Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
“Tadi saya sama teman saya masuk ke rumah hantu ini, Pak. Pas kami di dalam, tiba-tiba dia hilang gitu aja," jelas Dion.
ADVERTISEMENT
Petugas itu lalu berbicara melalui HT, “Monitor, tolong jangan dulu ada yang masuk ke rumah hantu. Kita mau cari orang hilang.”
“Hah, hilang!? Iya-iya, Pak, siap!” kata seseorang melalui HT.
Kami pun masuk kembali ke rumah hantu itu. Tapi anehnya kami tidak menemukan Arin di sana. Malam itu juga kami langsung lapor polisi, rumah hantu itu pun dibongkar. Tapi tetap saja si Arin tidak ditemukan. Ke mana dia? Kedua orang tua Arin benar-benar marah pada pihak pengelola wahana dan akan membawa kasus ini ke pengadilan.
Semua cara sudah dilakukan untuk menemukan Arin. Kami bahkan sudah minta tolong ke orang pintar, takutnya Arin diculik sama jin. Sayangnya dukun itu juga tidak mampu menemukan Arin. Ini benar-benar tidak masuk akal.
ADVERTISEMENT
Satu minggu setelah Arin hilang, wahana itu benar-benar ditutup. Kabar hilangnya Arin menyebar luas bahkan diberitakan oleh media nasional. Aku masih penasaran ada apa dengan wahana itu.
Apakah memang wahana itu angker? Mungkinkah hilangnya Arin ada kaitannya dengan wanita misterius yang duduk di atas ombak banyu? Kuraih telepon genggamku lalu menghubungi Rendi.
“Ren?”
“Iya, Sayang,” suara Rendi terdengar lemas sekali.
“Kamu lagi di mana?” tanyaku.
“Lagi di rumah nih.”
“Aku masih penasaran sama wahana itu. Antar aku ke sana yuk!” ajakku.
“Mau ngapain?” tanya Rendi lagi.
“Nyari Arin.”
“Kita kan udah cari berhari-hari di sana tetap nggak ada," jelas Rendi.
“Aku punya firasat kalau Arin masih ada di wahana itu," kataku.
ADVERTISEMENT
Rendi terdiam sejenak. “Sekarang?” tanyanya.
“Iya, Ren.”
“Ya sudah aku jemput sekarang ya.”
Malam itu sekitar jam sembilan kami pun pergi ke wahana tempat Arin hilang. Tampak dari luar, wahana itu masih disegel garis polisi. Gerbangnya ternyata dikunci, kami tidak bisa masuk ke dalam wahana itu.
“Sarah…,” Rendi memanggilku. Dia memang sedang mencari celah untuk bisa masuk ke dalam wahana.
Aku sebenarnya heran, kenapa tidak ada penjaga sama sekali di wahana ini. Seperti dibiarkan terbengkalai begitu saja. Kami menyusuri setiap wahana yang ada di sana, tapi tidak ketemukan hal aneh. Dan, beberapa saat kemudian, kami mendengar sayup-sayup ada yang meminta tolong. Aku sangat kenal itu suaranya si Arin.
ADVERTISEMENT
“Kamu dengar itu?” tanyaku ke Rendi.
“Iya itu suara Arin. Dari arah sana,” Rendi menunjuk komedi putar.
Kami buru-buru menghampiri komidi putar itu. Namun, tak ada siapa siapa di sana.
“Kalian cari siapa?” entah dari mana datangnya. Tiba-tiba ada seorang lelaki paruh baya berdiri di belakang kami.
“Kami lagi cari teman kami yang hilang di wahana ini, Pak,” jawab Rendi.
“Bapak siapa kok bisa ada di sini?” tanyaku.
“Saya memang tinggal di sini,” jawab lelaki itu.
Aku semakin bingung. Maksudnya apa? Ini kan wahana yang sudah ditutup. Kenapa dia bisa tinggal di sini?
“Pulanglah! Teman kalian tidak akan bisa kembali,” ujar lelaki itu.
“Apa yang terjadi dengan teman kami, Pak?” tanya Rendi.
ADVERTISEMENT
Lelaki itu malah menunduk. Dia mengembuskan napas berat, “Ada hal yang dilanggarnya,” kata lelaki misterius itu.
“Apa?” tanyaku.
Sebelum lelaki itu menjawab, kami mendengar kembali teriakan Arin. Kini suaranya terdengar sangat jelas. Kami pun segera menoleh ke belakang.
“Arin!?”
Suara itu menggema, tapi tanpa wujud. Dan, saat kami membalikkan badan, lelaki misterius itu hilang begitu saja. Ke mana dia?
"Kayaknya kita pulang aja deh," saran Rendi.
"Aku masih penarasan, Ren. Ada yang nggak beres sama wahana ini."
Saat kami sedang mengobrol, kulihat seorang wanita berdiri di dekat gerbang. Aku ingat wajah wanita itu, dia wanita misterius yang pernah duduk di samping Arin saat naik wahana ombak banyu.
ADVERTISEMENT
***
Nantikan cerita horor Wahana Maut selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini: