Gegara Impor, 50 Ribu Ton Garam Rakyat di Sumenep tak Terjual

Konten Media Partner
18 Maret 2019 15:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tumpukan garam di tambak milik petani di Sumenep. Foto : Rossy
zoom-in-whitePerbesar
Tumpukan garam di tambak milik petani di Sumenep. Foto : Rossy
ADVERTISEMENT
Sumenep, (Media Madura) - Beberapa bulan terakhir, harga garam rakyat di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur turun hingga dikisaran Rp 900 hingga Rp 1.000 per kilogram.
ADVERTISEMENT
Menurut Ketua Paguyuban Petani Garam Rakyat Sumenep (Perras), Hasan Basri, dibandingkan dengan harga pada saat imusim produksi, justru kini harga garam turun drastis. 
"Sebelumnya, harga mencapai Rp 1.200 hingga Rp 1.500 per kg. Tapi sekarang hanya kisaran Rp 900 sampai Rp 1.000 per kg," tuturnya, Senin (18/3/2019).
Kata Basri, turunnya harga garam di musim penghujan tidak biasa. Sebab, biasanya pada saat turun hujan harga semakin mahal, karena petani tidak lagi memproduksi garam. 
"Memang tidak biasa, tetapi faktanya, harga garam justru semakin merosot di musim penghujan," paparnya.
Faktor lainnya, sambung Basri, musim ini pembeli dari Rembang, Jawa Tengah yang biasa memborong garam petani di Sumenep, kali ini tidak ada. 
ADVERTISEMENT
"Perkiraan kami, stok garam rakyat yang belum terjual di tingkat petani saat ini sekitar 50 ribu ton tersimpan di tempat penyinpanan,” terangnya.
Hasan berspekulasi, bahwa tidak bergairahnya pasar garam rakyat di Sumennep dan mungkin di daerah lain diduga karena masuknya garam impor ke Indonesia. 
"Karena, secara kualitas lebih bagus (garam impor) dan harganya lebih murah. Akibatnya, perusahaan enggan membeli garam lokal," paparnya.
Oleh sebab itu, Hasan mewakili petani garam rakyat di Sumenep berharap pemerintah mencari solusi, agar tidak berdampak buruk terhadap garam lokal, khususnya terhadap anjloknya harga. 
Reporter : Rosy
Editor : Zainol