Albert Nolan : Harapan dan Doa Sebagai Teladan di Masa Covid-19

maria fransisca denata
Seorang mahasiswi aktif Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
21 Desember 2020 4:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari maria fransisca denata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perkataan Albert Nolan saat diwawancari oleh Fr. Luis Ramos, O.P. (23/07/2001).
zoom-in-whitePerbesar
Perkataan Albert Nolan saat diwawancari oleh Fr. Luis Ramos, O.P. (23/07/2001).
ADVERTISEMENT
Albert Nolan, keturunan Inggris, lahir (1934) di Cape Town, Afrika Selatan. Ia seorang imam Dominikan yang berjuang untuk keadilan kaum kulit hitam di Afrika Selatan pada masa Apartheid. Ia berpartisipasi dalam penandatanganan Kairos Document (1985) yang merupakan dokumen yang penting dalam perlawanan terhadap rezim Apertheid. Atas perjuangannya itu Nolan mendapatkan The Order of Luthuli in silver (2003).
ADVERTISEMENT
Pada wawancara Nolan bersama Fr. Luis Ramos, O.P. , Nolan menyatakan dengan menjalankan Injil membuat ia sadar pada apa yang sedang terjadi di negaranya, ia benar-benar melihat orang kulit hitam tidak diperlakukan adil dan lazim. Dan dalam perjuangannya itu, Nolan sadar bahwa perjuangnnya tidak membutuhkan waktu yang sebentar, dan tidak dapat diselesaikan dengan hanya mengandalkan kemampuan kita sendiri. Maka dari itu, Nolan meletakkan kepercayaannya kepada Tuhan dalam doa yang didukung dengan usaha terbaiknya.
Satu hal lain yang menjadi andalannya dalam perjuangan di masa Apartheid, yaitu “harapan”. Menurutnya, kita harus dapat mengajari harapan kepada orang-orang dan memilii harapan nagi diri kita sendiri. Arti kata “mengajari” tidak sepenuhnya mengajari tetapi memberikan harapan yang kita miliki kepada orang lain melalui perkataan dan tindakan kita yang memungkinkan orang lain menjadi penuh akan harapan pada-Nya, seperti kesaksian akan pertolongan Tuhan yang kita alami.
ADVERTISEMENT
Harapan dan doa yang Nolan lakukan dalam menghadapi penderitaan dan ketidakadilan Apartheid dapat kita teladani di masa Covid-19 ini. Kita sebagai umat-Nya, harus selalu menaruh harapan kita melalui doa karena kita “sadar” bahwa masa yang kita hadapi ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar dalam pemulihannya, sehingga perlu dan wajib bagi kita dalam mengandalkan Tuhan yang didukung dengan usaha terbaik kita.
Kita sadar bahwa masa pandemi ini menjadi masa sulit bagi seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, dibalik penderitaan dan kesulitan yang kita rasakan ini, kita harus meyakini adanya peran Tuhan dalam setiap usaha kita. Hal itu akan semakin kuat jika kita mengamalkan pertanyaan Nolan, yaitu “One with God, One with Ourselves, One with other human beings, One with the Universe".
ADVERTISEMENT
(https://web.archive.org/web/20060427231516/http://www.dominicains.ca/providence/english/documents/nolan-eng.htm&usg=ALkJrhgBA-ZR-YXV6BLS-DHhaJWSUKKozg)
Maria Fransisca Denata merupakan Mahasiswi Semester I Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Prodi Antropologi, Universitas Airlangga Surabaya.