Angel, Semuanya Tidak Baik-Baik Saja

Milla Joesoef
Penulis merupakan anggota Suluh Perempuan Indonesia Kontributor dari https://suluhperempuan.org Lulusan Diploma III Kehutanan IPB University - Bogor, November 2007 Aktif di bidang Literasi, Usaha Kecil dan Menengah serta aktivisme perempuan
Konten dari Pengguna
15 Maret 2021 12:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Milla Joesoef tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perpisahan untuk Ma kyal Sin
zoom-in-whitePerbesar
Perpisahan untuk Ma kyal Sin
ADVERTISEMENT
Seorang remaja yang mengenakan kaus bertuliskan slogan "Semuanya akan baik-baik saja" untuk protes anti-kudeta di Myanmar meninggal setelah ditembak di kepalanya di jalan pada hari Rabu.
ADVERTISEMENT
Negara di Asia Tenggara yang sebelumnya dikenal sebagai Burma ini jatuh ke dalam kekacauan pada 1 Februari ketika militer menggulingkan pemerintah yang dipilih secara demokratis dan menahan Aung San Suu Kyi.
Sejak itu, warga turun ke jalan untuk melakukan serangkaian protes massa yang penuh kekerasan terhadap kudeta.
Tapi sementara kekacauan telah menjadi kejadian biasa selama berminggu-minggu sekarang, Rabu menandai "Hari paling berdarah" sejauh ini dengan setidaknya 38 pengunjuk rasa tewas dan puluhan lainnya terluka setelah pihak berwenang melepaskan tembakan ke kerumunan.
Aksi di Myanmar dipimpin protester wanita
Di antara korban tewas adalah Angel, juga dikenal sebagai Kyal Sin. Seorang penari berusia 19 tahun yang menjadi wajah dari tragedi yang sedang berlangsung.
Remaja itu berpartisipasi dalam protes di Mandalay kemarin dengan mengenakan kaus bertuliskan "Semuanya akan baik-baik saja".
ADVERTISEMENT
Angel difoto di tempat kejadian dan dalam satu gambar dia terlihat berbaring di tanah dalam upaya untuk berlindung.
Tapi sayangnya, Angel termasuk di antara korban tewas setelah dia ditembak saat kerusuhan kemarin.
Foto mengerikan tersebut telah dibagikan di media sosial sebagai tindakan menentang kudeta, seperti halnya video remaja yang meneriakkan "Kami tidak akan lari!" dan "Darah tidak boleh dicurahkan!" sebelum kematiannya.
Ma kyal Sin
Seorang remaja kedua juga meninggal dalam pertumpahan darah kemarin.
"Hari ini adalah hari paling berdarah sejak kudeta terjadi," kata utusan PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener kepada media kemarin, menambahkan bahwa lebih banyak lagi yang terluka dan lebih dari 50 orang tewas sejak 1 Februari secara keseluruhan.
Paramedis Aye Nyein Thu memberi tahu pada Al Jazeera bahwa dia telah membantu 10 kasus darurat sejak 1 Maret.
ADVERTISEMENT
“Sebagian besar (korban) mengalami luka di kepala karena polisi menggunakan tongkat untuk memukuli pengunjuk rasa. Beberapa orang juga ditembak,” katanya.
"Kami menghadapi situasi yang paling mengerikan."