Pembangunan Rusun TOD di Tengah Kota Bisa Memperparah Kemacetan

21 November 2017 8:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelaksanaan Ground Breaking TOD  (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelaksanaan Ground Breaking TOD (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemerintah berencana membangun Transit Oriented Development (TOD) atau rumah susun di berbagai lokasi strategis di DKI Jakarta. Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 140 Tahun 2017, terdapat 12 TOD yang dibangun.
ADVERTISEMENT
Adapun 12 TOD itu yakni di Stasiun Tanjung Barat, Pondok Cina, Pasar Senen, Juanda, Tanah Abang, Bundaran HI, Dukuh Atas, Setiabudi, Bendungan Hilir, Istora Senayan, Blok M, dan Lebak Bulus (elevated).
Country General Manager Rumah123, Ignatius Untung, berpendapat TOD sebaiknya tidak dibangun di tengah kota. Menurutnya, hal tersebut dapat memperparah kemacetan.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, dalam konsep TOD sebanyak 25-35% hunian yang dijual diperuntukkan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Sementara sisanya dijual dengan harga komersil.
"Kalau pembeli komersial sudah pasti mereka itu orang yang punya uang. Setidaknya mereka pasti punya mobil, dikalikan saja itu berapa jumlah unit kamar apartemen komersialnya," jelas Untung kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (21/11).
Kata Untung, sebaiknya TOD dibangun di pinggir kota Jakarta. Misalnya di Jagakarsa Jakarta Selatan, Lenteng Agung Jakarta Selatan, Pasar Minggu Jakarta Selatan, hingga Cakung Jakarta Timur.
ADVERTISEMENT
"Kalau TOD berada di pusat bisnis, itu bukan transit namanya. Kerjanya di kota, tinggal di situ juga. Transit itu agak di pinggir, di pinggir yang jarak tempuhnya lama karena ada KRL," ucapnya.
Untung berharap, ketika nantinya unit TOD jadi dibangun dan diperjualbelikan, pemerintah wajib memikirkan kantong parkir di sekitar TOD yang berada di Jakarta Pusat. Hal tersebut wajib dilakukan jika tidak ingin memperparah kemacetan.