fashion kanvas seni umkm brand lokal.jpg

Ketika Fashion dan Seni Bertemu dalam Sebuah Kanvas

21 Oktober 2020 15:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kolaborasi Kanvas dan Katherine Karnadi dok Kanvas
zoom-in-whitePerbesar
Kolaborasi Kanvas dan Katherine Karnadi dok Kanvas
ADVERTISEMENT
Fashion dan seni memiliki keterikatan yang kuat. Fashion dapat mewakilkan kepribadian yang memakainya, begitu pula dengan seni yang bisa menyampaikan perasaan atau pikiran penciptanya.
ADVERTISEMENT
Dua hal inilah yang digabungkan oleh Cissylia Stefani, Maria Sellyana, dan Lydia Andarini lewat brand Kanvas. Baru didirikan pada Maret 2020, ketiga perempuan itu memulai usaha clothing brand yang memanfaatkan kanvas seutuhnya.
Ide bisnis ini dimulai karena mereka sama-sama mencintai fashion dan punya selera yang sama. Sehingga sering menghabiskan waktu untuk mengulik soal produk-produk terbaru.
We love to dress up, we love fashion, and things like that. Terus jadi mikir, ‘eh, daripada cuma buang-buang duit doang, nih, gimana caranya supaya hobi ini bisa diubah jadi bisnis’,” tutur Cissyl kepada kumparan.
Meski tidak ada dari mereka yang memiliki latar belakang di dunia fashion, Cissyl cs tidak mau melahirkan clothing brand yang desainnya hanya menyontek dari orang lain. Sampai akhirnya Lydia memiliki ide untuk memanfaatkan kanvas sungguhan pada pakaian.
Koleksi Kanvas dok Kanvas
Cissyl mengatakan, Kanvas bukanlah sekadar clothing line, melainkan cara mereka dalam mengekspresikan karya seni yang berbeda-beda. Salah satunya dalam koleksi pertama yang mengusung pemberdayaan perempuan dan menggandeng ilustrator Katherine Karnadi.
ADVERTISEMENT
“Seni bertemu dengan fashion, jadilah Kanvas. Kami visinya pengin terus-terusan bekerja sama dengan banyak seniman lokal. Bukan cuma ilustrator, bisa juga pelukis, fotografer, bahkan anak kecil yang suka coret-coretan. Kami percaya dari blank canvas itu biasanya (where the) magic happens,” terang Cissyl.
Selain memadukan seni, Kanvas juga menghadirkan pakaian dengan bahan katun lokal yang 100 persen organik agar tidak merusak lingkungan. Hingga kini mereka telah merilis loungewear outer, kemeja, bralette, sampai blazer yang menjadi best seller.

Tiga Perempuan Bangun Bisnis Menjanjikan

Founders Cissylia Stefani, Maria Setyana, dan Lydia Andarini dok Kanvas
Sejak awal Kanvas didirikan hingga sekarang, Cissyl, Lydia, dan Yana masih mengerjakan semuanya sendiri. Mereka berbagi tugas, Cissyl di bagian media sosial, marketing, dan commnity, Lydia di produksi, dan Yana mengurus keuangan.
ADVERTISEMENT
Dalam memasarkan produknya, Kanvas juga baru menggunakan Instagram yang dinilai paling efektif, murah, dan mudah, dengan pendekatan strategi dari mulut ke mulut.
“Karena ini orangnya masih dikit, aku masih (kerja) full time, temanku juga masih ada kerjaan, jadi belum ada yang manage sebenarnya kalau bikin website. Kami juga mau lihat pasar dulu, jadi belum bakar uang untuk iklan. Makanya lebih organik,” lanjut Cissyl.
Meski masih baru dan hanya dijalankan oleh tiga orang, mereka mampu memproduksi sekitar 200 produk dengan harga mulai dari Rp 500 ribuan-Rp 1,3 jutaan pada koleksi pertama, dan meraup rata-rata omzet per bulan sekitar Rp 20 juta-Rp 30 juta.
Ke depannya agar bisa lebih tumbuh lagi, Kanvas berharap pemerintah dapat lebih aktif lagi menggandeng UMKM agar bisa menjangkau pasar global. Sebab, produk dari brand lokal punya kualitas yang sangat baik dan dapat dipasarkan hingga ke luar negeri.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten