Rifqi, Penderita Hidrosefalus asal Sumenep Butuh Uluran Tangan

Konten Media Partner
1 Mei 2018 18:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sumenep, (Media Madura) - Namanya Rifqi Riyanto, masih berusia 5,5 tahun, tapi ia harus berbaring di atas kasur lantaran penyakit Hidrosefalus yang dideritanya sejak lahir. Ia tercatat warga Dusun Parebbaan, Desa Bragung, Kecamatan Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Dan hanya tinggal berdua saja dengan ibunya. 
ADVERTISEMENT
Ibunya, Munah (30) ditinggal suaminya sejak beberapa tahun yang lalu dan kini di Kartu Keluarga (KK) mereka hanya tinggal berdua dengan kondisi memprihatinkan.
Rifqi dan ibunya tinggal di rumah yang dindingnya bolong sana-sini. Sebagian atap rumahnya juga bocor. Di teras rumah, ada ranjang terbuat dari bambu sebagai tempat santai. Di situlah, Rifqi Riyanto pada waktu siang terbaring.
Kondisi memperihatinkan mereka bertambah, karena semakin hari penyakit yang diderita Rifqi kian bertambah parah. Setiap malam Rifqi menangis merintih kesakitan. Mirisnya, selama 5,5 tahun itu Rifqi yang tinggal berdua dengan ibunya tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah, baik Program Keluarga Harapan (PKH) ataupun bantuan lainnya.
Munah menuturkan, akibat penyakit yang diderita anaknya, dua tulang kaki anaknya kaku dan mengecil hingga tak mampu lagi bergerak, sedangkan kaki Rifqi juga nampak menghitam.
ADVERTISEMENT
Setiap hari, Rifqi nampak merasakan sakit yang luar biasa. Meski sesekali Munah mengaku membawa anaknya ke dokter, hal itu tidak cukup meringankan sakit anaknya, lantaran berobat hanya dengan dana seadanya.
"Sudah 5,5 tahun anak saya menderita sakit ini. Siang dan malam saya tak bisa tidur. Kadang tengah malam anak saya minta sesuatu sambil menangis, dan itu harus dituruti,” ujar Munah ditemui sejumlah awak media di kediamannya, Minggu (29/4).
Faktor ekonomi menjadi penyebab Rifqi kesulitan untuk mendapat perawatan medis maksimal. Munah mengaku dirinya sempat bekerja ke Bali untuk membiayai anaknya.
Ironisnya, ia tak punya keluarga yang bisa diandalkan untuk meringankan beban hidup. Sehingga ia harus bekerja banting tulang sendiri untuk menafkahi dan merawat anaknya.
ADVERTISEMENT
"Kadang anak saya satu bulan dua kali masuk rumah sakit, dan biayanya harus mencari sendiri banting tulang," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Untuk menyembuhkan anaknya, segala usaha sudah dilakukan, termasuk dengan berbagai obat tradisional. "Tapi ya mau bagaimana lagi. Harta juga enggak ada. Sekarang kami pasrah saja, walaupun kami tidak menerima bantuan," katanya.
Saat ini, dirinya hanya bisa berharap ada pihak yang peduli dengan nasib anadknya, entah berupa bantuan dari pemerintah, atau dari orang yang murah hati untuk berbagi.
"Saya hanya kasihan anak saya, saya juga hanya butuh biaya pengobatan saja. Saya kasihan anak saya merasakan sakit dan selalu menangis setiap malam," ucapnya tanpa bisa menahan air mata.
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan pada rongga otak atau yang disebut dengan ventrikel. yang mengakibatkan ventrikel-ventrikel di dalamnya membesar dan menekan organ tersebut. Cairan ini akan terus bertambah sehingga ventrikel di dalam otak membesar dan menekan struktur dan jaringan otak di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Jika tidak segera ditangani, tekanan ini dapat merusak jaringan dan melemahkan fungsi otak. Hidrosefalus dapat diderita oleh segala usia, namun kasus ini sebagian besar terjadi pada bayi dan lansia.
Reporter: Rosy Editor: Arif