Mbah Ngesot

Susuk Mayat: Sarminah (Part 1)

19 April 2020 17:58 WIB
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Susuk Mayat Foto: Masayu Antarnusa
zoom-in-whitePerbesar
Susuk Mayat Foto: Masayu Antarnusa
ADVERTISEMENT
Mungkin kalau ada orang yang kebetulan melintas di jalan Tanjung Sari, mereka tidak akan memperhatikan sebuah rumah yang terletak di pinggir jalan tersebut, karena memang tidak ada yang menarik dari rumah itu.
ADVERTISEMENT
Cat rumahnya sudah memudar, ada dua tiang sebagai penyangga di bagian depan, juga dua jendela kayu yang dibiarkan terbuka walau hari sudah semakin gelap. Di halamannya, berdiri dengan subur dan rindang sebuah pohon rambutan yang buahnya tidak pernah dipetik. Dibiarkan matang dan busuk begitu saja sepanjang tahun.
Di teras rumah ada dua kursi kayu dan sebuah meja yang jarang sekali diduduki. Rumah itu terletak di pinggir jalan sehingga setiap orang yang melintas akan berpikir kalau rumah itu terkesan selalu sepi walau sebenarnya ada dua orang penghuni di dalam. Penghuni rumah itu adalah Sarminah, wanita tua yang terbaring sakit selama bertahun-tahun, dan Atiah si pembantu yang setia merawatnya.
ADVERTISEMENT
Tapi hari ini tidak seperti hari-hari biasanya, ada sebuah mobil sedan mewah yang terparkir di halaman rumah itu. Tidak biasanya Farah berkunjung secepat ini, rutinnya ia datang sebulan sekali untuk menengok buyutnya dan juga untuk menggaji Atiah. Farah adalah satu-satunya keluarga Sarminah yang masih peduli padanya.
Setelah anak Sarminah meninggal tidak ada lagi yang mau mengurusnya selain Farah. Mereka sudah bosan mengurus Sarminah yang terbaring sekarat selama bertahun-tahun. Sarminah memang sudah sangat tua, tapi entah kenapa ajal tak kunjung menjemputnya.
Sehari-hari, ia hanya terbaring di atas tempat tidur. Soal makan, minum, bahkan buang air ia lakukan di atas tempat tidurnya. Pembantu yang merawat Sarminah pun sudah berganti-ganti orang dan hanya Atiah lah yang paling betah merawat nenek tua itu.
ADVERTISEMENT
Ia bekerja sendirian merawat Sarminah di rumah itu selama lima tahun. Namun, hari ini dia mau mengundurkan diri. Itulah yang membuat Farah bingung lantaran jarang sekali ada orang seperti Atiah yang mau bekerja seperti ini.
Di kamar Sarminah, Farah mencoba untuk membujuknya agar tidak mengundurkan diri. Ia bahkan menawarkan kenaikan gaji dua kali lipat, tapi keputusan Atiah sudah bulat. Ia tetap mau berhenti kerja. Berkali-kali Atiah meminta maap karena tidak bisa menerima tawaran gaji dari Farah. Sementara Farah sendiri tidak mungkin bisa mengurus buyutnya itu karena ia sangat sibuk dengan pekerjaanya. Setelah menawarkan kenaikan gaji sampai tiga kali lipat, ia akhirnya menyerah.
Anehnya, saat Farah menanyakan alasan kenapa Atiah mau berhenti kerja, wanita itu tidak mau menjelaskannya. Wajahnya terlihat cemas dan ingin segera pergi dari rumah itu. Farah mengeluarkan amplop yang berisi uang gaji Atiah selama sebulan dan pesangonnya. Tanpa banyak basa-basi lagi, setelah menerima uang itu, Atiah langsung pamit. Farah mengantarnya sampai beranda rumah. Setelah Atiah pergi, Farah menutup pintu lalu mengembuskan napas berat. Ia bingung ke mana harus mencari pengganti Atiah.
ADVERTISEMENT
Farah melangkah ke kamar buyutnya. Di atas tempat tidur, Sarminah terbaring dengan tenang. Matanya terpejam, dadanya turun naik menandakan kalau dia masih hidup. Farah memperhatikan rambut buyutnya, rambut itu sempurna berwarna putih dan terlihat lebih panjang dari semenjak terakhir kali Farah menengoknya. Wajah Sarminah sangat keriput, kedua bibirnya tenggelam ke dalam mulut, kulit lehernya melambai, dan kedua kakinya kurus kering.
Biasanya kalau Sarminah merasa lapar, ingin buang air atau haus, matanya pasti terbuka kemudian melenguh macam suara kerbau yang sedang disembelih, memberi pertanda kalau Sarminah ingin dilayani. Untuk urusan makan, selama bertahun-tahun Sarminah hanya makan gerusan biskuit yang dicambur air kemudian pembantu yang merawatnya akan menuangkan makanan itu ke mulut Sarminah. Itu pun si pembantu harus membukakan mulut Sarminah terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Saat Farah sedang memandangi kondisi Sarminah, tiba-tiba nenek itu melenguh, matanya terbuka. Farah paham itu, segera dia memeriksa bokong buyutnya, tapi masih kering. Pampersnya belum bocor karena tadi pagi Atiah memakaikannya sebanyak tiga lapis.
“Mbok mau apa?” Tanya Farah sambil senyum ke wajah Sarminah.
“Haus, ya?” Farah meraih segelas air dari atas meja kecil di samping tempat tidur Sarminah. Ia sendok air tersebut.
Namun, Saat Farah menuangkannya ke mulut Sarminah, air itu malah dimuntahkan.
“Mbok lapar?” Tetap saja ketika Farah menuangkan makanan ke mulut Sarminah, nenek itu perlahan memuntahkannya lagi.
Farah menyeka rambutnya yang panjang, ia bingung sebenarnya apa yang diinginkan buyutnya itu. Ia terus melenguh tidak karuan. Suaranya bahkan terpantul ke dinding kamarnya. Dalam kebingungan, ia merogoh telepon genggam, bermaksud untuk menghubungi kerabat yang lain. Tapi, semua kerabatnya itu tidak ada yang peduli, mereka malah menyuruh Farah untuk menyuntik mati Sarminah lantaran sudah bosan mengurusnya lagi.
ADVERTISEMENT
Sudah beberapa kali Sarminah dibawa ke rumah sakit, tapi penyakitnya tidak kunjung sembuh sedangkan biaya rumah sakit semakin membengkak. Akhirnya mereka membawa pulang Sarminah dan menyuruh orang lain merawatnya.
Saat Sarminah masih melenguh, tiba-tiba terdengar suara gong ditabuh. Suara itu terdengar hanya sekali pukulan saja. Memang di samping kamar Sarminah ada sebuah ruangan khusus untuk menyimpan barang-barang lama milik Sarminah. Farah bergegas mengecek ada apa di kamar sebelah, ia heran siapa tadi yang menabuh gong padahal di kamar itu sepi. Seketika Farah teringat tentang alasan Atiah berhenti, ada apa sebenarnya? Kenapa Atiah terlihat sangat ketakutan?
___
Nantikan cerita Susuk Mayat selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten