Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Brand kuliner tersebut dimiliki oleh Najla Farid Bisyir. Ia mengaku sebenarnya bisnis ini diawali karena hobi baking di rumah untuk anak-anaknya.
“Awalnya aku coba bikin aja, terus post di Path, (menunya) Cinnamon Roll. Habis itu respons dari circle dan lingkungan sekitar aku itu positif sekali,” tuturnya kepada kumparan.
Karena peminat yang semakin banyak, akhirnya Najla melahirkan Bittersweet by Najla di 2016. Menunya merambah sampai Hokkaido tart, cake slice, dan cake jar.
Dessert box berukuran 10x10 sentimeter baru ia ciptakan pada 2017 sebagai alternatif untuk cake jar yang terlalu kecil, dan butuh menikmati dessert dalam porsi lebih besar.
Kerja dari Pukul 07.00 - 23.00 Saat Awal Bangun Bisnis
Sebagai pengusaha yang baru memulai, Najla mengaku sulit mengatur waktunya antara mengurus anak, rumah, dan pekerjaan. Apalagi tidak punya tim dan hanya dibantu oleh satu orang. Alhasil ia harus bekerja dari pukul 07.00 sampai 23.00 selama dua tahun.
ADVERTISEMENT
Melihat permintaan yang kian meningkat hingga dikirim ke beberapa daerah seperti Bogor, Bekasi, dan Bandung, ia akhirnya memutuskan untuk menambah 20 karyawan. Saat itu mereka masih bekerja di rumah berukuran 150 meter yang sekaligus dijadikan dapur utama Bittersweet by Najla.
Tantangan berat masih dihadapinya di awal merintis usaha. Selain harus mengurus Bittersweet by Najla, ia juga melawan penyakit obsessive compulsive disorder (OCD) yang diidapnya.
“Aku stres banget kalau malam aku nangis karena rumah berantakan banget, dengan tiga anak kecil dan 20 karyawan di rumah yang satu kotak. Tapi bisnisku lagi jalan,” ungkap Najla.
Sampai kini usahanya terus berkembang, Najla bisa mempekerjakan lebih banyak hingga hampir 200 orang.
Ia bersyukur karena saat pandemi sekarang, masih bisa membuka lapangan pekerjaan dan tidak merumahkan karyawan. Walau Najla tidak memungkiri bisnisnya sempat menurun, terutama di restoran yang ia buka sejak Desember 2019.
ADVERTISEMENT
“Dine in paling orang bisa take away aja. Tapi untuk online relatif lebih stabil. Yang penting bisa bertahan aja, tuh, udah Alhamdulillah. Aku punya niat selalu berdoa sama Allah SWT, pengin tidak merumahkan karyawan. Sampai saat ini masih terjaga semua karyawanku masih aman,” pungkasnya.
Selain berdampak pada restorannya, Najla menyebut produksi per bulan selama pandemi juga tidak pasti. Rata-rata bisa sekitar 100-150 ribu box yang tiap kotaknya dibanderol sekitar Rp 60-75 ribu.
Harga tersebut dibarengi dengan bahan baku premium yang kebanyakan diimpor, seperti cokelat dari Belgia dan tepung dari Jepang. Bahan ini dipilih karena kualitas dairy product yang sangat baik.
“Kalau ada yang kualitasnya sama di Indonesia, harganya enggak bisa buat produksi, mahal sekali. Kami udah coba develop sama produk lokal, tapi kurang bisa dikembangkan gitu. Jadi kami ambil dari Belgia langsung,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Selain dessert box, Bittersweet by Najla juga punya 20 item sidebox, Brownis in a Box (Browbox), sampai cemilan dan makanan berat di restorannya. Dari semua produk yang dirilis, Najla menyebut Turkish Dessert Box, Lotus Browbox, dan Milk Bath jadi yang paling laris.
Tingginya minat terhadap produk dari Bittersweet by Najla, tidak terlepas dari strategi pemasaran yang diterapkan di media sosial. Perempuan 35 tahun tersebut ingin blend dengan semua kalangan dan tidak mau terlihat kaku, apalagi terlalu berjualan.
Hal ini membuat pengikut media sosial, khususnya di Instagram, tidak hanya menunggu soal informasi terbaru dari produk mereka, tapi juga konten hiburan lainnya.
Meski produknya sudah viral di media sosial, bagi Najla hubungan sama followers tetaplah sangat penting. Jika calon pelanggan merasa dekat, meski tidak membeli, ia yakin mereka bakal mempromosikan ke orang lain.
ADVERTISEMENT
Memfokuskan pemasaran di platform digital ini juga yang membuat UMKM Bittersweet by Najla cepat beradaptasi di tengah pandemi. Saat virus corona masih merebak di Wuhan, ia telah menyiapkan strategi salah satunya dengan masuk ke e-commerce sampai branding website resmi.
“Alhamdulillah, aku merasa kami benar-benar lumayan cepat untuk adaptasi. Kami mematuhi semua yang diputuskan pemerintah, dan bakal menjaga semua protokol tentang COVID-19 ini. Kami berdoa bersama semoga semuanya cepat selesai,” tutup Najla.