Keren! Start Up Buatan 3 Mahasiswa Universitas Brawijaya Masuk Forbes

24 Maret 2022 8:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Startup Mahasiswa Universitas Brawijaya masuk Forbes. Foto: Forbes
zoom-in-whitePerbesar
Startup Mahasiswa Universitas Brawijaya masuk Forbes. Foto: Forbes
ADVERTISEMENT
Sebuah start up agrikultur bagi para peternak ayam yang dibuat oleh ketiga mahasiswa dari Universitas Brawijaya, masuk ke Forbes 30 under 30.
ADVERTISEMENT
Dilansir laman Universitas Brawijaya, start up ini merupakan Chickin yang juga telah diunduh oleh ribuan peternak ayam di Indonesia.
Chickin Indonesia atau Chickin dibentuk oleh Ashab Alkahfi mahasiswa Agroekoteknologi FP sebagai president, Tubagus Syailendra mahasiswa Hubungan Internasional FISIP sebagai CEO, dan juga Ahmad Syaifullah mahasiswa Sistem Informasi FILKOM sebagai Chief Technology Officer.
Kedua founder-nya yaitu Ashab dan Tubagus menjadi bagian dari Forbes Indonesia 30 Under 30 yang baru saja dirilis beberapa waktu lalu.
Chickin Indonesia merupakan start up binaan dari BIIW Universitas Brawijaya yang berhasil meraih pendanaan dari luar negeri sebesar USD2,5 juta atau sekitar Rp 35,8 miliar pada akhir 2021.
Proyek pembuatan start up ini telah dimulai sejak ketiganya berada di semester dua.
ADVERTISEMENT
“Awal kami riset dan development di daerah Klaten, Jawa Tengah. Di sana kita jadi peternak, lalu bangun kandang dan mulai usaha ternak ayam. Sampai akhirnya ketemu banyak permasalahan yang dihadapi oleh peternak lokal. Dari situ kita mencoba solve problem dengan menggunakan teknologi,” ungkap Ashab.
Menurut Ashab, melalui Chickin, peternak enggak perlu melakukan pengontrolan iklim kandang ayam secara manual. Para peternak dapat melakukan kontrol iklim dari rumah.
Melalui teknologi ini, para peternak juga dapat memasukkan data seperti sarana produksi atau sapronak, data harian, dan juga data penjualan. Sehingga performa akan menjadi lebih terukur dan dapat meminimalisir risiko melalui tindakan preventif.
Fitur lain yang juga ada di Chickin Apps adalah kelola kandang, kelola data kandang, dan konfigurasi Internet of Things atau IoT yang dapat disesuaikan dengan keadaan cuaca, suhu, dan juga kelembaban bahkan umur ayam.
ADVERTISEMENT
Melalui IoT dan Artificial Intelligence (AI), Chickin dapat meningkatkan produktivitas peternak hingga 25 persen lebih tinggi.
Menurut salah satu peternak, Chickin Apps sangat membantu dalam pengelolaan atau manajemen pemeliharaan.
“Apa bila dilakukan dengan SOP yang ketat, sistem pemeliharaan akan efisien untuk pakan, mortalitas dapat ditekan dengan cara pencegahan dan pengobatan yang presisi,” ungkap Yudi yang juga anggota dari komunitas peternak.
Saat ini, Chickin bermitra dengan 14 rumah potong dan juga 100 industri makanan sebagai penyuplai daging ayam.
Ashab berharap nantinya Chickin dapat memberikan impact yang lebih banyak untuk para peternak.
Chickin sendiri telah mencatat pertumbuhan bisnis sebanyak 22 kali dalam 10 bulan terakhir dan juga telah menutup putaran pendanaan seed round sebesar Rp 35 miliar dengan 3 investor global.
ADVERTISEMENT
Mereka memiliki target untuk meningkatkan omzet sebesar Rp 500 miliar di akhir 2022 dengan 10 juta ekor ayam yang diberdayakan setiap bulannya.
Chickin Indonesia sendiri berkomitmen untuk memanfaatkan teknologi ini untuk meminimalisir penggunaan antibiotik pada ayam organik, dengan mengendalikan suhu kandang, dan memberikan pembinaan pada peternak ayam secara cuma-cuma dengan tujuan memodernisasi peternak ayam Indonesia.
Laporan Afifa Inak