Untitled Image

5 Brand Lokal yang Mengusung Sustainable Fashion

17 Maret 2022 19:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
5 Brand Lokal yang Mengusung Sustainable Fashion
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Saat ini sudah banyak brand lokal yang mengusung konsep sustainable fashion dengan menggunakan material yang ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Munculnya konsep sustainable fashion ini merupakan gerakan untuk mengurangi emisi karbon. Mulai dari penggunaan bahan baku yang enggak merusak, menekan jumlah sampah yang dihasilkan dari industri ini sendiri, dan juga produksi yang lebih terbatas.
Berikut adalah beberapa brand lokal yang menggunakan konsep sustainable fashion:

Sejauh Mata Memandang

Koleksi terbaru Sejauh Mata Memandang Foto: Luthfa Nurridha/kumparan
Sejauh Mata Memandang merupakan brand lokal yang memiliki komitmen untuk menanam, melindungi, dan merestorasi pepohonan di seluruh Indonesia untuk membantu menyelamatkan lingkungan.
Brand ini didirikan oleh Chitra Subyakto yang mengutamakan prinsip sustainable fashion dalam materialnya. Produk berbahan katun, linen, dan tencel menjadi pilihan material pengganti yang berasal dari proses daur ulang.
Sejauh Mata Memandang, menggunakan tekstil limbah sisa konveksi yang telah didaur ulang. Berbagai pakaian yang dijual merupakan hasil karya dari pengrajin perempuan lokal yang dibayar dengan upah yang sesuai dengan bagian dari fair trade.
ADVERTISEMENT
Seperti dikutip dari laman Sejauh Mata Memandang, untuk setiap penjualan satu pakaian maka akan ada satu pohon yang ditanam, dilindungi, atau direstorasi.
Brand ini juga berkolaborasi bersama sejumlah NGO seperti Canopy, Water House Project, dan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik.

Osem

Ilustrasi biji rami. Foto: Anetlanda/Shutterstock
Osem merupakan brand lokal yang mengusung konsep zero waste dengan memaksimalkan bahan yang ada dan menghindari penggunaan resleting dan kancing yang berbahan dasar plastik.
Mereka memproduksi pakaian dari kain yang diolah dengan prinsip jumputan melalui teknik melipat, mengikat, dan mewarnai. Berbagai produknya juga identik dengan warna biru dari hasil proses pewarnaan alami dari Indigofera Tinctoria yang menghasilkan warna biru natural.
Osem juga konsisten dengan menggunakan kain dari serat alam seperti linen dan juga rami.
ADVERTISEMENT

Imaji Studio

Ilustrasi pewarna alam untuk batik. Foto: Amanaturrosyidah/kumparan
Brand lokal ini dibentuk oleh Shari Semesta, Lyris Alvina, dan Leo Pradana. Seluruh koleksinya terbuat dari kain tenun yang mengandung serat alami. Bukan hanya itu, pewarnaan yang digunakan juga berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga aman dan alami.
Aksesori hingga pakaiannya mengusung konsep zero waste. Untuk aksesorinya sendiri juga terbuat dari sisa kain produksi yang diolah kembali lalu di-upgrade menjadi aksesori yang elegan dan juga berkualitas.
Imaji Studio juga bekerja sama dengan pengrajin dan pewarna di seluruh Indonesia untuk menghasilkan motif unik dari tanaman yang bersumber secara lokal di daerah tersebut.

Cinta Bumi Artisans

Ilustrasi tangan pengerajin batik yang membiru karena mewarnai batik menggunakan bahan warna alami dari pohon indigo. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Cinta Bumi Artisans merupakan brand lokal dari Bali yang berkolaborasi dengan pengrajin lokal untuk mempertahankan budaya dan seni tradisional ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Setiap produknya menggunakan kain yang terbuat dari pohon mulberry yang tumbuh di Lembah Bada, Sulawesi. Pengambilan kulit juga menggunakan cara aman yang enggak menyakiti pohon, sementara untuk pewarnaannya menggunakan bahan alami seperti Indigo dan Morinda.

Sukkha Citta

Tumbuhan indigofera yang kerap digunakan sebagai pewarna alami Foto: Amanaturrosyidah/kumparan
Sukkha Citta merupakan brand lokal yang didirikan oleh Denica pada 2016. Brand ini dimulai dengan hanya tiga perempuan pemberani yang sekarang telah berdampak pada lebih dari 1.432 kehidupan di seluruh Indonesia.
Dikutip dari laman Sukkha Citta, brand ini secara eksklusif menggunakan serat nabati dan pewarna alami dengan enggak ada campuran rahasia yang menyembunyikan poliester di bahannya.
Kain katun yang digunakan juga ditenun dengan tangan oleh penenun asli di desa Medono, Jawa Tengah. Selain itu, material lainnya yaitu kain tencel dan sylk juga berasal dari Lenzing AG yang dibuat menggunakan serat kayu putih melalui fasilitas loop tertutup.
ADVERTISEMENT
Sukkha Citta juga saat ini telah menanam kapas regeneratif organiknya sendiri dengan cara memberdayakan petani kecil dan membuat mereka lebih tahan terhadap perubahan iklim.
Semua pakaian yang ada di brand ini juga dibuat menggunakan tangan di Desa bukan di pabrik. Mereka juga memproses pewarnaan pakaiannya alami yang 100 persen dapat dilacak asal-usulnya seperti dari mana bahan berasal hingga memanfaatkan dan memberdayakan bahan-bahan dari komunitas pertanian lokal yang bebas bahan kimia.
Laporan Afifa Inak
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten