dengan logat sunda yang kental.
“Seperti ibuku, aku mau jadi penari tersohor di Ci Ijau,” Sarminah berujar sambil terus memperagakan tarian walau terpatah-patah.
Mbok Ibah masuk ke kamar Sarminah dengan gontai, ia duduk di tepi tempat tidur yang hanya beralaskan tikar daun pandan.
ADVERTISEMENT
Tarianmu bagus, Cu. Jadi ingat ibumu.”
“Terima kasih Mbok. Lihat ini,” Sarminah semakin lincah saja menari di depan Mbok Ibah sampai-sampai membuat nenek tua itu terkagum.
“Hati-hati Cu,” Mbok Ibah terkekeh, ia takut anak angkatnya tergelincir.
Nantikan cerita Susuk Mayat selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten