Hal-hal yang Perlu Kamu Tahu soal Kuliah di Selandia Baru

3 September 2018 18:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi Mahasiswa (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi Mahasiswa (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Selain karena bentang alamnya yang indah hingga dijadikan lokasi syuting film The Lord of The Rings, Selandia Baru juga kian populer sebagai destinasi bagi mahasiswa Indonesia untuk kuliah di luar negeri. Pada 2017 saja, jumlah pelajar Indonesia yang kuliah di Selandia Baru mencapai 1.248 orang.
ADVERTISEMENT
Data yang dipaparkan oleh Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Trevor Matheson tersebut, disampaikan dalam Media and Alumni Gathering yang digelar di Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan itu Matheson menjelaskan pendidikan di Selandia Baru yang mengedepankan kreativitas dan inovasi di tiap bidang keilmuan.
"Seperti sains, arsitektur, teknik, produksi film, animasi, dan desain. Dan berkat kekayaan alam kami, Selandia Baru menjadi rumah bagi jurusan-jurusan ternama seperti pertanian, dan pariwisata ekstrem," sebut Matheson.
Di samping itu, menurut Economist Intelligence Unit di Worldwide Educating for the Future Index 2017, Selandia Baru menduduki peringkat pertama di dunia sebagai negara dengan pendidikan terbaik yang berfokus pada masa depan.
Penilaian tersebut berdasarkan kepada 16 indikator yang di antaranya yakni, keterampilan interdisipliner, kewirausahaan, digital dan teknis, kreatif dan analisa, serta kesadaran akan kehidupan global.
ADVERTISEMENT
"Selandia Baru unggul di 15 dari total 16 indikator pemeringkatan. Ini semakin menegaskan alasan sistem pendidikan di Selandia Baru menjadi yang terunggul di dunia," jelas Market Manager Indonesia Education New Zealand (ENZ), Karmela Christy.
Sistem pendidikan
com-kuliah jurusan komunikasi (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-kuliah jurusan komunikasi (Foto: Thinkstock)
Salah satu perbedaan yang menonjol dari sistem edukasi di Selandia Baru dengan di Indonesia adalah, Selandia Baru menjalin kolaborasi antara universitas dengan industri yang saat ini sedang dikembangkan.
Tak hanya universitas, untuk pendidikan politeknik atau vokasi, bahkan para mahasiswanya hanya belajar sesuai kebutuhan industri. Jadi, begitu mereka lulus mereka benar-benar siap menghadapi dunia kerja.
Terlepas dari itu, hubungan mahasiswa dengan dosen juga cair dan egaliter. Para mahasiswa tidak punya jarak atau batasan dengan dosen mereka. “Di sini para mahasiswa bisa panggil langsung dosen dengan first name mereka, bahkan enggak perlu pakai embel-embel ‘Mister, Ma’am, atau Prof’. Mereka sangat open untuk dikritik termasuk saat di kelas,” tutur Karmela.
ADVERTISEMENT
Kampus dan jurusan favorit
University of Auckland (Foto: Wikipedia)
zoom-in-whitePerbesar
University of Auckland (Foto: Wikipedia)
Kebanyakan dari mahasiswa Indonesia yang kuliah di Negeri Kiwi memilih jurusan yang enggak beda jauh dengan jurusan di kampus di Indonesia. Karmela menyebut jurusan itu seperti Bisnis, Bahasa Inggris, Kuliner, sampai Teknik.
"Selalu Bisnis dari tahun ke tahun. Ada banyak juga yang tertarik di Kuliner, Bahasa Inggris. Ternyata banyak orang Indonesia yang suka belajar Bahasa Inggris di sana. Ada yang ambil degree, ada yang ambil shortcourse. Teknik juga banyak," sebut Karmela.
Untuk kampusnya sendiri, Selandia Baru memiliki universitas negeri yang masuk jajaran 450 kampus bergengsi di dunia. "Bahkan, beberapa jurusannya seperti teknik, manajemen bisnis, geotermal, dan pendidikan, masuk daftar 50 terbaik di dunia," imbuhnya.
Biaya
Ilustrasi uang Dolar. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang Dolar. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Karmela mengatakan, biaya pendidikan untuk S1 dan S2 di Selandia Baru lebih mahal ketimbang program doktoral atau S3. Rata-rata biaya untuk sarjana dan magister senilai Rp 250 juta sampai Rp 300 juta per tahun.
ADVERTISEMENT
"Namun kalau politeknik atau institut teknologi bisa lebih murah, yakni Rp 150 juta sampai Rp 220 juta," terang Karmela.
Sementara untuk biaya kuliah doktoral di Selandia Baru hampir sama dengan Indonesia. "Karena di sana memperlakukan mahasiswa seperti orang lokal, jadi Rp 60 juta sampai Rp 90 juta saja per tahun," lanjut dia.
Sedangkan untuk biaya hidupnya, Karmela menyebut kisaran normal senilai Rp 150 juta per tahun. Namun dengan visa pelajar memungkinkan mahasiswa bekerja selama 20 jam dalam seminggu. "Kalau liburan itu 40 jam per minggu. Dikalikan saja pasti ketutup (biaya hidup), malah ada sisa-sisa," ucap Karmela.
Gaya Hidup
Generasi Millenial (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Generasi Millenial (Foto: Thinkstock)
Fin Yourdan Kasali selaku Chief of Collaborations Roots Laboratory yang merupakan lulusan S1 jurusan Marketing and International Business University of Auckland mengatakan, kuliah di Negeri Kiwi menyediakan keseimbangan antara kuliah dan bermain.
ADVERTISEMENT
"Saya kebetulan pecinta kegiatan alam, dan di Selandia Baru itu sangat cantik. Ke pantai dekat, ke gunung juga dekat," tutur Fin.
Selain itu, Fin mengatakan, mahasiswa di Selandia Baru enggak membedakan teman berdasarkan suku dan rasnya. "Biasanya orang kuliah di luar itu kalau enggak gaul sama orang Indonesia aja, atau malah gaul sama bule aja. Tapi di sana malah campur. Orang lokal sangat ramah dan orang Indonesia sangat membantu," lanjutnya.
Senada dengan Fin, Jan Ramos Pandia, yang mengambil program magister di jurusan Development Studies University of Auckland, menilai orang asli Selandia Baru sangat terbuka kepada orang asing.
"Di sana juga sangat multikultural, di kelas ada yang Indonesia, Argentina, Peru, sampai Norwegia. Jadi kayak di dunia kecil," ungkap Ramos.
ADVERTISEMENT