Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Sampah enggak selamanya sebagai barang buangan. Bagi beberapa orang yang kreatif, sampah justru bisa jadi ladang yang menguntungkan.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dilakukan lima orang ini. Di tangan mereka, sampah punya nilai guna lebih. Enggak cuma dari segi ekonomi, namun juga punya nilai sosial.
Yuk, berkenalan dengan lima pelaku bisnis dari sampah ini beserta produk yang dihasilkan!
Azis Pusakantara adalah seseorang yang berhasil menjadikan sampah plastik kresek sebagai material utama dalam pembuatan paving block.
Azis yang pernah membawa Eco Pavings menjuarai program sociopreneurship dari salah satu brand kopi ini menjelaskan pada kumparan soal keputusannya memilih sampah plastik kresek sebagai material utama. dalam pembuatan paving block.
"Di antara sampah lain, kresek adalah yang paling tidak berharga, ketika tidak semua orang mampu memberikan nilai dan sampah kresek semakin menumpuk, bagi kami ini harus dimanfaatkan, jadi kami menciptakan paving block yang bisa menyerap," paparnya.
ADVERTISEMENT
Saat membuat Eco Pavings, Azis pernah mengalami pasang surut semangat. Ia bahkan mengalami kegagalan di antara 10-11 bulan pertamanya mendirikan Eco Pavings.
Avani Eco menyediakan berbagai macam produk kemasan yang terbuat dari bahan-bahan alami dan terbarukan yang sepenuhnya dibuat kompos. Salah satunya adalah kantung plastik yang berbahan dari pati singkong.
Didirikan pada 2014, Kevin sebagai founder berusaha pembuat perbedaan dengan memanfaatkan teknologi sebagai solusi yang dapat diadopsi para pebisnis lain dan konsumen.
"Kami berusaha untuk terus menjadi jembatan dalam membantu dan mendorong masyarakat untuk memicu inisiatif yang dapat menghasilkan dampak berkelanjutan bagi lingkungan dengan mengutamakan 3R: Reduce, Reuse, Recycle," tulis Avani Eco dalam situs resminya.
ADVERTISEMENT
Kepedulian Vania terhadap isu sampah dan lingkungan bermula dari pengalaman pribadinya saat harus menghadapi banjir karena banyaknya sampah meluap. Vania yang berdomisili di Surabaya itu sadar kalau sampah merupakan isu serius yang butuh ditanggulangi dengan serius.
Ide cemerlang untuk mengolah kertas semen jadi produk berbasis sustainable fashion pun muncul. Vania mengungkap alasannya pada kumparan mengapa ia tertarik untuk mengangkat kertas semen sebagai material utama dalam produknya.
"Dari segi jumlah sampah kertas semen memang cukup banyak. Apalagi pembangunan terus bertambah dan bahan kertas semen itu juga mengandung lapisan plastik yang sulit terurai. Dari segi nilai seni dan fungsional, hasil inovasi kertas semen ini bisa bikin orang bangga pakai produk daur ulang. Hasil akhirnya pun menyerupai kulit," kata dia.
ADVERTISEMENT
Dalam proses pengolahan, heySTARTIC melibatkan banyak pihak. Dari warga binaan untuk mengumpulkan sampah, mitra bank sampah, kontraktor (yang banyak menggunakan semen dalam proses pembangunan), sampai pabrik makanan untuk diambil limbah kardusnya.
heySTARTIC kini aktif memproduksi tas, dompet, sepatu, taplak meja, kap lampu, dan lain-lain. Harganya juga ramah di kantong, berkisar Rp 50 ribu - Rp 300 ribuan saja.
Berawal dari keresahan akan permasalahan anak terlantar yang kurang lebih ada 4,1 juta orang di Indonesia, Neza bersama rekannya lantas membuat sebuah wirausaha sosial bernama Nara Kreatif.
“Fokusnya Nara Kreatif adalah pendidikan, jadi bagaimana kita mengurangi angka putus sekolah. Pendekatan kita adalah memecahkan permasalahan pendidikan tapi melalui sampah,” ujar Neza.
ADVERTISEMENT
Dari hasil daur ulang sampah kertas perusahaan rekanan, keuntungan usahanya bakal dihibahkan untuk operasional Nara Kreatif. Termasuk untuk memberi beasiswa pendidikan dan biaya kejar Paket A, B, C bagi anak-anak jalanan dan putus sekolah.
“Jadi teman-teman (perusahaan rekanan) di sini kalau mengumpulkan sampah 15 kg itu sama aja membantu 1 anak sekolah di Nara Kreatif selama sebulan. Kita butuh 180 kilogram sampah dalam 1 tahun untuk 1 anak bisa sekolah gratis di Nara,” ujar Neza.
Hingga kini, Nara Kreatif sudah mengelola sebanyak 150 ton sampah. Kini telah tersedia 9 titik lokasi pendidikan gratis dengan total 500 orang yang mencicipi pendidikan di sana. Sejumlah 153 orang di antaranya sudah lulus, dan ada 10 orang yang diberikan modal wirausaha serta pendampingan kerja.
ADVERTISEMENT
Baedowy bukan orang baru dalam bisnis daur ulang sampah. Sudah 19 tahun dia merasakan jatuh bangun dalam mendirikan usahanya ini.
Dalam pekembangannya, bisnis yang dijalankan Baedowy ini enggak hanya terpaku pada pencacahan sampah plastik saja, namun juga telah membuat mesin penggilingan plastik dan memproduksi lakop atau ujung kepala sapu ijuk.
Hingga sekarang, sudah ada puluhan mitra yang bergabung dengannya dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia.
Nah, buat kamu yang ingin belajar dan tahu lebih detail soal bisnis daur ulang sampah, dua dari lima pelaku bisnis ini, yaitu Baedowy dan Nezatullah akan membahasnya bersama kumparan dan Coca-Cola Indonesia di acara Kopdar Teman kumparan dengan tema "Mendaur Ulang, Mendulang Uang".
ADVERTISEMENT
Bertempat di FX Sudirman, Minggu (29/9) pukul 12.00 WIB, kumparan x Coca-Cola Indonesia, ingin mengajak para komunitas pecinta lingkungan untuk menjadi generasi yang sadar dan paham tentang pengelolaan sampah kemasan serta memanfaatkannya hingga memiliki nilai lebih.