Ivan Lanin soal Kalimat Viral 'Sekadar Mengingatkan': Enggak Negatif

14 Desember 2018 19:41 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ivan Lanin. (Foto: Instagram/@ivanlanin )
zoom-in-whitePerbesar
Ivan Lanin. (Foto: Instagram/@ivanlanin )
ADVERTISEMENT
Kalimat ‘Maaf, sekadar mengingatkan’ tampak tengah menjadi bulan-bulanan postingan warganet di media sosial. Beberapa di antaranya bahkan telah mewujud dalam bentuk meme.
ADVERTISEMENT
Buat kamu yang belum paham, meme ‘Maaf, sekadar mengingatkan’ ini muncul akibat dari adanya sebagian warganet yang ‘mengingatkan’ warganet cewek yang berfoto enggak memakai kerudung untuk alangkah lebih baiknya menggunakan kerudung.
“Cukup banyak orang yang merasa tersinggung dengan kalimat ini karena dianggap melecehkan haknya untuk tidak memakai kerudung serta terlalu menjustifikasi orang yang tidak memakai kerudung,” tulis laman Facebook pengulas meme terkini, Know Your Meme Indonesia – Unofficial (KYMI).
Pegiat dan wikipediawan pecinta bahasa Indonesia, Ivan Lanin pun ikut berkomentar mengenai tren penggunaan kalimat ‘sekadar mengingatkan’ ini. Menurutnya, penggunaan kalimat sekadar mengingatkan secara bahasa enggak ada masalah.
“Kalau menurut saya frasa atau kalimat (sekadar mengingatkan) itu sendiri netral (maknanya). Bagaimana orang mempersepsikannya itu yang kemudian membuatnya jadi tidak netral,” ujarnya saat dihubungi kumparan.
Meme 'Maaf, Sekadar Mengingatkan'. (Foto: Twitter/@AzamRaharjo)
zoom-in-whitePerbesar
Meme 'Maaf, Sekadar Mengingatkan'. (Foto: Twitter/@AzamRaharjo)
Ivan menerangkan bahwa hal yang membuat penggunaan frasa sekadar mengingatkan itu jadi terkesan negatif adalah kemungkinan adanya suasana enggak bagus di media sosial. Apalagi bila terlalu sering diungkapkan, hal itu bakal membuat penerima pesan ‘sekadar mengingatkan’ jadi enggak nyaman.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia kebahasaan, Ivan sendiri menyitat satu konsep yang bisa menggambarkan fenomena ‘sekadar mengingatkan’ ini beserta respons yang dituai.
“Kalau di dalam bahasa, itu namanya pragmatika, artinya bahwa kata atau kalimat itu tidak saja semata punya arti harfiahnya. Ada beberapa lapisan makna, paling tidak ada makna yang tersurat dan ada makna yang tersirat. Makna yang tersirat ini yang kemudian akan selalu sulit untuk dibuktikan (kebenarannya),” tuturnya.
Ivan enggak menampik bahwa apa yang dikatakan seseorang bisa jadi punya maksud tertentu yang berbeda dengan yang dikatakannya. Termasuk soal fenomena sekadar mengingatkan ini.
“Kalau ditanyakan ke ahli bahasa, (arti sekadar mengingatkan) itu jawabannya bisa berbeda-beda dan menurut saya ahli bahasa yang benar itu pasti dia mengungkapkan berbagai kemungkinan. Saya enggak akan berpihak ke salah satu sisi karena arti secara bahasanya bisa beragam,” terang pemilik akun Twitter @ivanlanin itu.
ADVERTISEMENT
Lalu adakah kiat menggunakan kalimat sekadar mengingatkan supaya enggak berkonotasi atau bermakna negatif?
Sambil terkekeh Ivan menjawab, “Susah ya, itu kan sudah kadung dianggap negatif, walaupun saya sendiri enggak menganggap (sekadar mengingatkan) itu negatif lo terus terang. Siapa sih yang merasa itu (maknanya) negatif?”
Ivan juga bercerita mengenai awal mula ia mengikuti tren kalimat sekadar mengingatkan ini. Mulanya ia sempat heran mengapa tweet lamanya di Twitter yang membetulkan kata ‘sekedar’ menjadi ‘sekadar’ dicuit ulang dan menjadi ramai kembali.
“Akhirnya saya hanya mikir, ‘Wah ini lagi tren nih,’ tapi enggak berpikir apa yang membuat itu terpikir lagi oleh orang. Saya sama sekali enggak berpikir (sekadar mengingatkan) itu maknanya ditangkap orang maknanya negatif, sama sekali enggak,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Kalau menurutmu, kalimat sekadar mengingatkan ini positif atau negatif? Sampaikan di kolom komentar, ya, Ferguso!