Kisah Haru Persahabatan 44 Tahun Manusia dengan Simpanse

20 Oktober 2017 11:20 WIB
clock
Diperbarui 21 Januari 2021 11:32 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Simpanse Mama. (Foto: Dok. Youtube: Jan van Hooff.)
zoom-in-whitePerbesar
Simpanse Mama. (Foto: Dok. Youtube: Jan van Hooff.)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak ada yang mudah dari sebuah perpisahaan, namun setidaknya ada pertemuan yang bisa dijadikan kenangan saat tak lagi berpapasan.
ADVERTISEMENT
Seperti kisah persahabatan seekor simpanse bernama Mama dengan Profesor Jan van Hooff yang membuat publik haru. Profesor Hooff adalah seorang profesor ahli perilaku bilogi di Universitas Utrecht, Belanda, yang turut berpartisipasi dalam penelitian koloni simpanse milik Mama tahun pada tahun 1970-an.
Koloni ini dikenal sebagai dasar penelitian terobosan yang melibatkan perilaku primata, yang kemudian hasilnya disusun menjadi sebuah buku berjudul Chimpanzee Politics karya Frans De Waal.
Siapa sangka keterlibatan Profesor Hooff dalam mendirikan koloni simpanse tersebut menjadi titik pertemuan keduanya.
Mama lahir di hutan belantara yang membuatnya mejadi hewan liar, kemudian dirinya dikenal sebagai seorang 'nenek' dalam koloni simpanse karena sifat dominannya.
Saat keduanya bertemu di tahun 1972, usia Mama masih berusia 15 tahun dan Profesor Hoof lah yang merawatnya. Selanjutnya Mama dipindahkan ke kebun binatang Burger di Belanda dan menjalani hari-hari selama hidupnya di kandang raksasa itu.
ADVERTISEMENT
Pada April 2016 lalu, Mama menginjak usia 59 tahun, dan dalam keadaan sakit ia tak mau makan juga minum meski penjaga terus menyuapinya.
Segala upaya dilakukan agar Mama kembali sehat dan bisa beraktifitas. Hingga akhirnya para penjaga melaporkan kondisi Mama kepada Profesor Hooff. Saat mendengar kabar tersebut, Profesor Hooff mengunjungi kebun binatang Royal Burgers di Arnhem, Belanda untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Mama.
Awalnya dengan kondisi lemah, Mama terlihat tak mengenali Profesor Hooff. Namun ketika dia mengelus-elus tangan Mama, Mama mulai sadar dan mengenali sahabat lamanya itu. Senyum sumringah seketika menyeruak dari wajah Mama, bahkan ia tak henti-hentinya tersenyum sembari memandangi wajah Profesor Hooff.
Reuni keduanya terekam dalam sebuah video yang diunggah pada akun Youtube pribadi milik Profesor Hoof. Momen berharga itu jadi obat terakhir yang bisa diberikan Profesor Hooff sebelum Mama meninggal seminggu setelah pertemuan itu.
ADVERTISEMENT
Setelah Mama mati, Frans de Waal, penulis buku sekaligus yang terlibat dalam penelitian koloni simpanse bersama Mama menyebutkan "Dia memiliki kepribadian yang sangat kuat dan dominan, sehingga tidak ada simpanse lain yang kekuasaannya melebihi dia (Mama). (Di koloninya) dia menjadi penengah saat ada ketegangan dan konflik terjadi," jelasnya seperti yang dikutip dari Independent.co.uk.
"Dia akan sangat dirindukan, juga oleh saya, karena saya jarang melihat karakter yang mengagumkan seperti perpaduan manusia dan kera." lanjutnya.