Part 14 - Lari.jpg

Tahun Baru di Hutan Terlarang: Lari! (Part 14)

11 Januari 2020 15:58 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cerita horor. (Foto: Masayu Antarnusa/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerita horor. (Foto: Masayu Antarnusa/kumparan)
ADVERTISEMENT
“Dia lepas! Kita harus pergi sekarang!” Wisnu mulai panik.
Dengan cekatan mereka mengemas tasnya. Dua koper dan barang-barang yang tidak terlalu penting mereka tinggalkan. Sambil terus memapah Safirah, mereka berusaha berjalan sejauh mungkin dari rumah itu. Mereka mencari jalan setapak.
ADVERTISEMENT
Cahaya senter yang mereka gunakan berayun-ayun menyinari semak-semak yang basah. Berkali-kali Kim menyorotkan cahaya senternya ke belakang untuk memastikan kalau Jumadi tidak mengikuti mereka.
Jalan yang mereka lewati becek dan licin. Wisnu beberapa kali menahan tubuh Safirah yang sempat terpeleset. Ia benar-benar tidak menyangka kalau wanita ini masih hidup. Keadaannya sangat memprihatinkan. Tubuhnya kurus-kering, pakaiannya lusuh dan kotor, juga tubuhnya sangat lemah.
Wisnu sebenarnya penasaran dengan apa yang dia alami selama di dalam ruang bawah tanah itu. Tapi, saat ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakan hal itu. Mereka harus segera menyelamatkan diri dari teror Jumadi. Sesekali Kim melirik jam tangannya. Sebentar lagi malam tahun baru. Ia ingin segera ke luar dari hutan ini dan menemui Ika, wanita yang selama ini ia rindukan.
ADVERTISEMENT
Selang beberapa saat, mereka akhirnya menemukan jalan setapak.
“Ke kiri atau kanan?” tanya Kim.
“Kiri, Kim,” jawab Wisnu.
Dengan susah payah mereka berjalan kembali sambil terus menyorotkan sinar senter. Suara burung hantu berkukuk dari dahan-dahan pohon, menyadari kalau ada orang asing melintas.
Mereka semakin kehabisan tenaga. Ingin rasanya beristirahat sejenak, tapi mereka takut Jumadi mengejar. Tiba-tiba langkah Safirah terhenti. Napasnya terengah-engah. Ia sudah benar-benar kehabisan tenaga untuk lari.
“Aku udah enggak sanggup jalan lagi,” kata Safirah, kemudian berlutut. Napasnya turun-naik.
“Naik sini!” Wisnu membungkukkan badannya. Ia mengisyaratkan hendak menggendong wanita itu.
Perlahan Wisnu mengangkat tubuh Safirah yang terasa ringan. Ia lalu kembali melanjutkan langkahnya. Kali ini hanya Kim yang menyorotkan cahaya senter. Hutan sangat gelap, tidak ada cahaya bulan yang menyinari. Langit sempurna hitam tersaput awan mendung. Mereka takut kalau hujan turun lagi. Itu pasti akan membuat perjalanan mereka semakin berat.
ADVERTISEMENT
Dari arah belakang, terdengar suara Jumadi memanggil-manggil nama Karmila. Teriakan itu terdengar seperti amarah yang meledak-ledak. Wisnu dan Kim mempercepat langkahnya. Tapi, Kim tiba-tiba terpeleset karena menginjak akar pohon yang berlumut. Wisnu mengulurkan tangannya, membantu Kim untuk bangun.
“Kakiku,” ucap Kim dengan getir.
Wisnu memeriksa kaki kanan Kim. Sebuah paku dudur menancap di betis Kim. Itu pasti ranjau yang sengaja dibuat Jumadi di sepanjang jalan setapak. Wisnu menurunkan Safirah dari punggungnya. Ia lalu merogoh sebotol alkohol di tasnya.
Paku itu berkarat. Kim berisiko terkena infeksi dan tetanus. Dengan bergetar, Wisnu menuangkan alkohol pada betis kanan Kim. Seketika Kim berteriak. Perlahan Wisnu mencabut paku itu. Kim meringis lalu menjerit kesakitan.
___
ADVERTISEMENT
Nantikan cerita Tahun Baru di Hutan Terlarang selanjutnya. Biar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten