news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Menristekdikti soal Fakultas Usang: Perguruan Tinggi Harus Move On

6 November 2018 17:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menristekdikti Mohammad Nasir usai konferensi pers Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri Tahun 2019 di Gedung Kemenristekdikti, Senin (22/10). (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menristekdikti Mohammad Nasir usai konferensi pers Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri Tahun 2019 di Gedung Kemenristekdikti, Senin (22/10). (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
ADVERTISEMENT
Menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo di Istana Negara terkait "fakultas usang" pada 10 Oktober 2018 silam, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, bilang tidak akan serta-merta menghapus fakultas lama yang ada kampus.
ADVERTISEMENT
"Kalau penghapusan (fakultas) enggak, itu kan semua (permintaan) pasar, ya. Saya serahkan ini (ke masing-masing Perguruan Tinggi)," ujar Nasir di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Selasa (6/11).
Menurut Nasir, yang saat ini sedang menjadi fokus kementeriannya adalah potensi pembukaan program studi (prodi) baru yang tidak pernah ditangani dengan baik oleh Perguruan Tinggi.
"Artinya perguruan tinggi saya persilakan untuk membuka prodi baru, jangan bertahan pada program studi yang lama, harus bergeser. Move on, lah,” katanya.
Nasir mengisyaratkan saat ini beberapa perguruan tinggi sudah mengajukan prodi baru yang belum pernah ada. Di antaranya yaitu prodi Smart Technology, Digital Economy, Artificial Intelegence, Internet of Things, dan Robotics.
"Kampus kami bebaskan (membuka prodi baru). Dulu, karena diatur oleh peraturan menteri, ya itu kalau membuka prodi harus ada nomenklaturnya, sehingga kalau tidak ada nomenklatur, perguruan tinggi tidak bisa membuka. Itu sudah saya cabut peraturan ini,” terangnya.
Presiden Jokowi terima pejabat Kemenristekdikti di Istana Negara. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi terima pejabat Kemenristekdikti di Istana Negara. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
Karena sudah ganti peraturan, maka Nasir mendorong kampus membuka prodi baru. Akan tetapi kampus juga harus melihat pasar tenaga profesional yang dibutuhkan industri.
ADVERTISEMENT
“Jangan sampai mencetak tenaga kerja penganggur,” tutur Nasir.
Dorongan membuka prodi baru tidak berarti prodi lama serta-merta ditutup. Namun jika prodi lama tersebut dinilai jenuh, maka Nasir akan menutup prodi tersebut.
“Buktinya jenuh apa? Lulusannya tidak terserap oleh industri, banyak itu. Ada contoh program studi di keguruan, yaitu tentang konseling itu harus saya moratorium dulu. Sekarang universitas yang di bidang sosial, (jurusan) sosialnya akan saya kurangi,” katanya.
Ia menambahkan bahwa pembukaan jurusan kuliah ke depannya akan diarahkan pada bidang Science, Technology, Enginering, dan Matemathic (STEM).
"Kalau ada perguruan tinggi yang mengajukan STEM, saya akan izinkan," pungkasnya.