Cerita Mereka yang Berhasil Lulus SBMPTN Tanpa Embel-embel Bimbel

7 Mei 2018 16:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ujian SBMPTN. (Foto: Antara/Hafidz Mubarak A)
zoom-in-whitePerbesar
Ujian SBMPTN. (Foto: Antara/Hafidz Mubarak A)
ADVERTISEMENT
Menyandang status sebagai pelajar SMA kelas 12 memang mendebarkan. Bagaimana tidak, serentetan ujian di depan mata telah menanti. Mulai dari ujian nasional, ujian sekolah, belum lagi tes masuk perguruan tinggi, baik lewat jalur tertulis yang kita kenal dengan nama SBMPTN atau jalur mandiri.
ADVERTISEMENT
Demi kelulusan dan ambisi menjadi mahasiswa universitas impian, para pelajar kelas XII ini dijajali padatnya kegiatan belajar mengajar dan trial menjawab soal-soal ujian.
Tidak merasa cukup belajar dari sekolah saja, beberapa pelajar bahkan memutuskan untuk mengambil kursus intensif di tempat bimbingan belajar selepas pulang sekolah.
“Selain buat persiapan, enggak semua penyampaian materi dari guru itu berhasil masuk. Jadi aku ambil alternatif dari tempat les supaya lebih mengerti” papar Fannisa yang berencana untuk berkuliah di jurusan Ilmu Komunikasi.
Berbeda dari Fannisa, nyatanya masih ada segelintir orang yang enggan mengambil les tambahan namun mampu menembus perguruan tinggi negeri (PTN). Riyan (24) salah satunya. Cowok yang merupakan alumni dari Universitas Padjajaran ini mengaku belajar otodidak menjelang seleksi masuk PTN.
Gedung Rektorat Unpad Jatinangor (Foto: unpad.ac.id)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Rektorat Unpad Jatinangor (Foto: unpad.ac.id)
Sebelumnya, Riyan memang pernah mengikuti les tambahan di luar sekolah saat dirinya masih duduk di kelas 11. Namun, alasannya mengikuti les tersebut lebih dikarenakan agar waktu luangnya lebih bermanfaat. Dia mengatakan, dulu waktunya hanya habis untuk bermain futsal atau pergi ke warnet.
ADVERTISEMENT
Justru setelah waktunya semakin dekat ke gerbang kelulusan, Riyan malah menolak untuk melanjutkan les.
“Aku enggak ikutan les karena malah makin pusing menurut aku hahaha. Jadi malah stres otak disuruh belajar terus,” ujar Riyan.
Tidak mengambil les tambahan, bukan berarti Riyan tidak serius menghadapi ujian nasional maupun seleksi masuk PTN. Setidaknya dalam sehari, Riyan menyisihkan waktunya selama dua jam dari pukul 19.00- 21.00 malam untuk belajar dengan cara menjawab soal-soal ujian tahun lalu.
Jika mengalami kesulitan, Riyan dengan cekatan menghubungi temannya yang lebih tua usianya dan sudah berkuliah. Internet juga jadi andalan Riyan ketika tidak mengetahui jawaban. Belajar secara otodidak adalah kunci baginya.
“Kalau belajar kelompok ujung-ujungnya pasti main game, apalagi waktu itu PS masih digandrungi,” kata cowok yang berasal dari Purwakarta ini.
ADVERTISEMENT
Sedikit berbeda dari Riyan, Aga (19) justru merasa metode belajar kelompok yang dia terapkan bersama teman-temannya cukup ampuh untuk diterima di PTN tanpa mengikuti les tambahan.
Ilustrasi Kehidupan Kuliah (Foto: theodysseyonline.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kehidupan Kuliah (Foto: theodysseyonline.com)
“Belajar kelompoknya bareng sama teman-teman yang biasa aja padahal (secara akademik), tapi justru dari situ kita termotivasi untuk ngebuktiin ke orang lain kalau kita juga bisa lulus PTN,” ucapnya yang kini sudah resmi menjadi mahasiswa di Universitas Padjadjaran.
Seleksi masuk PTN tahun lalu yang masih menerapkan sistem penilaian +4 untuk jawaban yang benar, -1 untuk jawaban salah, dan 0 untuk jawaban yang tidak diisi membuat Aga bersiasat. Dia memilih untuk tidak mengisi jika dirasa kurang yakin dengan jawabannya.
“Agak gambling, sih. Tapi paling cuma 20 persen yang dijawab dari jumlah soal SBM kemarin. Mungkin yang 20 persen itu benar semua,” candanya.
ADVERTISEMENT
Selepas ujian SBM tertulis, Aga juga tidak ambil pusing soal benar atau tidaknya jawaban dia. Perasaan nothing to lose dan upaya untuk mencoba setidaknya sudah dilakoni.
Ketika pengumuman SBM tiba, Aga pun sempat tidak terlalu excited lantaran merasa dirinya termasuk pada golongan yang santai dan tidak menggebu untuk mengincar PTN. Namun takdirnya berkata lain, dia berhasil diterima di kampus pilihannya yang pertama.
“Alhamdulillah keterima, ternyata belajar sesuai porsi cukup efektif juga. Selebihnya, biar keberuntungan yang bekerja,” tutup Aga semringah.