Meski Ramadhan di Kala Pandemi, Toleransi Tetap Terjadi

Meyta Yosta Greacelya Abaulu
Meyta Yosta Greacelya Abaulu. Mahasiswa Semester 4 Universitas Padjadjaran, Fakultas Ilmu Komunikasi, Program Studi Jurnalistik
Konten dari Pengguna
30 April 2020 11:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Meyta Yosta Greacelya Abaulu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang petugas kebersihan telah menerima paket menu buka puasa dari enam pemudi Kristen di Kota Depok, Minggu (26/04) Foto: Meyta Yosta Greacelya Abaulu.
Bhineka Tunggal Ika, semboyan negara yang diatur dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 36A memiliki arti dan nilai luhur, berbeda-beda tetapi tetap satu.
ADVERTISEMENT
Minggu petang (26/04) langit mulai menunjukkan warna abu-abu gelap, tanda akan segara hujan. Setelah menggunakan masker dan tak lupa membawa hand sanitzier, enam pemudi bergegas keluar dari sebuah rumah. Dengan mengendarai sepeda motor, bukan tanpa alasan mereka keluar dari rumah di tengah anjuran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Kota Depok. Ada sebuah kegiatan dengan maksud baik yang ingin mereka lakukan.
Wacana tentang kegiatan mereka ini, sudah dibicarakan sebelumnya melalui obrolan grup via aplikasi. Membawa 60 boks menu makanan untuk buka puasa, mereka berkeliling di sekitar Kecamatan Sukmajaya, Depok untuk membagikan makanan buka puasa bagi orang-orang miskin. Mereka adalah enam pemudi, sahabat sejak kecil karena satu jemaat di gereja yang sama.
ADVERTISEMENT
Memasuki minggu pertama di bulan Ramadhan, kali ini ibadah puasa dilakukan di kala pandemi Covid-19. Namun, toleransi antar umat beragama tetap terjadi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toleransi adalah sifat atau sikap toleran.
Anastasya Batjeran (24), adalah yang pertama kali mengajak mereka untuk bersama-sama membagikan menu buka puasa. Menurut perempuan yang akrab disapa Tasya, alasannya melakukan kegiatan toleransi merupakan niatnya untuk berbagi, karena sudah menjadi kewajiban bagi umat manusia untuk saling berbagi. Tasya juga bercerita bahwa ia membagikan menu makanan yang sederhana karena seluruh menu dimasak oleh ibunya.
“Mau seberapa yang kita berikan, itu sangat berarti bagi yang membutuhkan. Saya juga selalu mendengar khotbah pendeta di gereja saya, jangan selalu menadah tangan di bawah tapi belajarlah untuk selalu memberi meskipun dengan kondisi yang sederhana juga,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Satu per satu boks makanan diterima oleh petugas kebersihan, pengemudi becak, pengemudi ojek online, keluarga tunawisma, dan pengamen. Senyum merekah dari mereka yang menerima makanan tersebut. Salah satunya adalah Johan (35) seorang pengemudi ojek online. Saat ia berteduh karena hujan, salah satu dari mereka memberikannya boks makanan itu dan Johan menerimanya seraya mengucapkan terima kasih.
Menurut Johan, ia sangat merasa bersyukur dengan adanya kegiatan membagikan menu makanan buka puasa. Ketika ia mengetahui bahwa yang memberikan makanan tersebut adalah orang yang berlainan agama dengannya, ia berpendapat. “Bagus sih, lain agama malah toleransinya bagus,” ujar Johan saat diwawancarai (26/04).
Memberi di Tengah Pandemi
Ketika membagikan menu buka puasa, para pemudi ini tetap menjaga kebersihan, tak dapat dipungkiri wabah Covid-19 tetap mengintai. Tasya mengatakan, mulai dari gang masuk perumahannya di RW.07 Kelurahan Baktijaya, para petugas keamanan dan remaja sekitar sudah menyediakan tangki air dan sabun untuk mencuci tangan dan cairan disinfektan untuk menyemprot kendaraan bermotor.
ADVERTISEMENT
“Wajib menggunakan masker selalu, sebelum mereka (sahabatnya) masuk ke rumah, harus memakai hand sanitizer sehingga saat pembungkusan juga tetap bersih. Ketika membagikan makanan juga kita tetap jaga jarak jadi aman dan bersih tentunya,” pungkas Tasya.
Sempat tersirat dalam benak, apakah dapat berbagi di tengah kondisi seperti ini. Kondisi keuangannya yang hanya cukup bahkan sedikit kurang. Namun, Tasya yakin saat ia memberi dengan tulus, pasti rejeki akan terus datang.
Ketika boks makanan sampai kepada orang-orang yang membutuhkan, Tasya merasa senang dan sedih bercampur menjadi satu. “Senang karena Tuhan sangat baik, memberikan saya kesempatan untuk berbagi dari hasil kerja saya. Sedih karena masih banyak orang-orang kecil yang mungkin untuk makan saja susah dan sulit. Kegiatan ini mengajarkan kita semua untuk selalu bersyukur dalam keadaan apa pun,” tutupnya.
ADVERTISEMENT
Hal Kecil
Desyane Pakel (21) turut melakukan toleransi bagi teman-temannya yang menjalankan ibadah puasa. Lewat hal kecil, dengan cara membangunkan mereka untuk melakukan sahur.
“Karena terkadang ada beberapa dari teman-teman aku, yang susah buat bangun se-pagi itu. Memang susah sih bangun jam tiga pagi dan rutin dilakukan apalagi dalam jangka waktu sebulan,” ujar Desyane saat ditanya mengenai alasannya melakukan hal tersebut (28/04).
Desyane membangunkan teman-temannya melalui aplikasi chating atau telepon dalam jumlah yang banyak sampai mereka terbangun. Ia konsisten melakukan hal itu dari hari pertama sampai sekarang. Syane sangat merasa senang, karena dapat turut andil dalam membantu temannya menjalankan ibadah puasa.
Erine Fatika Sari (20), turut merasakan toleransi yang Desyane lakukan. Erine sangat senang karena menurutnya dapat menanamkan rasa peduli. “Hal ini membuat saya percaya, kalau berbeda agama tidak harus mencela satu lain, tapi harus membangun kepedulian satu sama lain,” ujar Erine (28/04).
ADVERTISEMENT