Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Menjadi pengusaha sukses tidak hanya membutuhkan modal berupa uang, tapi juga karakter yang tangguh. Salah satunya adalah tidak mudah bawa perasaan alias baper.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan langsung oleh CEO Haagen-Dazs, sociopreneur, dan alumni Jakarta Intercultural School (JIS) Class of 2010, Dita Soedarjo , dalam webinar Business Value Creation that Matters to Millennial di Festival UMKM kumparan.
Dita mengatakan, milenial biasanya terlalu takut dengan omongan orang dan penolakan, sehingga cepat ingin menyerah. Hal yang sama juga pernah dialaminya selama menjalankan Haagen-Dazs.
Sebagai pengusaha yang menjalankan bisnis franchise dari brand luar negeri tersebut, Dita mengaku kerap ditolak idenya ketika ingin mengadakan acara di Haagen-Dazs. Ia juga banyak mendapat kritik soal harga yang terlalu mahal sampai dibilang membosankan.
Namun, pendidikan karakter yang ia dapatkan selama menempuh pendidikan di Jakarta Intercultural School (JIS), telah membuatnya menjadi pengusaha yang tahan banting.
ADVERTISEMENT
"Apa yang JIS ajarkan, aku harus ada kegigihan. Kalau jadi pengusaha enggak usah pakai perasaan. Kamu harus tahan sama tekanan. Kamu pasti bisa sukses," tegasnya.
JIS juga mengajarkan Dita untuk memiliki pemikiran kritis dan tidak hanya berasumsi. Sebab dulu saat sekolah, semakin banyak bertanya justru semakin bagus nilainya.
Hal tersebut membantunya dalam menjalankan bisnis. Dita menjadi pengusaha yang tidak mudah percaya dengan orang lain dan selalu berorientasi kepada data.
"Aku sangat berutang budi sama JIS karena telah mengajarkan banyak hal soal karakter. Aku kalau enggak ada JIS (bakal) enggak enakan, nangis. (Padahal) kalau enggak salah ngapain malu? Tanya aja, enggak usah enggak enak. Nanti baper, nangis, rugi hilang duit banyak," beber Dita.
Meski tidak malu untuk mengemukakan pendapatnya dan bertanya, ia tetap menjunjung tinggi nilai menghargai dan menghormati. Terutama memberi respect kepada orang tua yang lebih berpengalaman. Sesuai dengan sistem pendidikan JIS yang menekankan sifat saling menghargai, semangat berbagi kepada masyarakat, serta ketangkasan, yang juga diajarkan kepada Dita.
ADVERTISEMENT
"Milenial pinter, (pemikirannya) outside the box, dan (punya) semangat yang generasi sebelumnya enggak punya. Meski begitu, JIS ajarin aku untuk respect orang tua," lanjut Dita.
Tidak hanya menjadi pengusaha sukses, Dita juga memberdayakan masyarakat khususnya janda dan perempuan lewat brand D'Licate, dan menjadi yang terbaik bagi dunia dengan menolong komunitas di downtown Los Angeles, Amerika Serikat. Hal ini didapatkan Dita dari JIS yang memberikan pengalaman untuk menjadi Best for the World atau menjadi yang terbaik untuk dunia, dengan saling membantu sesama, menginspirasi orang lain, dan memberi dampak positif sebagai sesama manusia.
Saat itu ia melakukan aksi sosial kepada orang kulit hitam, termasuk perempuan yang hamil di luar nikah dan anak-anak yang telah terdampak kekerasan sejak dini.
ADVERTISEMENT
"Aku bantu cewek-cewek to let them know they're precious and loved. Apa pun yang terjadi di masa lalu yang enggak kamu suka, hal itu enggak menentukan masa depanmu. JIS selalu mengajarkan ini," pungkasnya.