Apa Bedanya 'Workaholic' dan Menjadi Pekerja Keras?

28 November 2019 10:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi workaholic  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi workaholic Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bekerja keras menjadi salah satu cara untuk menggapai kesuksesan, betul enggak? Tapi, saking kerasnya seseorang bekerja, enggak jarang mendapat julukan workaholic.
ADVERTISEMENT
Eh, tapi tunggu dulu, deh. Menjadi pekerja keras enggak sama dengan workaholic, lho.
Menurut Gita Nurani, selaku dosen Psikologi Industri dan Organisasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, biasanya seseorang yang workaholic dikenal juga sebagai orang yang gila bekerja.
Ia cenderung mengerjakan banyak tugas secara bersamaan tanpa mengimbangi dengan kualitas manajamen waktu.
Terlebih lagi, seseorang yang workaholic sering mengabaikan kebutuhan pribadi, seperti makan, minum, tidur, hingga nongkrong sama teman.
"Dampaknya, secara fisik menjadi kurang nutrisi, lemah, mudah mengantuk, dan mudah lelah. Sedangkan secara psikis atau mental, akan mudah marah, gampang tersinggung, sulit konsentrasi, bahkan hubungan sosialnya juga terganggu,” ujar Gita kepada kumparan.
Ilustrasi workaholic. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Tapi begitu, seorang workaholic umumnya dapat bekerja secara pintar. Sehingga kinerjanya lebih cepat dibandingkan dengan seorang pekerja keras, lho.
ADVERTISEMENT
Workaholic itu sudah pasti bekerja secara pintar. Dia menggunakan cara yang berbeda untuk meminimalisir waktu pekerjaannya,” jelas Abdi Utama selaku Senior Manager of Talent and Organization di sebuah perusahaan swasta.
Abdi juga menyebut, seseorang menjadi workaholic karena senang dengan pekerjaannya.
“Jadi dia bisa bekerja lebih baik lagi, dan hasilnya selalu sesuai dengan apa yang diharapkan. Ini menjadi beberapa faktor yang mendorong seseorang menjadi workaholic,” kata dia.
Ilustrasi workaholic Foto: Shutterstock
Sedangkan menurut Gita, seorang pekerja keras lebih berfokus kepada hasil dan proses. Pekerja keras akan memenuhi waktu kerja sesuai dengan kewajibannya.
Contohnya, perusahaan memiliki waktu kerja selama delapan jam per hari. Maka, seorang pekerja keras akan mengikuti aturan jam kerja tersebut.
“Kalau ada ekstra kerjaan, seorang pekerja keras akan lebih memilih untuk melanjutkan dan menyelesaikannya di esok hari,” terang Gita.
ADVERTISEMENT
Namun, menurut Abdi, seorang pekerja keras bisa jadi memiliki kinerja yang lambat. Sebab, dia akan terus-menerus menggunakan cara yang sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Workaholic udah pasti akan bekerja secara pintar, tapi belum tentu dengan seorang pekerja keras. Terkadang, mereka enggak mencoba untuk cari cara yang berbeda. Menyebabkan pekerjaan lebih lama selesai,” jelas dia.
Reporter: Aulania Silviananda