Apa Saja Cara Kreatif untuk Atasi Masalah Sampah?

19 Desember 2018 7:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sampah di Pantai Kuta, Bali. (Foto: Sonny Tumbelaka/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Sampah di Pantai Kuta, Bali. (Foto: Sonny Tumbelaka/AFP)
ADVERTISEMENT
Sampah menjadi salah satu masalah yang ada di mana saja. Apalagi di kota yang padat penduduk seperti Jakarta. Kalau enggak dikelola dengan baik, bisa-bisa sampah memberi dampak mengerikan kepada lingkungan.
ADVERTISEMENT
Tapi, tahu enggak, sih, kalau ternyata ada banyak cara kreatif buat mengatasi masalah sampah? Yap, cara-cara kreatif penanganan sampah itu beberapa di antaranya diungkap oleh narasumber yang berbicara di PechaKucha Night Jakarta Volume 36.
Acara yang digelar di fX Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (18/12) tersebut, membahas konsep hidup ramah lingkungan yang mesti diterapkan di bumi saat ini.
“Kita harus berpikir ulang cara menciptakan sesuatu dan memikirkan kembali cara mengonsumsi sesuatu,” kata David Christian, pengusaha bisnis sosial, Evoware.
PechaKucha Night Jakarta Volume 36 membahas soal cara kreatif mengatasi masalah plastik. (Foto: Agaton/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
PechaKucha Night Jakarta Volume 36 membahas soal cara kreatif mengatasi masalah plastik. (Foto: Agaton/kumparan)
Untuk melakukan konsep hidup ramah lingkungan itu, David mencoba mengurangi penggunaan sampah plastik di masyarakat. Caranya dengan memproduksi perkakas yang ramah lingkungan.
“Salah satu produk yang harus kita ganti adalah (barang-barang) plastic polution. Jadi Evoware sendiri masih baru, kami ingin memberi solusi tentang masalah plastik dengan cara membuat benda-benda dari rumput laut. Misalnya, gelas yang bisa dimakan,” ujar David.
ADVERTISEMENT
Enggak cuma David yang memproduksi barang ramah lingkungan, ada juga Nezatullah Ramadhan, pendiri Nara Kreatif, yang bergerak di bidang manajemen sampah. Dengan ide kreatifnya, ia menghubungkan masalah sampah dengan pendidikan.
“Kami menggunakan pendekatan pemberdayaan dengan mendekati karyawan perusahaan. Jadi dari 15 kilogram sampah (kertas) yang dikumpulkan mereka, bisa digunakan untuk membiayai pendidikan anak-anak jalanan selama sebulan,” terang Neza.
Saat ini Neza membina anak-anak jalanan dari hasil mengumpulkan sampah tersebut. Ia memberi beasiswa pendidikan dan juga pembinaan kewirausahaan.
Enggak kalah penting, penanganan sampah ini juga harus dimulai dari diri sendiri. Bagaimana kita menerapkan gaya hidup yang enggak berdampak pada perusakan lingkungan.
Seperti Tiza Mafira, yang menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dengan cara menggagas Gerakan Diet Kantong Plastik. Tiza mengurangi penggunaan produk plastik sekali pakai, bahkan untuk pesan makanan cepat saji di restoran, yang masih menggunakan bahan plastik untuk sedotan, hingga bungkus makanan.
ADVERTISEMENT
“Saya kalau mau takeaway, menggunakan bungkus yang saya bawa (tapi ditolak). Saya bakal nanya takaran tempat saya apakah terlalu besar atau terlalu kecil. Ya, meskipun takarannya enggak sesuai, saya tetap akan bayar dengan harga normal,” ujarnya.
Tiza juga punya cara unik saat membeli air mineral di restoran. Karena enggak mau menggunakan plastik sekali pakai, dia akan menanyakan terlebih dulu, apakah ada air mineral yang disimpan di galon.
“Kalau ada, saya beli air putih seharga satu botol normal dari galon itu,” jelas Tiza menggambarkan betapa ketatnya diet kantong plastik yang ia lakukan.
Kalau kamu, apa langkah yang akan diambil untuk mengatasi masalah sampah ini?