bruule spaghetti.jpg

Bruule, Bisnis dari Resep Bude yang Mampu Raup Omzet Miliaran

21 Oktober 2020 9:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim Bruule dok Bruule
zoom-in-whitePerbesar
Tim Bruule dok Bruule
ADVERTISEMENT
Pandemi turut menuntut pasangan suami-istri Reza Harisky (33) dan Sarila Mauriza Danubrata (31) untuk mencari cara agar tetap bisa bertahan. Apalagi setelah Reza yang bekerja di bidang perhotelan terdampak, hingga mengurangi sampai 50 karyawannya.
ADVERTISEMENT
Setelah memutar otak, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk memasak. Menu yang dipilih adalah spaghetti panggang sebagai resep keluarga Sarila yang didapat dari budenya.
Namun, agar diterima di mulut mayoritas orang Indonesia, ia memutuskan untuk membuat rasanya jadi lebih Indonesia karena resep aslinya dari Italia. Seperti meraciknya sedikit lebih manis dan menambah cabai atau sambal buatan sendiri.
“Kami pikir, ‘kan, orang Indonesia ini sukanya makan apa, sih? Kebanyakan sukanya pedas, ya. Kami pikir, ‘wah, kalau misalnya ditambahin saus sambal nanti rasanya berubah’. Akhirnya kami pakai cabai Bruule buatan sendiri,” tutur Sarila kepada kumparan.
Saat awal Bruule dimulai pada 28 Maret 2020, Sarila, Reza, adiknya, dan dua sahabatnya hanya menargetkan produksi 12 loyang dalam seminggu untuk di wilayah Jakarta saja.
Reza Harisky dan Sarila Mauriza Danubrata dok Bruule
Lama-kelamaan, peminatnya semakin banyak sampai harus pre-order selama dua minggu. Di sisi lain, untuk melakukan produksi masih terbatas karena belum memiliki oven besar dan modal yang cukup.
ADVERTISEMENT
“Jadi mereka bayar dulu baru kami masak. ‘Kan, uangnya sudah masuk duluan. Awalnya begitu. Alhamdulillah sekarang sudah per harinya 300 loyang. Tadinya cuma berdelapan, sekarang bisa nge-hire yang kemarin di-lay off. (Ada) 45 kami hire balik dan sudah di Bruule,” jelas dia.
Untuk bahan baku mayoritas berasal dari Indonesia. Seperti tomat, jamur, cabai, sampai spaghetti. Namun, untuk keju Sarila harus impor dari luar negeri.
Dari varian baked spaghetti beef, vegetarian, dan Bruule Bomb yang berkolaborasi dengan Nagita Slavina, spaghetti Bruule masih menjadi yang paling populer. Sebulannya saja mereka bisa membuat sekitar 5.800 spaghetti dengan tiga ribunya berukuran besar. Sementara, untuk Bruule Bomb yang belum lama ini berjalan, per bulan bisa mencapai empat sampai lima ribu buah.
ADVERTISEMENT
Harganya sendiri mulai dari Rp 10 ribu untuk bubuk cabai Bruule, sampai Rp 250 ribu untuk spaghetti berukuran besar.
Bruule juga sudah memasarkan produknya di Bekasi, Tangerang, Bandung, Lampung, Semarang, Malang, Surabaya, dan Depok.

Baru 6 Bulan, Omzet Bruule Sudah Capai Rp 1,4 Miliar

Spaghetti Bruule dok Bruule
Dengan semakin meluasnya pangsa pasar Bruule, Sarila mengaku per bulan bisa meraup omzet sampai Rp 1,4 miliar. Angka tersebut sempat melonjak hingga Rp 1,8 miliar setelah merilis Bruule Bomb. Ia juga mengaku penjualannya selama enam bulan ini dengan hanya satu produk dapat terus naik.
Keuntungan yang diraih oleh Bruule tidak terlepas dari pemasaran di media sosialnya. Sarila mengatakan, bisnisnya tersebut memang aktif di Instagram karena semua awalnya dari platform tersebut. Mulai Juli lalu, mereka juga sudah merambah ke e-commerce.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya kami ini organik banget. Jadi saya senang dan beruntung banget sama teman-teman influencer juga. Awalnya memang kami tidak ada budget (uang) untuk influencer, hanya memberikan produk. Strategi marketing-nya itu semuanya akhirnya lebih ke produk. Kami percaya kalau produk enak, pasti mereka akan nge-post sendiri,” bebernya.
Tidak hanya memfokuskan pada kualitas produk, Bruule juga banyak mengangkat tema-tema lokal, seperti packaging bertuliskan ‘Indonesia Mampu Bareng Bruule’, yang dirilis pada 17 Agustus. Penjualan dari edisi ini diberikan untuk Yayasan Taman Baca.
Di samping pencapaian yang telah diraih Bruule sebagai brand pendatang baru, selaku pelaku UMKM Sarila berharap dapat diberikan akses oleh pemerintah, salah satunya terkait pengurusan izin.
“Penginnya (tahu) apa aja, sih, langkah-langkahnya? Ada enggak, sih, satu badan yang bisa diajak ngobrol? Ini kami sudah sampai di sini, what should we do? Kalau misalnya kami mau ekspor harus gimana, ya? Mungkin juga banyak sharing dari pemerintah apa yang harus kami lakukan selaku UMKM dan pelatihan lebih gampang dijangkau,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten