news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Fathia Izzati: “Gue Pengen Bikin Musik yang Didenger Temen-temen Gue”

25 Januari 2019 16:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Fathia Izzati berpose untuk kumparan (kumparan.com) di sebuah restoran di Jakarta pada Senin, 14 Januari 2019. (Foto: M. Rezky Agustyananto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
com-Fathia Izzati berpose untuk kumparan (kumparan.com) di sebuah restoran di Jakarta pada Senin, 14 Januari 2019. (Foto: M. Rezky Agustyananto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dengan album pertama mereka, Never Get Better (2017), didengarkan lebih dari enam juta kali di Spotify dan membuat mereka mendapatkan dua nominasi di AMI 2018 untuk kategori Pendatang Baru Terbaik dan Karya Produksi Alternatif Terbaik, Fathia Izzati punya alasan yang kuat untuk merasa puas dengan apa yang sudah dihasilkan oleh Reality Club. Namun, Chia — begitu ia memperkenalkan dirinya kepada kami — justru merasa sedikit “menyesal” karena tidak membuat album yang lebih baik lagi.
ADVERTISEMENT
“Seandainya kami tau kami bakal mendapat perhatian yang begitu besar, kami mungkin akan bikin album yang jauh lebih baik,” kata vokalis Reality Club ini, yang juga dikenal luas sebagai YouTuber dengan lebih dari 500 ribu pengikut di kanal pribadinya.
Never Get Better memang direkam seadanya di kamar kakak kandung Chia yang juga anggota band ini, Faiz Novascotia Saripudin. Untuk take vocal pun, Chia sampai melakukannya di dalam lemari baju sang kakak, demi mendapatkan hasil yang maksimal.
Wajar jika Chia tidak menyangka kalau album perdana bandnya itu bisa meraih kesuksesan. Dua tahun sebelumnya, ia mungkin bahkan tidak menyangka bahwa dirinya akan menjadi anggota sebuah band yang mampu menelurkan album.
com-Fathia Izzati berpose untuk kumparan (kumparan.com) di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta pada Senin, 14 Januari 2019. (Foto: M. Rezky Agustyananto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
com-Fathia Izzati berpose untuk kumparan (kumparan.com) di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta pada Senin, 14 Januari 2019. (Foto: M. Rezky Agustyananto/kumparan)
Jauh sebelum Reality Club terbentuk, Chia memang sudah sering tampil di berbagai acara. Hanya saja membentuk band secara serius tak pernah terpikir olehnya. Gagasan awal pembentukan Reality Club malah datang dari Mayo, seorang seniornya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Bersama Era Patigo (drum), pada 2016, terbentuklah formasi awal Reality Club yang beranggotakan tiga orang dengan Mayo sebagai bassist. Faiz (gitar, vokal) dan Iqbal Anggakusumah (gitar) menyusul kemudian.
ADVERTISEMENT
Tahun pertama Reality Club tidak mudah. Selain rekaman seadanya, perjalanan mereka diwarnai mundurnya Mayo. Posisi bassist yang kosong kemudian diisi Nugi Wicaksono. Meski awal karier band ini tidak terlalu mulus, Chia dan rekan-rekannya tidak pernah merasa ingin menyerah.
“Kocaknya kita enggak pernah ngerasa gitu,” akunya kepada kumparan (kumparan.com). “Kita enggak mikirin uang sama sekali. Kita enggak mikirin fame, enggak mikirin apa-apa. We just really want to make music, and that’s it.
Dari semangat yang sederhana itu, perlahan tapi pasti, penggemar dan pengakuan berdatangan. Undangan tampil berdatangan dari berbagai kota. Jumlah pendengar bulanan Reality Club di Spotify mencapai lebih dari 120 ribu. Bahkan AMI, salah satu acara penghargaan paling bergengsi di Indonesia, mengakui mereka. Namun bagi Chia, bukan itu momen yang membuatnya merasa Reality Club sudah berhasil sebagai sebuah band.
ADVERTISEMENT
Baginya, perasaan sukses itu justru datang ketika ia berdiri di atas panggung.
“Ini kayaknya [berlaku] untuk semua musisi sih: saat lo nyanyi dan penonton ikutan nyanyi lirik lo. ‘Cause it’s like, ya itu lirik lo. Lo buat itu and they’re dancing, singing. So happy.”
com-Fathia Izzati saat diwawancarai kumparan (kumparan.com) di sebuah restoran di Jakarta pada Senin, 14 Januari 2019. (Foto: M. Rezky Agustyananto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
com-Fathia Izzati saat diwawancarai kumparan (kumparan.com) di sebuah restoran di Jakarta pada Senin, 14 Januari 2019. (Foto: M. Rezky Agustyananto/kumparan)
Hanya saja ada satu hal yang mengganjal bagi Chia: popularitasnya yang lebih tinggi dari Reality Club sendiri. Hal ini wajar mengingat dirinya sudah mulai menjadi content creator YouTube sejak Januari 2012, empat tahun sebelum Reality Club dibentuk.
“[Popularitas gue] memang membantu banget, tapi gue justru malah enggak enak banget,” ujar Chia.
“Waktu itu ada yang pernah nanya: ‘Ini pada dengerin Reality Club karena Mbak Kittendust atau apa?’ Justru gue enggak suka dengan comment semacam itu karena the boys put so much more effort than me, dan gue enggak enak banget kalau malah gue yang dapat credit-nya.”
ADVERTISEMENT
But I think music is music. People will listen to the music ‘cause of a person. But people will stay because of the music. Jadi ya mungkin orang-orang tahu Reality Club dari gue tapi mereka tetap dengerin dan nonton gigs dan segala macem ya karena memang enak.”
Sulit memang, menurutnya, untuk mengubah pandangan orang tentang dirinya mengingat dia lebih dulu tenar lewat video-video yang diunggahnya di YouTube. Namun bagi Fathia Izzati, ia lebih melihat dirinya sebagai seorang musisi, daripada seorang content creator.
“Kenapa gue merasa gue emang musisi lebih dari content creator, karena gue emang pengen jadi musisi tuh dari dulu banget, dari sejak SD. I feel like that’s more me. Ya, kebetulan aja gue emang suka bikin video,” ujarnya.
com-Fathia Izzati berpose untuk kumparan (kumparan.com) di sebuah restoran di Jakarta pada Senin, 14 Januari 2019. (Foto: M. Rezky Agustyananto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
com-Fathia Izzati berpose untuk kumparan (kumparan.com) di sebuah restoran di Jakarta pada Senin, 14 Januari 2019. (Foto: M. Rezky Agustyananto/kumparan)
Barangkali cara orang-orang memandang Chia akan bergeser dengan sendirinya, secara perlahan, seiring dengan semakin besarnya nama Reality Club (untuk saat ini, jumlah pengikut Fathia di Instagram masih jauh lebih banyak dari jumlah pengikut Reality Club). Yang pasti, fokus Fathia saat ini adalah terus berkarya bersama Reality Club.
ADVERTISEMENT
Chia sendiri tidak main-main soal bermusik. Ia sampai memilih untuk tidak melanjutkan pekerjaannya di sebuah law firm pada pertengahan 2018 lalu demi fokus berkarier sebagai musisi. Keputusan serupa diambil pula oleh Faiz, kakaknya. Bagi Chia, pengorbanan sang kakak bahkan lebih besar lagi.
“Kakak gue udah enak banget. Dia udah S2 di luar [negeri] dan udah ditawarin kerjaan dan segala macem yang gajinya juga lumayan, tapi dia tetap milih untuk ninggalin itu dan balik untuk ngembangin band-nya lagi. Dari situ gue ngerasa, ‘Oh, kalau dia bener-bener seratus persen ya semuanya harus seratus persen’,” ujar Chia.
Keseriusan yang ditunjukkan Chia dan Faiz, mau tidak mau, menimbulkan pertanyaan: apa pergerakan Reality Club berikutnya? Akankah Reality Club merilis album baru setelah dua tahun?
ADVERTISEMENT
“Gue enggak bisa cerita banyak sih,” ujar Fathia sambil tertawa. “Pastinya akan ada. Tahun ini insyaallah akan ada. It’s gonna be different, tapi tetap Reality Club.”
Tentang apakah album berikutnya benar-benar berbeda dari Never Get Better, baru akan terjawab setelah albumnya dirilis — rencananya pada semester dua tahun 2019 ini. Yang menarik, Chia mengakui bahwa dorongan berkarya Reality Club sekarang sudah sedikit berbeda dengan dorongan mereka dulu.
com-Fathia Izzati berpose untuk kumparan (kumparan.com) di sebuah restoran di Jakarta pada Senin, 14 Januari 2019. (Foto: M. Rezky Agustyananto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
com-Fathia Izzati berpose untuk kumparan (kumparan.com) di sebuah restoran di Jakarta pada Senin, 14 Januari 2019. (Foto: M. Rezky Agustyananto/kumparan)
Uang? Tentu, tapi bukan satu-satunya. Ada yang lebih penting bagi Chia dan teman-temannya di Reality Club.
Drive-nya sekarang udah beda, sih, karena udah enggak kayak dulu,” ujar Fathia. “Yang jadi drive, it’s a little bit of everything. There’s, like, keeping the fans, terus kita juga pengen tetep bikin musik. Tapi sekarang juga ada faktor uang.”
ADVERTISEMENT
“Karena umur kami masih dua tahun jadi kami juga masih di tahap tetap mau bermusik dengan gaya kami. Money is a factor, tapi belum bikin kami harus ngikutin kemauan pasar.”
Sederhananya, kata Chia, cara berpikir Reality Club sekarang lebih dewasa. Walau demikian, fondasi band mereka tetap passion bermusik.
“Kami udah bikin Never Get Better dan kami merasa we can do so much more than that. Sayang aja kalau enggak dilanjutin. Just proving to ourselves and proving to other people.”
“Apalagi sekarang gue udah banyak kenalan di music industry — sesama musisi indie, musisi yang bareng label juga. Sekarang bukan cuma nunjukkin ke fans doang tapi pengen nunjukkin juga ke teman-teman musisi kami, kami tuh pantas diakui juga. Now, there are so many factors.”
Fathia, vokalis Reality Club di LaLaLa Fest. (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Fathia, vokalis Reality Club di LaLaLa Fest. (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
Banyak faktor memang, namun satu-satunya cara untuk diakui sesama musisi, tentu saja, adalah dengan bermusik. Bagi Fathia dan Reality Club, itu berarti menghasilkan musik yang lebih baik dari karya-karya mereka sebelumnya.
ADVERTISEMENT
“Di Never Get Better kami masih mencari sound kami, karena kami benar-benar beda banget. Iqbal metal, Nugi sama Era jazz, gue dari dulu memang alternative rock, kakak gue dengerin semuanya. Kami merasa Never Get Better masih very, very high school. Mungkin karena it’s very easy listening jadi kayak high school, kayak kuliah.”
“Yang sekarang, we wanna make music that our friends would listen to. Kami pengen our fans berkembang bareng kami. Jadi enggak stick to SMA gitu. I wanna make music that my friends would listen to, dan mereka enggak malu dengerinnya.”
Artikel ini merupakan hasil kerja sama dengan Converse.