Menkumham dan Dubes Australia Saling Dukung Atasi Soal Pengungsi

Media Center Kementerian Hukum dan HAM
Kanal Resmi Pemberitaan Unit Kerja di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dikelola oleh tim Media Center Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Konten dari Pengguna
5 Juli 2018 15:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Media Center Kementerian Hukum dan HAM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dubes Australia dan Menkumham Diskusi Soal Pengungsi di Dunia. (Foto: Kemenkumham)
zoom-in-whitePerbesar
Dubes Australia dan Menkumham Diskusi Soal Pengungsi di Dunia. (Foto: Kemenkumham)
ADVERTISEMENT
Oleh: Aldo, Zaka, dan Yos

Foto: Bowo
ADVERTISEMENT
Duta Besar (Dubes) Australia H.E. Gary Quinlan AO mengajak Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Hamonangan Laoly bekerja sama lebih intens antara Indonesia dan Australia. Khususnya menghadapi masalah pengungsi yang kian bermunculan di beberapa negara.
Dubes Australia mencontohkan pengungsi Rohingya. Menurutnya, hingga saat ini belum ada solusi pengungsi yang kongkrit. Para pengungsi Rohingya hidup dalam keputusasaan di negara asalnya.
“Kita butuh kerja sama untuk memikirkan jalan keluar akan hal ini, yang diserahkan kepada kebijakan pemerintahan masing-masing negara,” ujar Quinlan saat melakukan kunjungan kehormatan di Gedung Ex. Sentra Mulia, Jakarta, Selasa pekan lalu.
Menanggapi hal demikian, Menkumham mendukung pernyataan Dubes Australia tersebut. Menteri Yasonna menyatakan, bahwa memang diperlukannya kerja sama yang erat dalam komunitas internasional untuk menangani isu-isu tersebut.
ADVERTISEMENT
“Komunitas internasional harus bekerja sama dengan erat,” tutur Yasonna Laoly menimpali.
Tak hanya itu, Menkumham juga menjelaskan langkah aktif yang dilakukan Pemerintah Indonesia menghadapi kasus Rohingnya tersebut.
“Saat ini terdapat pengungsi Rohingya di Indonesia ditampung di kantor Pemerintah Daerah dan kantor Rumah Detensi Kantor Imigrasi,” ucap Yasonna Laoly.
Selain itu, Dubes Australia juga berharap Indonesia-Australia dapat memainkan peranan yang lebih aktif menghadapi permasalahan pengungsi Rohingya. Juga aktif menghadapi masalah pencari suaka. Seperti masalah pencari suaka berasal dari Afghanistan.
Sebab, menurut Quinlan, saat ini negara Eropa dan beberapa negara lain tengah memperketat masuknya pencari suaka dari Afghanistan.
“Mungkin kita bisa melakukan sesuatu untuk mengatasi hal ini,” ucapnya.
Mendengar hal tersebut, Menkumham menjelaskan bahwa pihak Indonesia telah bekerja keras untuk hal ini. Dan berusaha melihat keadaan yang sebenarnya di Afghanistan. Indonesia berkomitmen selalu berusaha membantu dan mencari solusi dalam perdamaian di dunia internasional.


ADVERTISEMENT
“Pakistan sebagai negara tetangga Afghanistan juga harus terlibat membantu dan mencari solusi masalah ini,” ucap Yasonna Laoly.
Sekadar informasi, merujuk data Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) menyebutkan hampir 69 juta orang di seluruh dunia terpaksa mengungsi dari rumah mereka akibat perang dan persekusi pada akhir 2017. Hal ini jumlah tertinggi yang pernah tercatat.
Tak dinyana, lebih dari 68 persen pengungsi di dunia berasal dari lima negara. Suriah  6,3 juta, Afganistan 2,6 juta, Sudan Selatan  2,4 juta, Myanmar 1,2 juta.
Laporan PBB menyebutkan sebanyak 85 persen pengungsi berasal dari negara berkembang. Kemudian kebanyakan pengungsi berada dalam kondisi "sangat miskin". Para pengungsi tersebut berasal dari Suriah, Afganistan, Sudan Selatan, Sudan, Myanmar, Somalia, dan Kongo.
ADVERTISEMENT
Di sela-sela pertemuan bersama Menkumham, Dubes Australia H.E. Gary Quinlan AO juga memberikan apresiasinya sekaligus mengucapkan selamat atas keberhasilan Indonesia memperoleh Kursi Keanggotaan Dewan Keamanan PBB Tidak Tetap.
“Senang melihat hal tersebut, Indonesia punya nilai unik dan pengalaman dalam rekonsiliasi dan mediasi,” ucap Quinlan, Dubes Australia yang bertugas di Indonesia selama enam Minggu ini.