Kopi Kekinian sampai Baju Stylish, Ini UMKM Milenial Pilihan Teman kumparan

29 April 2021 10:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
kumparan menggagas UMKM Series untuk mendorong para pelaku usaha tetap bertahan dan terus berkembang, meski keadaan sedang sulit.
ADVERTISEMENT
Salah satunya lewat serangkaian kelas online yang menghadirkan para ahli dan pelaku UMKM sukses untuk berbagi ilmu, sampai tips and trick agar semakin banyak yang terdorong untuk memulai usahanya sendiri.
Dari UMKM Series Online Class, kumparan juga mengajak para pembaca mengenalkan usaha teman-temannya lewat Bantu Usaha Teman.
Terpilihlah lima UMKM yang direkomendasikan di UMKM Series Online Class episode 2. Yuk, simak selengkapnya di bawah ini!

Ruang Selesa

UMKM satu ini merupakan inisiatif dari empat anak muda berusia 23-25 tahun yang bertemu di bangku kuliah. Dari nongkrong, mereka memutuskan buat usaha bareng yang enggak sekadar jualan, tapi juga bisa memberikan solusi.
Akhirnya di Oktober 2020 tercetuslah Ruang Selesa yang berarti ruang longgar sebagai brand lifestyle, dengan produk pertamanya baju outer kimono seharga Rp 160 ribuan. Produk tersebut dibuat sesuai dengan tiga pilar mereka, yakni simple, flexible, dan comfortable.
ADVERTISEMENT
"Kami menyasar usia produktif dan ingin membantu memberikan sebuah outfit yang enggak memberatkan sehari-hari. Mereka enggak perlu lagi ribet pilih baju, bisa kaosan dan pakai outer kami, itu bisa buat saat ketemu dosen, presentasi, bahkan laki-laki juga bisa buat salat," terang salah satu Founder Ruang Selesa, Rifat Abdillah, kepada kumparan.
Dengan modal awal Rp 6 juta untuk memproduksi sekitar 60 baju, kini brand yang berbasis di Jakarta dan Bekasi itu bisa meraup omzet sekitar Rp 7 jutaan setiap tiga bulan.

Sadadjiwa Coffee

Senang dengan kopi praktis kekinian, Anindya Puspitasari (32) dan suami sudah lama punya impian untuk mendirikan kedai kopi milik sendiri.
Akhirnya di Februari 2021, dengan modal sekitar Rp 50 juta mereka melahirkan Sadadjiwa Coffee yang berada di Kotagede, Yogyakarta. Kedai kopinya menyediakan berbagai menu makanan kecil dan minuman dengan harga Rp 16 ribu-Rp 18 ribu, salah satunya yaitu Es Kipo.
ADVERTISEMENT
"Kipo itu makanan tradisional di Kotagede. Jadi kami adaptasi makanan itu dijadikan minuman dan dinamakan Es Kipo. Kami beberapa kali survei belum ada yang pernah mengeluarkan menu ini. Es Kipo jadi signature dan best seller kami," kata Anindya.
Sudah berjalan sekitar tiga bulan, Anindya mengaku bisa meraup omzet Rp 16 juta-Rp 17 juta per bulannya.

Bondhi Living

Walau penjualan baju bayi yang digelutinya sejak 2019 menurun karena pandemi COVID-19, Nerisa Eka (29) enggak patah semangat dan mencoba mencari peluang lain.
Sampai akhirnya di November 2020 dia mulai jualan sprei dengan harga sekitar Rp 125 ribu lewat brand Bondhi Living. Nerisa memilih untuk menjual sprei polos dengan kelebihan fitur karet keliling, yang menurutnya masih jarang dan sulit untuk ditemui di pasaran.
ADVERTISEMENT
"Saya suka bikin sesuatu sendiri, salah satunya sprei. Saya coba bikin satu dan ternyata enak (nyaman). Awalnya saya coba tawarkan pre-order 30 warna. Jadi modalnya Rp 0. Alhamdulillah banyak yang tertarik," tutur perempuan yang tinggal di Gresik, Jawa Timur itu.
Dengan banyaknya pesanan yang didominasi para reseller, Nerisa dapat mendulang untung hampir Rp 100 juta per bulan. Produk Bondhi Living juga sudah sampai Ambon hingga Korea Selatan.

Lemon Inch

Dimulai setelah Lebaran 2020, Salsabilah Maharani (31) dan suami mulai berjualan Lemon Inch. Produk pertamanya adalah selai lemon yang dijual Rp 15 ribu untuk ukuran kecil dan Rp 50 ribu untuk ukuran besar.
Menjual selai lemon dipilih karena kesukaannya kepada buah tersebut dan melihat minimnya kompetitor yang menawarkan produk serupa.
ADVERTISEMENT
"Dulu mikirnya ini bisnis pertama kami, jadi enggak mau nyemplung di kolam yang udah jenuh pasarnya. Karena ini produk yang kompetitornya hampir enggak ada, jadi kami awalinnya enggak begitu berat," ucapnya.
Enggak cuma selai lemon, belum lama ini Lemon Inch juga mengeluarkan menu baru yaitu Kue Tape Keju yang dijual dengan harga Rp 45 ribu. Dengan modal awal di bawah Rp 5 juta, di momen Ramadhan ini Salsabilah dan suami bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 50 juta.

Dawa Dawa Ceria

Memiliki arti 'Masak-masak Ceria' dalam bahasa Indonesia, Hidayat (28) sudah memulai Dawa Dawa Ceria sejak 2012. Saat itu dia masih menjadi mahasiswa semester 4 yang mengikuti program wirausaha di Universitas Hasanuddin.
ADVERTISEMENT
Hidayat memilih menjual produk berbahan dasar daging nabati dan tempe, karena melihat jajanan di Makassar yang mayoritas berdaging. Makanya dia ingin membuat makanan ringan dan terjangkau, yakni dengan menjual burger serta kebab seharga mulai dari Rp 8 ribu-Rp 30 ribu.
"Saya bikin daging dari nabati, coba-coba, dan akhirnya mulai dipasarkan. Di awal orang-orang belum bisa menerima daging dari tempe, tapi ketika dicoba mulai tertarik," ujarnya.
Dengan modal awal sekitar Rp 5 juta, Hidayat bisa mendapatkan omzet sampai Rp 7 jutaan tiap bulan. Dia juga sempat mendirikan empat cabang Dawa Dawa Ceria di Makassar pada 2016. Tapi sejak pandemi COVID-19, kini hanya ada satu gerai.