Cookies Legit sampai Totebag Gaul, Yuk, Cek Rekomendasi Brand Lokal Ini

20 Mei 2021 17:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi UMKM Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi UMKM Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selain mengadakan UMKM Series Online Class episode 3 pada 30 April 2021, kumparan juga mengajak para pembaca mengenalkan usaha teman-temannya lewat Bantu Usaha Teman.
ADVERTISEMENT
Terpilihlah lima UMKM yang direkomendasikan di UMKM Series Online Class episode 3. Mulai dari fashion, kuliner, sampai kriya yang semuanya merupakan brand lokal. Yuk, simak selengkapnya di bawah ini!

Rupa Ritual

Bersama empat orang temannya, Martha Grashiana (46) memulai brand fashion Rupa Ritual di November 2020 dengan tujuan memberdayakan perempuan.
Di tiap koleksinya bertemakan para perempuan Indonesia, seperti Ambu dari Baduy di koleksi pertama dan Jegeg dari Bali di koleksi ke-2.
Rupa Ritual menggunakan metode lino printing yang dikerjakan oleh artisan seni cukil di Bandung, Jawa Barat, untuk memproduksi baju, celana, scarf, sampai topi yang dijual mulai Rp 700 ribu-Rp 2 jutaan.
"Kenapa di segmen itu? Karena kami pastikan kualitas bahan. Kebanyakan dari kami perempuan dengan banyak aktivitas. Jadi kami ingin mereka merasa nyaman. Prosesnya itu sendiri juga membutuhkan craftmanship," kata Martha kepada kumparan.
ADVERTISEMENT

Jogja Totebag

Berawal dari kegagalan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, Priambodo Dimas Saputra (21) akhirnya iseng memulai bisnis totebag di 2018.
Bermodalkan totebag miliknya, dia jualan lewat Instagram dengan nama @jogja_totebag. Dimas menyediakan jasa custom totebag dan ready stock totebag dengan harga Rp 35 ribu-Rp 90 ribu.
Lambat laun progresnya terus naik. Dari yang awalnya meraup omzet bersih Rp 200 ribu per bulan, sampai sekarang Dimas dan enam orang di timnya bisa mendapatkan sekitar Rp 7 juta per bulan.
"Tapi dulu sempat jatuh juga. Ada pelanggan order 250 totebag, tapi ada miskomunikasi desain dan itu dibatalkan. Rugi Rp 4 jutaan. Ya, udah, ikhlasin aja. Selang sebulan dapat order 400 totebag dan ketutup (ruginya)," kenangnya.
ADVERTISEMENT

Liberte Bake

Berangkat dari hobi dan pernah sekolah membuat roti, kakak-beradik Harwin Kurniawan (29) serta Finyta (36) mengawali Liberte Bake di Mei 2019.
Brand yang berasal dari Bandung, Jawa Barat ini menawarkan apple pie, quiche, cookies, sampai brownis dengan harga Rp 90 ribu-Rp 200 ribu.
Saat memulai, Harwin mengungkapkan modalnya enggak sampai Rp 5 juta. Namun kini bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 20 juta tiap bulannya.
"Yang membedakan, kami menggunakan bahan sebaik mungkin. Bukan karena harga murah, terus rasa kurang. Kami enggak begitu. Sebisa mungkin pakai bahan yang harum dan enak," ujarnya.

Wedang Goyang

UMKM satu ini terlahir dari racikan resep mertua yang dikembangkan menjadi bisnis keluarga. Dimas Suryaputra (33) dan istrinya, Rika Triaramadhini (39) memulainya pada 2019.
ADVERTISEMENT
Berbeda dari minuman tradisional instan pada umumnya, produk Wedang Goyang dibuat dalam bentuk butiran gula jawa yang telah dimasak bersama rempah-rempah. Tersedia dalam beberapa paket isi tiga, lima, dan 10 bungkus dengan harga mulai Rp 50 ribu-Rp 135 ribu.
Dimas mengaku penjualannya meningkat hampir dua kali lipat saat awal pandemi COVID-19. Usaha yang berlokasi di Tangerang Selatan ini, sekarang bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 50 juta dari modal awal kurang lebih Rp 10 juta.
Namun, dia mengaku enggak ingin bisnisnya bertumbuh hanya untuk sendiri, tapi juga bisa menolong orang lain lewat kerja sama agen dan reseller. Kini Wedang Goyang telah memiliki sekitar 10 agen di Tarakan, Bali, sampai Balikpapan.

Ecoprint Batikdahon

ADVERTISEMENT
Ecoprint Batikdahon milik Elin Herlina (47) dimulai pada 2017, setelah dia mengunjungi pameran ecoprint di Yogyakarta. Saat itu Elin merasa tertarik karena motifnya dari daun dan tampak berbeda.
Mengingat di sekitar rumahnya di Pangandaran, Jawa Barat, juga terdapat banyak daun-daunan, ibu rumah tangga ini berinisiatif untuk mulai belajar membuat ecoprint dari daun.
"Saya waktu itu mencoba dari buah dahon, itu dalemnya kayak kolang-kaling dan getahnya kalau menempel di baju susah hilang. Dari situ saya coba untuk bikin pewarna dari buah dahon, ternyata bagus," tutur Elin.
Namun, dia mengaku selama setahun sempat merasa enggak percaya diri untuk menjualnya. Akhirnya Elin memberanikan diri dan menjual berbagai produk mulai dari kain, tas, sepatu, sampai topi dengan harga sekitar Rp 180 ribu-Rp 350 ribu.
ADVERTISEMENT