Kelas Gambar: Menggambar dari Kolong Jembatan hingga Wilayah Bencana

17 November 2018 15:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelas Gambar di kolong jembatan Kampung Melayu. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Kelas Gambar di kolong jembatan Kampung Melayu. (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Aktivitas menggambar mungkin dianggap sebagai kegiatan yang sepele bagi sebagian orang. Barangkali, aktivitas menggambar yang kamu lakukan pun sekadar iseng atau karena ada pelajaran seni di sekolah saja.
ADVERTISEMENT
Namun menggambar adalah ‘hal lain’ bagi Teddy Almuktady Afif dan Galih Wismoyo Sakti. Kedua karib itu sama-sama mendirikan komunitas sosial Kelas Gambar yang mengajari anak-anak usia 4-15 tahun menggambar secara gratis.
“Ini mulainya pada bulan puasa tahun 2017, kami awalnya mengadakan kelas gambar untuk anak yatim di panti asuhan yang dekat dari rumah dan responsnya sangat baik,” kata Galih saat dihubungi kumparan.
Dari kelas itu, keduanya dipertemukan dengan salah satu pimpinan Rumah Faye, organisasi sosial yang bergerak membantu korban perdagangan dan kekerasan anak. Singkat cerita, mereka bekerja sama untuk mengajari anak-anak jalanan cara menggambar.
“Per minggu kita rutin workshop bekerja sama dengan Rumah Faye yang punya dampingan anak di bawah kolong jembatan Kampung Melayu. Jadi kita mendidik mereka menggambar yang nantinya akan kita pamerkan di bulan Februari (di Plaza Indonesia),” timpal Teddy.
Kelas Gambar di kolong jembatan Kampung Melayu. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Kelas Gambar di kolong jembatan Kampung Melayu. (Foto: Istimewa)
Selain melakukan workshop rutin di kolong jembatan, Teddy dan Galih pun rajin menggelar kelas gambar di kota-kota lain. Hingga kini mereka sudah menggelar kelas gambar di tujuh kota di Indonesia hasil kerja sama dengan komunitas setempat.
ADVERTISEMENT
“Terakhir dengan komunitas di Bandung seperti Sahabat Anak dan Rumah Pelangi,” jelas Teddy.
Saat bencana di Lombok terjadi pada awal Agustus 2018 silam, Teddy dan Galih pun memutuskan untuk mengadakan kelas gambar di lokasi bencana. Meskipun sebenarnya keduanya sempat ragu terhadap apa yang mereka lakukan itu.
“Pas kami datang ke Lombok, awalnya kami berpikir apakah kami memang cocok datang ke Lombok untuk memberikan ‘kelas seni’? Karena selama ini, kan, yang lebih dibutuhkan umumnya sembako atau kebutuhan primer lainnya,” ucap Galih yang juga berprofesi sebagai seorang dosen.
Kelas Gambar di Lombok. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Kelas Gambar di Lombok. (Foto: Istimewa)
Menggunakan kocek pribadi, mereka berdua berhasil sampai Lombok dua hari setelah bencana gempa terjadi. Keduanya mengaku mencapai daerah Sidutan yang belum dijamah sama sekali oleh relawan nasional.
ADVERTISEMENT
“Kami memberikan art therapy kepada anak-anak (terdampak bencana) di sini supaya bisa sejenak melupakan trauma yang pernah mereka alami setelah gempa atau kejadian-kejadian yang menimpa lingkungan mereka,” terang Galih.
Teddy dan Galih punya metode tersendiri untuk mengajari anak-anak ini menggambar. Caranya sederhana, keduanya membawa objek tertentu, lalu anak-anak diminta untuk menggambar objek tersebut.
Rupanya anak-anak yang diajari menggambar itu merespons positif apa yang dilakukan Teddy dan Galih.
Kelas Gambar di Lombok. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Kelas Gambar di Lombok. (Foto: Istimewa)
“Anak-anak sangat antusias karena mereka sedang dalam kondisi tidak berharap untuk diberikan kelas gambar. Bahkan ketika kami membiarkan mereka membawa krayon atau buku gambar itu mereka sangat terkejut dan senang,” ujar Galih
“Ternyata kita baru tahu bahwa bukan cuma bantuan sembako, tapi membantu anak-anak secara psikis untuk kembali percaya diri setelah gempa dapat membantu mereka bisa jadi lebih baik lagi kondisinya,” Teddy menambahkan.
ADVERTISEMENT
Mendirikan komunitas sosial Kelas Gambar, Teddy dan Galih percaya bahwa menggambar itu adalah hak setiap anak. Keduanya juga ingin memberi masukan ke pemerintah bahwa belajar dan berkarya tak sebatas di bidang eksakta seperti matematika atau IPA saja.
“Kami percaya dengan menggambar akan banyak sekali anak-anak Indonesia yang bisa menunjukkan karya mereka akan menjadi ‘sesuatu hal’ nantinya,” pungkas Teddy.