Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Setelah mengambil tenda di rumah Acong, mereka pun memulai pendakian. Acong membawa senter yang lumayan besar sehingga cukup untuk menerangi jalan. Medan yang mereka tempuh mulai menanjak. Acong jalan di barisan depan, Nurul kedua, sementara Faisal di baris paling belakang. Dari kejauhan terdengar suara dengkur babi membuat Nurul ketakutan.
ADVERTISEMENT
“Suara apa itu, Bang?” tanya Nurul sambil menoleh ke belakang.
“Tenang saja, itu hanya suara babi,” yang jawab malah Acong.
Faisal menoleh jam tangannya. Dia lalu menyuruh Acong untuk berhenti.
“Sudah waktunya salat isya, kita berhenti dulu di sini,” ujar Faisal.
Faisal lalu mengeluarkan dua botol air dari dalam ranselnya. Ia serahkan satu botol pada Nurul, mereka berdua berwudu. Air di botol itu masih ada sisa, Faisal menyerahkannya pada Acong.
“Mau wudu?” tanya Faisal.
“Nggak, kalian saja. Aku tak pernah salat,” jawab Acong.
Faisal kembali menutup botolnya. “Kau tahu arah barat sebelah mana?” tanya Faisal ke Acong.
Acong pun menunjuk ke sebuah arah. Saking seringnya ke puncak Gunung Karang, Acong sampai hafal di sebelah mana matahari terbit dan tenggelam. Tak lama kemudian, Faisal dan Nurul menggelar sajadah.
ADVERTISEMENT
Mereka berdua salat berjemaah, sementara Acong hanya berdiri di samping mereka. Sesekali ia menyorotkan cahaya senter ke belakang untuk memastikan kalau tidak ada babi hutan yang mendekat.
Saat Acong menoleh ke Faisal yang sedang sujud, tampak Nurul berdiri di belakang Faisal. Dia tidak mengikuti gerakan imam. Nurul malah menghadap pada Acong sambil tersenyum dingin. Tatap matanya kosong dan terkesan menakutkan.
Jelas saja Acong kaget dan membuat senter yang digenggamnya jatuh seketika. Buru-buru Acong mengambil kembali senter itu dan saat dia menoleh lagi ke arah Nurul, kini wanita itu sedang dalam posisi sujud. Aneh sekali.
Padahal jelas-jelas tadi Acong melihatnya berdiri dengan wajah yang mengerikan. Tak lama kemudian mereka berdua menyelesaikan salatnya. Faisal dan Nurul memasukkan kembali peralatan salatnya ke dalam ransel.
ADVERTISEMENT
“Tadi apa yang jatuh?” tanya Faisal.
“Oh…, senterku. Gagangnya licin benget, Kak,” kata Acong berbohong. Dengan wajah gugup, sesekali dia melirik Nurul.
Perjalanan dilanjutkan kembali. Cuaca semakin dingin. Faisal menyuruh adiknya untuk mengenakan jaket. Acong sepertinya sudah biasa dengan cuaca seperti ini. Walaupun hanya mengenakan kaus, Acong sama sekali tidak kedinginan.
Di tengah-tengah perjalanan, Acong mendengar seorang wanita yang berbisik di belakangnya. “Acong…,” desis wanita itu.
Sontak saja Acong berhenti lalu menoleh ke Nurul.
“Iya?” tanya Acong.
“Kenapa ya?” Nurul malah balik tanya.
“Tadi ada yang panggil namaku,” kata Acong.
“Salah dengar kali. Ayo lanjut saja,” sahut Faisal dari belakang.
Medan semakin curam. Acong mengeluarkan sebuah tali berwarna putih dari dalam tasnya.
ADVERTISEMENT
“Kalian pegang ini,” perintah Acong.
“Buat apa?” tany Nurul.
“Biar nggak ada yang hilang. Kita semakin masuk ke wilayah hutan lebat,” jawab Acong.
Mereka bertiga saling memegang tali. Tak lama kemudian, Faisal minta berhenti.
“Aku sakit perut nih. Boleh buang air besar nggak, Cong?” tanya Faisal sambil meringis memegangi perutnya.
“Ya sudah sana ke semak-semak aja, Kak,” kata Acong.
Faisal pun lari ke semak-semak dengan membawa botol air minum. Tinggallah Acong dan Nurul. Mereka berdua sama-sama diam. Sebenarnya Acong masih takut dengan apa yang dilihatnya barusan. Wajah Nurul begitu datar dan menakutkan.
Dua puluh menit berlalu, tapi Faisal tak kunjung muncul. Acong benar-benar heran kenapa buang air besar lama sekali. Karena bosan menunggu Acong menghampiri semak-semak tempat Faisal buang air besar.
ADVERTISEMENT
Namun, Faisal tidak ada di sana. Acong panik. Dia lalu menggerakkan cahaya senternya ke sembarang arah sambil berteriak memanggil Faisal.
Tanpa disengaja, cahaya senternya menyinari tiga sosok manusia yang sedang berjalan ke timur. Tak salah lagi itu adalah Faisal. Sedangkan dua orang lainnya adalah sosok yang menyerupai Acong dan Nurul. Sambil berteriak, buru-buru Acong lari mengejar Faisal.
***
Nantikan kelanjutan cerita Teror Lelembut Gunung Karang selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
____
Kamu suka mengikuti beragam cerita dan kegiatan bertemakan horor? Ikuti surveinya dan tunggu kejutan program bertemakan horor dengan cara mengisi form survei berikut ini.