Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Mereka yang Memanfaatkan Teknologi Digital demi Kebaikan Sekitar
25 Juni 2024 9:41 WIB
·
waktu baca 4 menit“Melipat jarak dan waktu”, begitu kiranya hal baik yang dibawa oleh internet dan teknologi . Keduanya sudah menjadi makanan sehari-hari, terutama bagi anak muda Indonesia saat ini. Hampir semua hal dibantu oleh kecanggihan, mulai dari komunikasi, hiburan, hingga dunia pendidikan.
Melalui teknologi digital kita mengakses informasi tanpa batas dan bisa memperdalam pengetahuan. Isu global seperti perubahan iklim, perdamaian dunia, kesetaraan gender, hingga ekonomi bisa dipelajari.
Dengan akses yang luas kepada informasi dan pendidikan, peluang menjadi agen perubahan sosial terbuka lebar. Apalagi jika disertai dengan peningkatan kolaborasi dan keterlibatan sosial, generasi muda dapat memainkan peran kunci dalam membangun dunia yang lebih baik melalui.
Lalu, apa yang terjadi ketika anak muda menggunakan teknologi digital untuk kebaikan sekitar?
Beberapa profil di bawah ini mungkin bisa membuka mata kita bahwa sudah ada beberapa anak muda yang mendapat akses teknologi dan memanfaatkannya untuk sekitar. Mereka adalah para Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards. Yuk, dengarkan cerita-cerita mereka!
1. Reza Permadi, AVMS
Ke satu destinasi tapi masih menggunakan karcis kertas?
Mungkin kita sudah tidak perlu lagi melakukan ini karena Reza Permadi, penggagas Atorurin Visitor Management System (AVMS). Aplikasi buatannya ini bisa mendata dan mengorganisasi pengunjung yang datang dan pergi ke satu destinasi atau desa wisata. AVMS ini bisa menutup peluang pungutan liar dan mengurangi sampah tiket.
Meski banyak yang menganggap teknologi ini sulit dipelajari, Reza dan tim Atourin terus berusaha untuk mendekati pengelola destinasi wisata melalui pelatihan dan pendampingan intensif.
Kini mereka sudah berhasil menggaet 85 desa wisata yang tersebar di Indonesia dan sudah memberikan pelatihan kepada lebih dari 200 pengelola. Reza pun bilang, Atourin menargetkan agar ada 4.500 desa wisata yang menggunakan AVMS.
2. Hendra, Lobstech
Internet of Things (IOT) memang bisa memberikan manfaat seperti efisiensi operasional dan penghematan biaya. Teknologi inilah yang dimanfaatkan oleh Hendra, pemuda Jember, Jawa Timur.
Ia membentuk Lobstech untuk membantu budidaya lobster di Indonesia. IoT digunakan untuk mengontrol kualitas air. Diletakkan di kotak sensor, teknologi ini bisa dipakai nelayan dan membawa peningkatan produksi lobster hingga 50 persen.
Laporan Lobstech menunjukkan bahwa pembesaran lobster bisa dihemat setengahnya menjadi tiga bulan untuk sekali panen. Berat yang diperoleh hingga 100 gram dalam satu bulan—sebelumnya hanya bisa dicapai setelah 8 atau 10 bulan.
3. Muhammad Aria Yusuf, Pendamping Petani
Kelapa Indragiri Hilir merupakan salah satu hasil panen dengan kualitas yang tinggi. Sayangnya, di sana masih ada tengkulak yang membeli dengan harga rendah.
Keresahan ini membuat Muhammad Aria Yusuf dan tiga orang temannya menghadirkan InacomID untuk mengedukasi petani soal lonjakan nilai komoditas tertentu. Hasil kerja kerasnya membuat para petani di sana bisa menjual hasil panen kepada InacomID seharga Rp 750 hingga Rp 2.100 per kilogram. Sebelumnya hanya Rp 400 hingga 1.300 saja.
InacomID pun sudah beroperasi di sembilan titik, yaitu Tembilahan dan Indragiri Hilir, Tanjung Jabung Timur, Lampung Selatan, Surabaya, serta Buton Utara dan Donggala.
4. Hendro Yulius, Robotika
Pada 2019, Hendro Yulius Suryo Putro membuka kelas robotik untuk anak-anak di Surabaya. Awalnya ia membuat ekskul robotic dengan memberikan modul untuk dipelajari siswanya sampai mampu merancang robot penjejak garis dan mini soccer robot.
Ia bahkan pernah mendapat special award di International Robot Olympiade di Beijing karena berhasil membuat robot penyiram tanaman Loving Plant Robot.
Sekolah robot yang ia dirikan ada di sebuah ruko kecil tiga lantai dan di sebuah restoran ayam cepat saji di Surabaya. Kini, sekolah robotic Hendro membawahi 21 sekolah dari Surabaya, Solo, Pasuruan, Gresik, Palu hingga Sorong. Total ada 389 anak tercatat menjadi murid AWG Robotic Course.
Ya, mereka ini merupakan anak-anak muda Indonesia yang memanfaatkan internet dan teknologi untuk kemudahan berbagai aspek kehidupan. Dampak nyata yang membuat mereka mendapat apresiasi dari SATU Indonesia Awards yang diselenggarakan Astra .
Ajang ini kembali dibuka pada 2024 dan mengajak seluruh masyarakat, khususnya anak muda, untuk ikut serta mendaftarkan diri. Kamu atau orang terdekatmu bisa ikut mendaftarkan diri.
Tertarik dan punya orang yang tepat untuk menerima apresiasi ini? Klik di sini untuk informasi lengkap dan pendaftarannya, ya! Bakal ada Raline Shah sebagai Juri Tamu SATU Indonesia Awards, lho.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio