Sudah Ada HET dan Operasi pasar, Kok Harga Beras Tetap Melonjak?

14 Januari 2018 14:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jenis beras medium di Pasar Induk Cipinang (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jenis beras medium di Pasar Induk Cipinang (Foto: Abdul Latif/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kementerian Perdagangan telah memutuskan untuk membuka impor 500.000 ton beras karena harga beras yang merangkak naik sejak akhir tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Padahal, Kemendag telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) sejak September tahun lalu. Namun, harga patokan ini nyatanya tidak efektif untuk mengendalikan harga beras di pasar-pasar tradisional.
Menurut Analis Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira Adhinegara, ketentuan HET semata tidak menyelesaikan masalah. Sebab, HET hanya diperuntukkan bagi pedagang dan pengecer di bagian akhir perdagangan beras.
Padahal, ada rantai pasokan yang panjang dari petani, tengkulak, pedagang perantara, hingga pedagang eceran beras. Masalah panjangnya rantai pasokan ini tidak diselesaikan pemerintah.
"Itu hanya sekadar menakut-menakuti pedagang di level hilir, padahal rantai pasokan sebelum ke pedagang kecil tersebut kan panjang. Jadi harga mahal sudah terbentuk dari tengkulak dan supplier besar," katanya kepada kumparan (kumparan.com), Minggu (14/1).
ADVERTISEMENT
Untuk itu, perlu ada evaluasi mengenai HET ini. Harusnya, harga patokan sudah ditekan saat beras masih ada di level supplier.
"Sudah diawasi semua pembentukan harga dari petani dan pihak-pihak yang mengambil margin beras terlalu beras. Lalu pungli-pungli itu juga membuat harga makin tinggi," lanjutnya.
Jadi, tak hanya HET saja yang diandalkan, namun peraturan-peraturan lain juga harus menekan. Yakni pengawasan seluruh mekanisme pasar melalui Satuan tugas Pangan (Satgas Pangan).
Langkah lain yang dilakukan pemerintah untuk menstabilkan harga beras, yakni operasi pasar, juga kurang efektif karena sifatnya yang temporer dan pasokan yang juga terbatas. Titik-titik yang disasar untuk operasi pasar pun hanya sekadar asumsi Bulog pada pasar yang rawan kenaikan harga.
"Belum ada peta integrasi yang update, jangan-jangan ini bukan titik yang tepat. Harusnya kalau sukses, inflasi tidak akan sampai 0,71%," ujarnya.
ADVERTISEMENT