Mbah Ngesot

Susuk Mayat: Panggung Ronggeng (Part 2)

20 April 2020 16:12 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Susuk Mayat Foto: Masayu Antarnusa
zoom-in-whitePerbesar
Susuk Mayat Foto: Masayu Antarnusa
ADVERTISEMENT
Satu hari sebelumnya, seperti biasa setiap malam Atiah menggerus biskuit untuk Sarminah. Malam itu hujan sedang deras, kilat berkelebatan, semburat cahayanya mematul pada dinding tua. Sebuah radio dibiarkan menyala, menyiarkan lagu dangdut jadul kesukaan Atiah.
ADVERTISEMENT
Kepala Atiah mengangguk-angguk sambil ikut bernyanyi dengan suara pelan. Ia menuangkan air sedikit demi sedikit pada mangkuk kecil berisi gerusan biskuit lalu diaduk hingga halus. Setelah dirasa selesai, ia kemudian beranjak ke kamar Sarmninah. Dan... betapa terkejutnya saat ia melihat Sarminah tiba-tiba berdiri menghadap jendela.
“Mbok udah sembuh?”
Sarminah tidak menjawab. Atiah tersenyum ragu-ragu, hatinya campur aduk, ada senang, heran, dan sekaligus takut. Sudah lama sekali Sarminah terbaring, dan baru sekarang Atiah melihatnya bisa berdiri. Rambut Sarminah tergerai panjang sepinggang. Rambut itu putih semua, kebetulan Sarminah sedang mengenakan daster yang juga berwarna putih. Bayangan Sarminah hilang timbul tersorot cahaya kilat.
“Susuk mayat,” lirih Sarminah. Baru kali itu juga Atiah mendengar suara Sarminah.
ADVERTISEMENT
Ia bingung apa maksud Sarminah berkata seperti itu.
“Susuk mayat? Maksud Mbok apa, ya?” Atiah mendekat perlahan. Kilat terus berkelebatan.
“Bunuh aku...,” Sarminah kembali berucap aneh. Malah minta dibunuh.
“Mbok?” Atiah tersenyum, perlahan ia angkat lengannya untuk menyentuh pundak Sarminah.
Tangannya berhasil menyentuh pundak itu, terasa sekali lengkungan tulangnya. Maklum saja, tubuh Sarminah hanya tinggal tulang dan kulit. Sangat kurus dan sangat kering. Walau pundaknya sudah disentuh, Sarminah tidak memalingkan badan. Ia tetap berdiri menghadap jendela yang tirainya terbuka.
“Mbok, makan dulu yuk. Aku udah siapin makanan buat Mbok.”
“Mbok?” lanjut Atiah.
Tubuhnya seperti patung, tidak dapat digerakkan. Saat Atiah sedang berusaha untuk berkomunikasi dengan Sarminah, terdengar suara gamelan di kamar sebelah. Suaranya berbaur dengan iringan angklung, gambang, dan gong.
ADVERTISEMENT
Semua alat tersebut adalah milik Sarminah, sudah lama sekali terbengkalai di kamar sebelah. Atiah tidak pernah membersihkannya, banyak sarang laba-laba yang membungkus peralatan tersebut.
Bayangkan saja, siapa malam-malam begini yang memainkan alat-alat tua itu? Atiah semakin ketakutan. Selama dia bekerja, belum pernah sekali pun mengalami hal-hal aneh seperti ini. Ragu-ragu Atiah keluar dari kamar, menuju sumber suara tersebut.
Pintu kamar didorong perlahan, dada Atiah turun naik, dahinya sudah berkeringat. Derit engsel pintu yang sudah lama tak diminyaki terdengar nyaring. Betapa terkejutnya Atiah ketika melihat banyak lelaki yang sedang asik memainkan gamelan di kamar tersebut.
Semua lelaki terlihat asing. Dari mana datangnya mereka? Kenapa mereka bisa ada di kamar ini? Atiah mengerutkan dahinya, dan saat hendak balik badan, berdirilah seorang lelaki muda berparas rupawan mendekati Atiah. Ia mengenakan blangkon bercorak batik warna kuning, celana panjang hitamnya cingkrang semata kaki. Ada sebuah selendang warna ungu yang melingkar di leher lelaki tersebut.
ADVERTISEMENT
Ia tersenyum mendekati Atiah. Kemudian selendang itu dikalungkan pada lehernya, perlahan Atiah digiring masuk ke dalam kamar. Suara gamelan semakin bertalu-talu, Atiah terperdaya. Ia tidak sadarkan diri, tatap matanya kosong dan tubuhnya menari-nari bersama lelaki tampan itu.
Atiah seperti masuk ke dalam kumparan cahaya, seketika ia terkejut saat melihat dirinya berada di sebuah panggung pertunjukkan ronggeng. Orang-orang ramai menontonnya dari bawah sambil bersorak-sorak memanggil nama Atiah.
Ia meraba pakaiannya sambil terheran-heran, Atiah mendapati dirinya sudah berpakaian seperti seorang ronggeng, kebaya, sarung batik, rambutnya dikonde, ada bunga melati di rambut belakangnya. Selendang terselempang di lehernya. Di mana ini? Atiah kebingungan.
Nantikan cerita Susuk Mayat selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten