Modal Rp 500 Ribu, Tanaman Hias Ade Tembus Pasar Ekspor Eropa dan Amerika

mhendrayani
Pranata Humas di BIRO HIP Kementan
Konten dari Pengguna
14 September 2021 11:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari mhendrayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Beda dengan di Indonesia, tanaman hias dianggap sebagai bisnis musiman. Sedangkan di Eropa ini jadi industri, karena tingginya permintaan dari waktu ke waktu”, ucap Ade Wardana Adinata, 38 tahun, pengusaha muda menggeluti Tanaman Hias.
ADVERTISEMENT
Ketekunan Ade bisnis Tanaman Hias memang patut diacungi jempol. Karena, kini, bisnisnya ini sudah merambah ke pasar global, dengan omzet mencapai 5-10 miliar per bulan.
Ade Wardana Adinata (kanan) bersama mitra petani di green house miliknya.
Pemilik minaqueindonesia.com ini adalah eksportir tanaman hias yang punya jaringan pemasaran bisnis flora di Jerman ,Leeds, Siprus, Polandia, Kanada, Seattle, dan Florida dengan membangun sistem hub.
Hub berfungsi sebagai distributor resmi, agar mudah memenuhi kebutuhan pasar tanaman hias. Soalnya menurut dia, di Eropa dan Amerika pot plant sudah jadi industri.
Saya mencoba intip akses situsnya. Dan benar, tertera nama tanaman eksotis seperti scindapusus jade satin, philodendran verrucasum, philodendron sadiroi, anthorium waracueanum dan seabreg jenis nama yang susah bagi saya hafal, dijual dengan harga dolar.
ADVERTISEMENT
Ini bukti, bisnisnya menggeliat dengan skala global.
Awalnya Ade berbisnis ikan hias dan sempat ekspor. Tapi rumit dan agak merepotkan. Akhirnya ia banting setir ke tanaman ihas. Karena menurut pengamatannya, Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk flora Nusantara. Tapi pasarnya justru dikuasai negara lain.
Singapura menyuplai 5 % kebutuhan pot plant dunia, Thailand 7 %, Vietnam 8 %, dan Polandia, Ekuador, Brasil sebesar 15 %. Eksportir terbesar dunia masih dipegang Belanda yaitu sebesar 40 %. Sedihnya, Indonesia yang surganya keanekaragaman hayatinya, hanya kebagian pasar 0,08 %.
Dari sini Ade terbuka insting bisnisnya. Ia meriset ke beberapa teman di Eropa dan Amerika. Ternyata permintaan pot plant sangat tinggi di dua benua tersebut.
ADVERTISEMENT
“Ini peluang, yang harus dikejar”, tekad Ade bulat.
Dengan modal awal Rp 500 ribu, Ade minta ke tetangganya untuk diantar ke Pasar Ciapus, di Bogor guna membeli beberapa jenis tanaman. Kebetulan tetangganya pencinta tanaman hias. Tanaman yang dibeli, difoto dan dipasarkan di platform medsos.
Luar biasa kekuatan medsos. Ade langsung kebanjiran dapat pesanan dari Belanda dan Jerman. “Order pertama dari Belanda nilainya 185 juta, sudah termasuk ongkos kirim. Konsumen kedua dari Jerman nilai transaksi 20 ribu euro,” kisah Ade.
Ketika saya tanya, apa rahasianya bisa dipercaya konsumen di Eropa dan di Amerika, Ade pun menjawab, “Kualitas produk dan kecepatan pengiriman”.
Soal kualitas dan pelayanan, setiap minggu Ade rajin selalu adakan Zoom Meeting dengan distributor dari berbagai negara. Tujuannya, untuk mengetahui standar yang harus dipenuhi dan kekurangan yang harus diperbaiki.
ADVERTISEMENT
Ade juga memberi catatan ke negara tertentu yang agak sulit ditembus. Misalnya Korea Selatan (Korsel). Karena, Korsel adalah negara paling “rewel” soal produk pot plant, peraturannya sangat ketat dan tanpa kompromi.
Satu lagi rahasia Ade menembus pasar ekspor tanaman hiasnya, yaitu “sering update informasi”, papar Ade, yang juga merangkap sebagai Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Amin, Bogor, Jawa Barat.
Ade ternyata dalam menjalankan bisnis juga tak lupa melihat aspek sosial. Artinya, ia melihat menjalankan bisnis layaknya beribadah. Maksudnya? Dalam benak Ade, berbisnis juga harus berbagi ilmu dan rezeki dari Tuhan.
“Awal mulai usaha, saya niatkan akan memberikan 5 % dari setiap keuntungan untuk dikembalikan ke petani. Saat ini 5 % sudah meningkat jadi 10 % dan sedang menuju 20 %,” cerita Ade.
ADVERTISEMENT
Janji dari keuntungan yang diperoleh, direalisasikan, di antaranya dibangun 64 kios dari rangka besi dengan sistem bongkar pasang. Ini diberikan gratis kepada petani. Selain itu Ade juga bekerja sama dengan Kementerian Pertanian bangun “Kampung Flori” bagi petani dan membantu pemasarannya.
Mengadakan pertemuan berkala setiap minggu dengan mitra petani
“Pak Syahrul, Menteri Pertanian, saya anggap sebagai mentor. Beliau pernah sampaikan ke saya, “jangan kau buat surga untuk dirimu sendiri, tapi berbagilah surgamu dengan yang lain.
Ini yang 'mentrigger' saya membangun kemitraan dengan petani,” ungkap Ade yang mempekerjakan 25 karyawannya, dan telah menjalin kemitraan dengan 1.100 petani flora tersebar dari Sumatera hingga Papua.