SPBU Vivo Banting Harga BBM, Apa Respons Pertamina?

26 Oktober 2017 20:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SPBU Vivo jual bensin ron 89 Rp 6.100 (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SPBU Vivo jual bensin ron 89 Rp 6.100 (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Ignasius Jonan hari ini meresmikan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Vivo di Jalan Raya Cilangkap, Jakarta Timur. SPBU ini menyita perhatian sejak akhir September 2017 lalu.
ADVERTISEMENT
Sempat buka selama 2 hari, SPBU Vivo berjualan bensin RON 88 setara premium dengan harga Rp 6.550/liter. Lalu SPBU Vivo tutup karena belum lengkap izinnya. Pekan ini, SPBU Vivo siap uji coba dan akan beroperasi penuh di awal November 2017 setelah membereskan perizinan dan administrasi.
SPBU Vivo mendapat pujian dari Jonan karena mau menjual bensin RON 89 bermerek Revvo 89 dengan harga hanya Rp 6.100/liter, lebih murah ketimbang Premium. Padahal kadar oktan Revvo 89 lebih tinggi dibanding Premium (RON 88), kualitasnya lebih bagus.
Jonan menyebut kehadiran Vivo membuat masyarakat kini punya lebih banyak pilihan untuk mendapatkan BBM dengan harga terjangkau.
Bagaimana respons Pertamina terhadap kemunculan Vivo sebagai saingan baru?
ADVERTISEMENT
VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Adiatma Sardjito, mengatakan bahwa pihaknya siap berkompetisi. SPBU swasta sudah bermunculan sejak 2007, Pertamina biasa menghadapinya.
"Persaingan kan sudah terbuka sejak 2007, sudah ada beberapa perusahaan swasta yang berdiri. Ada di antaranya yang akhirnya diakuisisi Pertamina," kata Adim kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (26/10).
Bagi Pertamina, tak masalah jika ada swasta baru yang masuk ke bisnis penyaluran BBM. Tapi, aturan main dari pemerintah harus adil.
Kalau Pertamina diwajibkan menyalurkan BBM sampai ke daerah-daerah terpencil, maka swasta juga harus dibebani kewajiban yang sama. Sekarang Pertamina menanggung biaya distribusi BBM yang besar sekali karena harus mendirikan SPBU sampai ke daerah-daerah terluar.
Sementara swasta hanya mendirikan SPBU di kota-kota besar yang permintaan dan daya beli masyarakatnya tinggi. Biaya distribusinya pun lebih efisien.
ADVERTISEMENT
"Concern kami adalah aspek fairness. Kalau cuma ngambil pasar yang basah seperti Jakarta itu gampang sekali. Harusnya swasta wajib buka SPBU ke luar Jawa dan daerah-daerah terpencil juga," ujarnya.
Adim menambahkan, saat ini Pertamina mulai meninggalkan bensin Premium (RON 88) karena kebijakan pemerintah juga. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) sudah menetapkan standar Euro 4 untuk BBM di Indonesia.
Itulah sebabnya Pertamina mendorong masyarakat agar beralih ke bensin RON 90 (Pertalite) dan RON 92 (Pertamax).
Ironisnya, pemerintah mengizinkan Vivo menjual bensin RON 89 yang tak jauh beda dengan Premium.
"Pertamina mulai meninggalkan RON 88 karena aturan Kementerian LHK. Sekarang Indonesia menuju BBM dengan kualitas yang lebih baik," tutupnya.
ADVERTISEMENT