news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Apa yang Harus Dipersiapkan Saat Milenial Memasuki Usia Kerja?

26 Januari 2018 17:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Cari Partner Kerja (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Cari Partner Kerja (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Kerja kantoran full-time, freelance, atau bikin bisnis sendiri? Tiga hal tersebut mungkin jadi beberapa hal yang sering ditanyakan bagi sebagian generasi milenial yang sudah mulai memasuki dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing-masing jenis perkerjaan, saat ini, para milenial seolah dihadapkan dengan berbagai pilihan yang sama-sama memiliki prospek menjanjikan untuk karier mereka ke depannya.
Namun, apa sebenarnya yang harus dipersiapkan oleh para milenial dalam memilih jenis karier? kumparan (kumparan.com) meminta tanggapan dari Rizka Septiadi, Chief Marketing Officer (CMO) dari Karir.com.
Berbicara kepada kumparan pada Kamis (25/1) malam, dalam sebuah survei yang dilakukan oleh perusahaannya, Rizka menjelaskan bahwa, rata-rata, para lulusan baru (fresh graduate) berkeinginan untuk memiliki bisnisnya sendiri dalam waktu 10 tahun mendatang.
“Ini kita kemarin sudah survei, pertanyaannya ’10 tahun lagi kamu mau jadi apa?’. Jawabannya paling banyak adalah, ketika 10 tahun dia sudah punya bisnis sendiri,” ucap Rizka.
ADVERTISEMENT
Bagi Rizka, tidak ada yang salah dengan rencana karier tersebut. Namun, dia menuturkan bahwa, ada baiknya bagi para lulusan baru yang berkeinginan untuk memiliki bisnis sendiri agar mampu mempelajari banyak hal tentang bisnis, dari pekerjaan yang sekarang mereka jalani.
“Banyak yang harus dipelajari selain tentang modal. Kalau bisa, pelajari semua divisi, mungkin finance, distribusi atau sales. Hal itu bagus untuk bikin bisnis sendiri,” ujar Rizka.
Di sisi lain, dalam survei lain yang pernah perusahaannya lakukan, Rizka mengatakan bahwa tidak sedikit dari para fresh graduate yang bekerja kantoran berambisi untuk bisa cepat mengalami peningkatan dalam kariernya.
“Itu tidak masalah sebenarnya, hanya untuk menjadi level yang lebih tinggi dari yang sekarang, jangan hanya expert di divisinya dan tanggung jawabnya saja, kalau bisa juga memberikan masukan kepada divisi lain. Dari situ, perusahaan pasti akan melihatnya dengan baik,” kata Rizka.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, mengenai pekerjaan paruh waktu (freelance), Rizka melihat cukup banyak tersedianya jenis pekerjaan ini karena adanya adaptasi dari perusahaan dan karyawan di masa sekarang.
“Kalau dari sisi perusahaan, cara kerja sudah berubah jauh. Dulu administrasi dan birokrasi itu panjang prosesnya. Saat ini, untuk menerapkan hal seperti itu cukup sulit dengan persaingan yang ada,” ucapnya.
Karena itu, menurut dia, beberapa perusahaan besar yang ada, saat ini sudah mengubah sistem sumber daya manusianya (SDM) ke dalam bentuk project-based.
“Kalau masih menerapkan hal yang sama, itu pasti turnover karyawan juga banyak, kalah bersaing. Jadi suasana kerjanya juga dibuat fleksibel. Ada juga beberapa korporat besar yang sudah menerapkan hal itu,” tuturnya.
Dari sisi para pencari kerja, Rizka menuturkan, jenis pekerjaan freelance dapat digunakan sebagai opsi bagi mereka yang memandang persaingan dalam jenis pekerjaan kantor full-time itu cukup menyulitkan, namun masih ingin tetap mendapat penghasilan.
ADVERTISEMENT
“Cara tersebut (freelance) terbukti menghasilkan juga,” tutup Rizka.